CLB(t)K 7

Damar sebenarnya tidak mengetahui dimana Annisa, ibu mertuanya belum memberikan jawaban tentang keberadaan istrinya beliau hanya menyampaikan sesuatu yang sedang menjadi bahan pemikirannya.

"Maaf bu, tapi dimana Annisa sekarang? Kenapa ibu membawa baju-baju Annisa?" Tanya Damar bingung.

"Dia sakit, sekarang ada di rumah sakit." Jawab bu Lisa.

Damar terkejut, ia tidak habis pikir kenapa istrinya menghubungi ibunya alih-alih menghubungi dirinya.

Mungkin hubungan mereka yang sedang tidak baik-baik saja ini yang membuat istrinya enggan menghubunginya.

"Kenapa Annisa tidak memberitahuku?" Tanya Damar kembali.

"Tanyakan saja padanya saat sampai nanti," ucap bu Lisa.

"Apa ibu membutuhkan sesuatu? Kita bisa mampir membelinya dulu," tawar Damar. Ibu mertuanya hanya menggeleng, dan Damar juga tidak melanjutkan pertanyaannya.

Sesampainya di rumah sakit Damar dengan setia mengekori ibu mertuanya, dia mengikuti langkah ibu mertuanya tanpa banyak bertanya.

Ceklek...

Annisa menoleh saat pintu ruangannya terbuka dan apa yang dilihatnya membuatnya benar-benar terkejut.

Ibunya masuk kedalam ruangannya ditemani oleh Damar, Annisa tidak menyangka bahwa Damar akan mengantar ibunya kesini. Seketika perasaan tidak enak muncul di hatinya.

Annisa berpikir bahwa ibunya pasti sudah berbicara atau bahkan mungkin memarahi Damar karena aduannya pada sang ibu tadi sore.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" Tanya bu Lisa pada anaknya.

"Masih lemas, perutku juga tidak enak rasanya dan demamnya juga masih lumayan tinggi," terang Annisa pada ibunya. Bu Lisa menempelkan punggung tangannya pada kening Annisa.

"Sudah makan?" Tanya bu Lisa.

"Sedikit," jawab Annisa.

"Ibu mau ke musholla dulu untuk solat isya, biarkan Damar biar disini sebentar untuk menemanimu," ucap bu Lisa sambil beralih menatap Damar, yang di tatap hanya mengangguk saja.

Bu Lisa mengambil mukena milik Annisa lalu membawanya keluar menuju musholla.

Kini hanya ada dua orang anak manusia yang dilanda kecanggungan. Tidak ada yang berani membuka percakapan terlebih dahulu.

"Kenapa tidak mengabari ku kalau kau sakit?" Tanya Damar pada akhirnya. Annisa hanya memalingkan wajahnya saat mendengar pertanyaan Damar.

"Kakak pasti sibuk," jawab Annisa tanpa menoleh pada Damar.

"Darimana kau tau aku sibuk atau tidak?" Tanya Damar.

"Hanya dugaanku saja," ucap Annisa kembali.

"Kau itu sudah menikah, apapun yang terjadi padamu itu tanggung jawabku, jangan bertindak gegabah seperti ini lagi, apapun yang terjadi padamu katakan saja padaku!" Ucap Damar memberi peringatan. Annisa hanya mengangguk saja.

Damar berjalan mendekat ke arah kursi di sebelah tempat tidur milik Annisa, ia mendudukkan diri di sana, entah apa yang ia pikirkan tapi setelahnya Damar meraih tangan Annisa yang tidak diinfus dan menggenggamnya lembut.

Damar membawa tangan Annisa untuk di dekatkan pada keningnya. Samar-samar Annisa mendengar Damar bergumam.

"Kakak sedang apa?" Tanya Annisa saat Damar meletakkan kembali tangannya di atas tempat tidur.

"Berdoa untukmu," jawab Damar enteng

"Yang benar?" Annisa melihat Damar tidak percaya.

"Apa yang aneh dari seorang suami mendoakan istrinya saat sedang sakit?" Tanya Damar heran. Annisa hanya menggelengkan kepalanya.

Tak berselang lama ibu Lisa kembali ke kamar Annisa, ia melihat anak dan menantunya dalam suasana yang canggung.

"Damar, kau ingin makan sesuatu?" Tanya bu Lisa pada menantunya.

"Ibu lapar? Ingin ku belikan sesuatu?" Tawar Damar pada mertuanya. Bu Lisa mengangguk.

"Ibu disini saja, biar aku yang keluar mencari makan malam." Ucap Damar sambil beranjak dari duduknya. Tidak mungkin Damar membiarkan ibu mertuanya mencari makan sendirian.

