CLB(t)K 3

Damar dan Annisa sudah sampai di salah satu hotel bintang lima yang ada di Jakarta. Ia berjalan pelan memasuki ballroom tempat di adakan resepsi temannya.

"Kak," Annisa memanggil Damar lirih. Damar seketika melihat ke arah Annisa bingung.

"Bolehkah aku menggandeng lengan kakak? Itu juga jika kakak berkenan, maaf jika permintaanku lancang," Pinta Annisa malu-malu sekaligus gugup.

Damar diam saja, tapi ia meraih tangan Annisa dan mengapitnya di lengannya. Annisa tentu saja senang dengan tindakan Damar. Ia bisa tersenyum lebar sekarang.

Damar tau Annisa tidak ingin orang lain tau tentang rumah tangganya, apalagi sekarang ia berada di antara teman-temannya, sebisa mungkin Annisa pasti berusaha untuk menunjukan bahwa rumah tangganya berjalan normal seperti kebanyakan.

"Annisa," secepatnya Annisa menoleh ke arah sumber suara, temannya bernama Mia memanggilnya sesaat setelah ia turun dari atas panggung pelaminan.

Annisa dan Damar mendekat ke arah segerombolan teman Annisa yang masing-masing juga membawa pasangan.

"Hai semua," Annisa menyapa teman-temannya.

"Ini suamimu?" Tanya Mia penasaran. Maklum saja selama ini Annisa tidak pernah menunjukan suaminya ke siapapun baru malam ini teman-temannya bisa melihat langsung suami Annisa.

"Iya, perkenalkan ini Kak Damar suamiku." Annisa memperkenalkan Damar. Merasa di perkenalkan Damar menjabat tangan teman-teman Annisa satu persatu.

"Ganteng begini, makanya sama Annisa di umpetin terus gak pernah di kenalin, takut di tikung ya Nis?" Salah satu teman Annisa bernama Gita akhirnya ikut buka suara saat melihat Damar untuk pertama kali.

Bagaimana tidak, Damar laki-laki yang gagah, wajahnya pun blasteran Indonesia dan Rusia mempunyai kulit putih bersih, tingginya pun mencapai angka 180cm. Siapapun yang melihat pasti akan berkata bahwa Damar itu tampan.

Annisa hanya tersenyum canggung, ia tidak tau harus menjawab apa.

"Saya memang tidak terlalu suka terpublikasi." Ucap Damar saat melihat istrinya kebingungan.

"Bagaimana kalian bisa menikah? Apa selama ini Annisa mengejar-ngejar kakak?" Tanya Gita penasaran.

Dilihat sekilas saja Damar tau bahwa Gita tertarik padanya, mungkin sikapnya tidak terlalu menunjukan bahwa Gita tertarik padanya, tapi mata tidak akan pernah bisa berbohong.

"Kami saling cinta." Ucap Damar santai. Annisa yang mendengar kata-kata Damar langsung menoleh ke arah suaminya.

Kaget. Itu hal pertama yang Annisa rasakan saat mendengar kalimat Damar, walaupun Annisa tau itu hanya kebohongan tapi ia tetap senang mendengarnya.

"Lalu kamu sudah isi belum Nis? Kalian kan sudah lama menikah, kamu juga sudah lulus dan wisuda tahun ini jadi apa sudah ada program segera memiliki bayi?" Tanya Mia penasaran.

"Emmm..... untuk itu aku minta doanya saja ya semoga di berikan yang terbaik." Annisa tidak tau harus menjawab apa. Jangankan memiliki bayi, membuatnya saja tidak pernah.

"Aduh Nisa kamu ini gimana, kalau suami kamu malah kecantol perempuan lain yang bisa segera ngasih dia anak gimana?" Gita kembali bersuara.

Annisa bingung tidak tau harus menjawab apalagi, dia hanya melihat Damar seakan meminta pertolongan.

"Maaf tapi kata-kata anda bisa menyakiti hati istri saya, dan bagi saya tidak ada yang boleh menyakiti hati istri saya termasuk anda dan teman-teman Annisa yang lain." Damar segera menarik Annisa pergi dari hadapan teman-temannya.

Damar berlalu sambil melepas gandengan tangan Annisa, lalu ia beralih untuk merangkul pinggang Annisa agar teman-teman Annisa bisa melihat bahwa ia sangat melindungi Annisa.

"Terima kasih." Ucap Annisa lirih.

"Masih ingin disini?" Damar bertanya saat melihat Annisa hanya terdiam setelah bertemu dengan teman-temannya.

Damar tau bahwa Annisa pasti sangat tersinggung dengan ucapan temannya, apalagi saat menyinggung soal momongan.

"Ayo pulang saja kak!" Annisa berjalan mendahului Damar. Damar hanya mengikuti sambil merangkul pundak Annisa, ia ingin malam ini saja ia berguna bagi istrinya.

