CLB(t)K 15

"Reenan!"

"Kakek?"

"Tuan besar?"

Ketiga orang yang ada di dalam ruangan itu serentak saling pandang, dengan cepat Annisa segera menundukkan pandangannya ia terlalu takut untuk menatap kakek dari bosnya itu.

"Kenapa kakek tiba-tiba datang kesini?" tanya Reenan heran.

"Kenapa? Ini kantorku!" ucap kakek Reenan.

"Siapa dia?" tanya kakek Reenan menunjuk Annisa.

"Sekertaris yang baru,"

"Kalian berdua duduk!" perintah kakek Reenan, "Jelaskan apa yang aku lihat tadi!"

"Memang apa yang kakek lihat?" tanya Reenan kembali.

"Reenan!"

"Maaf tuan besar, apa yang tuan besar lihat tidak seperti itu kenyataannya, pak Reenan hanya berbaik hati mengobati luka di pipi saya," jelas Annisa.

Reenan menatap Annisa malas, kenapa juga Annisa harus repot-repot menjelaskan sesuatu yang pasti tidak kakeknya percaya.

"Kau masih tau batasan kan Reenan? Jika ingin melangkah lebih jauh menikah! Sudah berapa kali aku menyuruhmu untuk menikah? Jawab!"

"Aku tidak pernah menghitungnya kek," jawab Reenan malas.

"Apa harus menungguku mati baru kau akan menikah?"

"Nanti aku pikirkan lagi," ucap Reenan sambil melangkah ke kursinya.

"Annisa keluarlah," ucap Reenan pada Annisa. Annisa mengangguk dan keluar dari ruangan setelah sedikit membungkuk pada kakek Reenan.

"Siapa dia?" tanya kakek Reenan setelah Annisa keluar dari ruangan.

"Sekertaris ku,"

"Kau tertarik padanya? Jika iya kakek akan melamar dia untukmu,"

"Aku bukan tipe lelakinya, dia ingin laki-laki yang sederhana dan lagipula dia janda pasti akan lebih selektif untuk mencari suami," ungkap Reenan.

"Janda? Gadis semuda itu janda?" kakek Reenan terkejut mendengarnya.

"Iya"

"Aku sudah tidak punya kriteria khusus untuk perempuan yang akan menjadi istrimu, kau terlalu bebal dengan pilihan-pilihanku, jika kau mau janda pun kakek tidak masalah, asal dia seagama dan dari keluarga yang baik-baik kakek akan menyetujuinya" ucap sang kakek.

Reenan sedikit terkejut, tapi tidak di pungkiri sedikit senyum terbit di bibirnya.

"Kakek tau siapa dulu suaminya?" tanya Reenan pada kakeknya.

"Tidak,"

"Suaminya adalah CEO Win's Group, aku sudah tau sejak lama sebenarnya karena beberapa kali berita perceraian mereka di siarkan di televisi, tapi aku pura-pura diam dan tidak tau agar ia nyaman bekerja," jelas Reenan.

"Terserah, jika memang mau kita bisa bicarakan ini nanti,"

"Heeemmmm,"

Kakek Reenan berdiri untuk kembali pulang setelah mendapat jawaban tersirat dari sang cucu.

Saat melewati meja Annisa, kakek Reenan berhenti dan menatap Annisa dengan ramah.

"Tuan besar ingin saya antar sampai lobi?" tawar Annisa.

"Ayo!"

Annisa segera beranjak dan menggandeng lengan kakek dengan hati-hati.

"Berapa usiamu?" tanya kakek Reenan.

"Tahun ini 26 tahun tuan," jawab Annisa sopan.

Hardi. Kakek Reenan mengamati Annisa dengan seksama, walaupun risih tapi Annisa tetap memasang senyumnya.

Menurut Hardi, Annisa wanita yang baik di lihat dari cara berpakaiannya yang sopan, tutur kata dan perilaku yang tidak di buat-buat Hardi yakin jika cucunya pasti menaruh hati pada sekretarisnya ini.

"Di mana rumahmu?" tanya kakek Reenan kembali.

"Di alamat ini tuan," Annisa mengatakan alamat rumahnya.

Mereka sampai di lobi perusahaan, Hardi kemudian berdiri menunggu sang sopir menjemputnya di depan pintu masuk.

"Pulanglah, pipimu kelihatan memar sekali aku yang akan bertanggung jawab jika Reenan memarahi mu"

"Terima kasih perhatiannya tuan besar," balas Annisa sambil tersenyum.

Annisa kembali ke mejanya, baru saja duduk Reenan sudah memanggil ke ruangannya.

"Pulanglah!" ucap Reenan saat melihat Annisa sudah berdiri di depannya.

"Tapi pak, masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan," tolak Annisa.

"Aku tidak suka di bantah. Ingat hal itu?"

"Maaf, tapi bukankah ini akan menjadi bahan pembicaraan baru di kalangan para pegawai lagi?"

"Pulang, obati pipimu, kembali lagi besok!"

"Pak....."

"Pulang! Jangan membantah!"

Annisa mengangguk kaku mendengar perintah Reenan, ia segera keluar dari ruangan dan membereskan barangnya untuk segera pulang.