Damar segera berlalu menuju restoran cepat saji yang ada di dekat rumah sakit.

Sesampainya di restoran, Damar segera memesan beberapa makanan ia merasa bodoh karena tadi langsung pergi tanpa bertanya pada mertuanya terlebih dahulu ingin makan apa malam ini.

Setelah selesai memesan Damar bergegas kembali ke rumah sakit.

Duk.......

Damar bertabrakan dengan seseorang saat hendak melewati pintu keluar.

"Maaf, aku tidak senga......." seseorang yang menabrak Damar sampai tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Damar juga tak kalah kagetnya melihat perempuan yang ada di depannya.

"Damar?" Tanya wanita itu memastikan.

"Hemm..." Damar hanya bergumam.

"Benar ini kau?" Tanya wanita itu sekali lagi memastikan.

"Minggir! Kau menghalangi jalanku!" Damar menggeser tubuh wanita di depannya ini.

Wanita di depannya hampir tersungkur karena di dorong oleh Damar. Damar melenggang pergi tanpa memperdulikan wanita yang hampir terjatuh tadi.

"Damar berhenti!" Teriak wanita itu saat melihat Damar semakin menjauh. Wanita itu berlari mengejar Damar yang sudah hampir sampai di samping mobilnya.

"Tolong, dengarkan aku dulu! Aku mohon sebentar saja," pintanya memohon pada Damar.

"Waktumu 5 menit untuk bicara, jika pembicaraan mu hanya omong kosong aku akan segera pergi!" Ucap Damar menatap wanita di depannya ini.

"Aku tau aku salah......" ucap wanita itu, belum sempat ia meneruskan ucapannya Damar sudah menyela.

"Bagus. Pergilah. Aku tidak ingin melihatmu!" Ucap Damar kasar.

"Damar tolong sebentar saja dengarkan aku!" Ucap wanita itu histeris.

"Via cukup, aku sudah tidak mau melihatmu lagi!" Damar berucap dan segera masuk ke dalam mobilnya.

Via. Nama yang tidak pernah Damar hilangkan dari hatinya. Jika dulu namanya bersanding dengan cinta yang ada di hati Damar, lain halnya dengan saat ini hati Damar benar-benar murka jika seseorang menyebut nama seseorang yang bagi Damar tidak punya hati nurani.

Damar menepikan mobilnya di bahu jalan. Emosinya sudah tak terbendung, ia menghantam stir mobil sekencang-kencangnya dengan tangannya.

"Sial!" Damar mengumpat tertahan. Damar mengatur nafasnya untuk mengendalikan emosinya yang meluap-luap.

Lama kelamaan Damar menangis mengingat semua luka yang di torehkan oleh wanita masa lalunya.

Deringan telefon genggam milik Damar menyadarkan sang empunya bahwa dia harus kembali ke rumah sakit segera.

...****************...

"Apa restorannya antri?" Tanya Annisa saat melihat Damar masuk ke dalam ruangannya.

"Lumayan, aku juga tidak tau ibu ingin makan apa, jadi aku memesan beberapa makanan jadi itu membuatku lama untuk kembali," Damar menerangkan.

"Apa saja, ibu tidak rewel jika hanya masalah makanan," sahut bu Lisa.

Damar menyerahkan paper bag yang berisi beberapa makanan pada mertuanya.

Setelah makan malam, tiba-tiba bu Lisa berkata,

"Besok ibu akan pulang sebentar ke rumah, saat ibu pulang bicarakan baik-baik tentang pernikahan kalian, ibu tidak akan membicarakan hal ini pada ayah Annisa, ibu takut beliau akan terpukul jika mengetahui hal ini," ucap bu Lisa.

"Ibu harap ada jalan terbaik untuk pernikahan kalian, seperti yang ibu sampaikan pada Damar tadi jika kalian ingin melanjutkan pernikahan kalian ibu harap hubungan kalian baik-baik saja, tetapi jika ingin menyudahi pernikahan kalian ibu mohon pada Damar untuk mengembalikan Annisa baik-baik pada kami!" Ucap bu Lisa tegas di akhir kalimatnya.

"Iya bu, Nisa akan pikirkan baik-baik nanti. Sekarang aku tidak bisa berfikir, aku mengantuk," Annisa berkata sambil menguap.

Damar melihat istrinya sambil menggelengkan kepalanya perlahan. Ia mengambil sebelah tangan Annisa yang tidak terkena infus dan mengelusnya perlahan.

"Selamat tidur, lekas sembuh istriku," ucap Damar lirih saat melihat Annisa semakin tenggelam dalam kantuknya.

Annisa pasti akan tersenyum dan mimpi indah malam ini.

Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!