Sesampainya di apartemen Annisa langsung masuk ke dalam kamarnya, ia tidak ingin siapapun mengganggunya saat ini.

Damar yang melihat hanya bisa menghela nafas pasrah, dia juga turut andil dalam hal ini karena bagaimanapun ia adalah suaminya dan mereka juga sudah menikah, jadi pertanyaan-pertanyaan seperti tadi adalah hal wajar bagi pasangan suami istri yang kehidupan rumah tangganya normal.

"Annisa?" Damar mengetuk pintu kamar Annisa, tidak ada respon dari dalam.

"Annisa, keluar!" Damar memanggil istrinya kembali dengan sedikit keras.

"Annisa jika kamu tidak segera keluar maka saya yang akan masuk!" Ucap Damar tanpa basa basi sambil membuka pintu kamar Annisa.

Dan di saat bersamaan Annisa baru keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan selembar handuk seperti saat pertama kali Damar melihat Annisa di rumahnya setelah pernikahan.

Mereka mematung, Damar juga tidak bergerak menjauh malah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar Annisa.

"Kakak mau apa?" Annisa mengeratkan simpul handuk yang ada di depannya agar tidak melorot.

Damar tidak menjawab tapi langkah kakinya terus mendekat ke arah istrinya dengan pandangan yang sulit di artikan.

Saat tepat berada di depan istrinya, Damar melihat ke dalam mata Annisa.

"Annisa, percayalah aku laki-laki normal yang melihatmu begini pikiran liar ku sudah tidak bisa ku kendalikan, tapi...." belum sempat Damar menyelesaikan kalimatnya Annisa sudah menyela.

"Jika kakak meminta hak kakak sebagai suami aku akan memberikannya, dengan atau tanpa cinta kakak adalah suamiku jika kakak mau kakak bisa memintanya dariku kapan saja." Ujar Annisa dengan suara bergetar.

Damar paham bahwa ini pengaruh ucapan teman-temannya Annisa di pesta tadi. Damar tidak menyalahkan siapapun toh orang tua mereka juga selalu bertanya tentang cucu, jadi bagi Damar ini bukan hal yang baru.

Jika ada yang berfikir Damar selama ini diam saja tidak pernah menyentuh wanita sama sekali itu berarti pemikiran mereka salah.

Damar termasuk salah satu Casanova ibu kota, hanya saja ia selalu bermain apik dan bersih seolah-seolah ia tidak pernah bersinggungan dengan hal semacam itu.

"Aku tau kau terpukul dengan ucapan temanmu tadi, tidak usah di pikirkan sekarang ganti bajumu dan keluarlah aku akan memesan makan malam!" Ucap Damar hendak berlalu dari hadapan Annisa.

Annisa meraih tangan Damar sebelum Damar melangkah meninggalkannya.

"Aku sungguh-sungguh kak, jika kakak mau aku bisa memberikannya sekarang!" Saat Annisa berkata seperti itu, tanpa disadari ia mengeratkan genggamannya pada simpul handuk yang ia kenakan dan itu tidak luput dari penglihatan Damar.

"Berpakaian sekarang, aku tunggu di meja makan!" Damar melepas genggaman Annisa perlahan dan melangkah keluar.

Seketika Annisa terduduk sambil menangis tertahan. Bahkan ia rela membuang malu untuk menyerahkan dirinyapun Damar tetap tidak mau menyentuhnya.

Annisa sudah di titik ia lelah menghadapi Damar, ia sudah tidak mau lagi berurusan dengan lelaki itu tetapi hatinya tetap tidak mau untuk bekerja sama dengan pikirannya.

Annisa sudah terlanjur teramat dalam mencintai Damar, dengan perasaan sebesar ini yang ia dapat hanya sia-sia belaka.

"Ibu, ayah Nisa ingin pulang, Nisa sudah tidak kuat lagi rasanya." Ucapnya lirih dengan air mata yang terus saja berderai.