Annisa membelokkan motornya ke arah salah satu mall yang biasa ia lewati setiap hari,

Sesekali membeli baju baru tak apakan? Toh ia membeli baju dengan uangnya sendiri.

Annisa berjalan menyusuri satu toko ke toko lainnya, awalnya hanya berniat membeli satu stel baju malah berakhir dengan membeli sepatu, piyama, dan beberapa hal lainnya seperti aksesoris juga tak ketinggalan di beli Annisa.

"Kenapa bisa sebanyak ini?" Annisa menatap kantong belanjaan yang ada di tangannya.

"Mau ku bantu?" tawar seseorang yang berada di samping Annisa.

Annisa menoleh cepat "Kak Damar?" ucap Annisa spontan.

"Kakak mengenaliku?"

"Aku mantan suamimu, mana mungkin tidak mengenalimu," ucap Damar.

"Padahal aku sudah pakai masker,"

"Aku hafal wajahmu sekalipun kau tutup dengan masker!"

"Kakak sedang apa disini?" tanya Annisa penasaran.

"Bertemu klien sekalian makan siang," jawa Damar jujur "Kau sendiri kenapa tidak bekerja dan malah keluyuran di mall siang-siang begini?"

"Ada sedikit masalah dan aku di ijinkan untuk pulang terlebih dahulu," jawab Annisa sambil tersenyum.

"Mau sekalian makan?" tawar Damar.

"Boleh, kebetulan aku juga lapar,"

Mereka berjalan menuju restoran yang menyediakan menu-menu khas jepang yang ada di dalam mall.

"Bagaimana hubungan kakak dengan Gita?" tanya Annisa saat mereka sedang menunggu makan siang. Sebenarnya hanya Annisa yang makan siang, Damar hanya sekedar menemani.

"Gita? Gita siapa?" beo Damar.

"Bukankah kakak sedang dekat dengan temanku yang bernama Gita?"

"Aku? Kapan aku dekat dengan temanmu?" ucap Damar semakin bingung.

Annisa mengeluarkan ponselnya dan mencari foto Damar dan Gita yang Gita kirimkan beberapa waktu lalu.

Damar terkejut ketika pertemuan tidak sengaja itu di buat Gita seakan mereka sedang dekat.

"Sedikit nasihat untukmu, ada bagusnya memang tidak memilih-milih teman, tapi lebih bagus lagi jika berteman dengan orang-orang yang baik dan tidak bermuka dua seperti itu!" ucap Damar memberi nasihat.

"Bermuka dua bagaimana?"

"Dia baik di depanmu pasti, tapi di belakangmu kau tidak tau seperti apa dia sesungguhnya!" ucap Damar.

Lalu Annisa menceritakan kejadian saat ulang tahun pekerjaan beberapa waktu lalu, Damar hanya menyimak perkataan Annisa dengan seksama.

"Hati-hatilah saat sudah bekerja seperti ini, tidak semua orang yang baik padamu itu benar-benar bermaksud baik," Damar kembali memberi nasihat.

Saat makanan sudah sampai di meja akhirnya Annisa bisa melepas masker yang di pakainya untuk makan, seketika Damar terkejut saat melihat pipi Annisa yang sedikit memar dan kemerahan.

"Pipimu kenapa? Kau berkelahi?" tanya Damar penasaran. Annisa mengangguk.

"Kenapa sampai bisa seperti itu?" tanya Damar sambil mengulurkan tangannya menyentuh pipi Annisa.

Mendapat perlakuan seperti itu Annisa reflek memundurkan duduknya, Damar pun kembali menarik tangan yang sempat memegang pipi Annisa.

"Masih sakit?" tanya Damar.

"Masih sedikit sebenarnya, tapi besok juga hilang," jawab Annisa.

"Kenapa bisa sampai seperi itu?"

"Aku tidak tau dimana letak salahku, semua pegawai membicarakan hal buruk tentangku hanya karena aku seorang janda," jawab Annisa jujur, seketika nafsu makannya hilang saat ia teringat hal yang selama ini di alaminya.

"Maafkan aku," tiba-tiba Damar berucap tulus. Annisa mendongak memperhatikan mantan suaminya itu.

"Jika boleh jujur aku sangat menyesal menceraikan mu dan membuatmu harus menanggung beban seperti itu" ucap Damar sambil menatap Annisa dalam.

"Jika kesempatan itu ada, aku ingin kembali memperbaiki semuanya denganmu, ingin membahagiakanmu, ingin melindungi mu, ingin melakukan semua hal denganmu bahkan aku juga ingin menua bersamamu, dan jika di ijinkan aku ingin kembali menikah denganmu," ucap Damar.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

terlambat😝

2024-03-14

1

Isnaaja

Isnaaja

yah begitulah cewek,niatnya mau beli ini tapi kalau udah sampai ditempat belanja jadi beli itu itu itu dan itu 😁😁.

2024-03-14

1

Isnaaja

Isnaaja

saking bosannya si kakek sampai janda pun ora popo 😁, mau janda atau gadis juga yang penting baik,seagama ya kek.

2024-03-14

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!