Terpopuler

Comments

Isnaaja

Isnaaja

ucapan sama tindakan berbeda ya 🤭😁

2024-03-13

1

Isnaaja

Isnaaja

👏👏👏 wih gayanya casanova kita

2024-03-13

1

Isnaaja

Isnaaja

si gita kepo 😁

2024-03-13

1

lihat semua
Episodes
1 CLB(t)K 1
2 CLB(t)K 2
3 CLB(t)K 3
4 CLB(t)K 4
5 CLB(t)K 5
6 CLB(t)K 6
7 CLB(t)K 7
8 CLB(t)K 8
9 CLB(t)K 9
10 CLB(t)K 10
11 CLB(t)K 11
12 CLB(t)K 12
13 CLB(t)K 13
14 CLB(t)K 14
15 CLB(t)K 15
16 CLB(t)K 16
17 CLB(t)K 17
18 CLB(t)K 18
19 CLB(t)K 19
20 CLB(t)K 20
21 CLB(t)K 21
22 CLB(t)K 22
23 CLB(t)K 23
24 CLB(t)K 24
25 CLB(t)K 25
26 CLB(t)K 26
27 CLB(t)K 27
28 CLB(t)K 28
29 CLB(t)K 29
30 CLB(t)K 30
31 CLB(t)K 31
32 CLB(t)K 32
33 CLB(t)K 33
34 CLB(t)K 34
35 CLB(t)K 35
36 CLB(t)K 36
37 CLB(t)K 37
38 CLB(t)K 38
39 CLB(t)K 39
40 CLB(t)K 40
41 CLB(t)K 41
42 CLB(t)K 42
43 CLB(t)K 43
44 CLB(t)K 44
45 CLB(t)K 45
46 CLB(t)K 46
47 CLB(t)K 47
48 CLB(t)K 48
49 CLB(t)K 49
50 CLB(t)K 50
51 CLB(t)K 51
52 CLB(t)K 52
53 CLB(t)K 53
54 CLB(t)K 54
55 CLB(t)K 55
56 CLB(t)K 56
57 CLB(t)K 57
58 CLB(t)K 58
59 CLB(t)K 59
60 CLB(t)K 60
61 CLB(t)K 61
62 CLB(t)K 62
63 CLB(t)K 63
64 CLB(t)K 64
65 CLB(t)K 65
66 CLB(t)K 66
67 CLB(t)K 67
68 CLB(t)K 68
69 CLB(t)K 69
70 CLB(t)K 70
71 CLB(t)K 71
72 CLB(t)K 72
73 CLB(t)K 73
74 CLB(t)K 74
75 CLB(t)K 75
76 CLB(t)K 76
77 CLB(t)K 77
78 CLB(t)K 78
79 CLB(t)K 79
80 CLB(t)K 80
81 CLB(t)K 81
82 CLB(t)K 82
83 CLB(t)K 83
84 Pengumuman
85 CLB(t)K 84 (Epilog)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
CLB(t)K 1
2
CLB(t)K 2
3
CLB(t)K 3
4
CLB(t)K 4
5
CLB(t)K 5
6
CLB(t)K 6
7
CLB(t)K 7
8
CLB(t)K 8
9
CLB(t)K 9
10
CLB(t)K 10
11
CLB(t)K 11
12
CLB(t)K 12
13
CLB(t)K 13
14
CLB(t)K 14
15
CLB(t)K 15
16
CLB(t)K 16
17
CLB(t)K 17
18
CLB(t)K 18
19
CLB(t)K 19
20
CLB(t)K 20
21
CLB(t)K 21
22
CLB(t)K 22
23
CLB(t)K 23
24
CLB(t)K 24
25
CLB(t)K 25
26
CLB(t)K 26
27
CLB(t)K 27
28
CLB(t)K 28
29
CLB(t)K 29
30
CLB(t)K 30
31
CLB(t)K 31
32
CLB(t)K 32
33
CLB(t)K 33
34
CLB(t)K 34
35
CLB(t)K 35
36
CLB(t)K 36
37
CLB(t)K 37
38
CLB(t)K 38
39
CLB(t)K 39
40
CLB(t)K 40
41
CLB(t)K 41
42
CLB(t)K 42
43
CLB(t)K 43
44
CLB(t)K 44
45
CLB(t)K 45
46
CLB(t)K 46
47
CLB(t)K 47
48
CLB(t)K 48
49
CLB(t)K 49
50
CLB(t)K 50
51
CLB(t)K 51
52
CLB(t)K 52
53
CLB(t)K 53
54
CLB(t)K 54
55
CLB(t)K 55
56
CLB(t)K 56
57
CLB(t)K 57
58
CLB(t)K 58
59
CLB(t)K 59
60
CLB(t)K 60
61
CLB(t)K 61
62
CLB(t)K 62
63
CLB(t)K 63
64
CLB(t)K 64
65
CLB(t)K 65
66
CLB(t)K 66
67
CLB(t)K 67
68
CLB(t)K 68
69
CLB(t)K 69
70
CLB(t)K 70
71
CLB(t)K 71
72
CLB(t)K 72
73
CLB(t)K 73
74
CLB(t)K 74
75
CLB(t)K 75
76
CLB(t)K 76
77
CLB(t)K 77
78
CLB(t)K 78
79
CLB(t)K 79
80
CLB(t)K 80
81
CLB(t)K 81
82
CLB(t)K 82
83
CLB(t)K 83
84
Pengumuman
85
CLB(t)K 84 (Epilog)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!