Pagi yang cerah disambut dengan obrolan dari Ananda yang mendadak jadi bawel. Ananda terlihat sangat bahagia hingga Malini merasa sangat lega. Mata kanan Ananda sudah bisa melihat dengan lebih baik. Meski sempat agak bengkak dan sudah menjadi efek samping lumrah dari operasi lensa, Ananda sudah langsung ceria tak lama setelah Malini meneteskan tetes mata khusus ke mata kanan Ananda.
Hanya saja, kebahagiaan Ananda tak sejalan dengan keadaan Jason yang malah terlihat gelisah. Jason tengah sibuk dengan ponselnya, membaca sederet pesan yang menghiasi layar ponselnya.
“Semuanya baik-baik saja, kan?” lirih Malini sengaja bertanya sekaligus memastikan. Namun, Jason malah kebingungan dan tampak jelas tidak fokus. Seolah kecurigaan Malini jika sesuatu telah terjadi bahkan fatal kepada Jason, memang benar.
Baru Malini ingat, tiga hari sudah Jason ada di sana, menemaninya, dan juga tidak pernah pulang. Tiga hari yang menjadi kebahagiaan tersendiri untuk Ananda, hingga kesembuhan bocah itu juga beranjak normal dengan drastis. Tinggal kedua kaki Ananda saja yang masih mengalami trauma dan sampai detik ini belum bisa bergerak. Alasan yang membuat Malini ingin segera mengusut Gissel sampai tuntas, agar Gissel mendapatkan balasan setimpal.
Karena Jason tetap kebingungan, Malini yang merasa kini dirinya sudah menjadi bagian dari Jason, begitupun sebaliknya, sengaja mengambil ponsel Jason. “Sebentar.”
Jason yang sempat terkejut, berangsur terduduk lemas di pinggir sofa lipat biasa ia tidur selama tiga malam terakhir di sana. Sementara kini, Ananda yang sudah diperbolehkan pulang, tengah diemban oleh Akala. Keduanya tengah memandangi suasana luar melalui hamparan kaca jendela. Di luar, matahari sedang terik-teriknya, sementara merujuk pada obrolan Ananda dan Akala, Ananda meminta Akala untuk menggunakan sunscreen agar tidak gosong.
“Siapa yang ngajarin buat pakai sunscreen biar enggak gosong?” tanggap Akala yang sudah langsung tersenyum geli kepada Ananda.
Ananda yang masih menatap Akala juga jadi cekikikan. “Kata mamah, Pakde. Lihat, kulit aku jadi lembut putih gini, kan?”
Susah payah Akala menahan tawanya. Ia membenamkan wajahnya ke wajah Ananda. “Besok ikut pulang kampung, ya. Pokoknya kalau Pakde pulang, Nanda ikut!”
“Mau tapi aku sekolah. Eh tapi kakiku enggak bisa jalan, pasti nanti diej*ek temen-temen lagi!” Kali ini Ananda mendadak sedih. “Tapi aku enggak boleh sedih, biar mamah sama papah aku juga enggak sedih!”
Ananda benar-benar anak genius. Keadaan membuat bocah itu berpikir lebih dewasa dari umurnya, dan jujur saja sebenarnya Akala sangat sedih. Yang Akala mau, Ananda tetap tumbuh sekaligus berpikir layaknya anak pada kebanyakan. Hingga Akala sangat berharap, Jason tidak akan berubah. Akala berharap, Jason mampu menjadi papah yang baik untuk Ananda, selain Jason yang bisa mencintai Malini maupun Ananda dengan sempurna.
“Kamu dikeluarkan dari pemain inti?” lirih Malini menatap prihatin Jason yang duduk di hadapannya karena ia duduk di pinggir ranjang rawat Ananda.
Jason menghela napas kasa*r kemudian meraih ponselnya dari tangan kanan Malini. “Ya sudahlah, enggak apa-apa. Memang aku yang salah. Aku terlalu asyik main sama Nanda. Aku terlalu nyaman menghabiskan waktu sama kalian. Dan semua ini bikin aku sampai lupa buat izin makanya langsung dikeluarkan dari grup pemain inti,” ucap Jason tanpa berani menatap Malini yang sudah ia pergoki langsung sedih bahkan merasa sangat bersalah atas apa yang menimpanya.
Dikeluarkan dari tim inti, ini sangat menyakitkan bagi siapa pun yang untuk bisa menjadi pemain inti memang sangat tidak mudah. Terlebih yang Malini tahu, Jason merupakan ketua dari tim basketnya.
“Jangan dipikirin lah. Aku mau fokus kerja saja.” Jason yakin dengan keputusannya.
“Diselesaikan dulu,” yakin Malini yang juga meminta Jason untuk latihan lebih rajin. “Kamu harus lebih tanggung jawab. Ibaratnya, kalau kamu mau pensiun, pensiun lah dengan catatan yang baik bahkan indah. Kamu pasti merintis ini dari bawah, kan?” lembut Malini.
“Yang penting aku tetap bisa jaga kewarasan Nanda. Karena kenangan bu*ruk di masa kecil sangat enggak baik buat tumbuh kembang kita apalagi saat kita harus menjadi orang dewasa. Saat kita menjadi orang tua, masa lalu dan lingkungan kita tumbuh, bisa jadi cerminan apa yang kita lakukan. Jangan sampai, Ananda merasa gagal hanya karena dia tidak memiliki kenangan baik di masa kecil. Belum lagi kakinya yang masih belum bergerak. Belum lagi matanya yang masih harus beberapa kali menjalani operasi lensa!” yakin Jason yang juga sampai meminta Malini untuk tidak menyekolahkan Ananda secara formal, selama Ananda belum bisa berjalan dengan semestinya. Ia tidak rela jika Ananda terus dibul*ly oleh teman-temannya layaknya yang selama ini Ananda alami hanya karena keadaan kedua matanya, sekaligus kenyataan Ananda yang tak punya papah.
“Kamu memikirkan kami serinci itu, jadi biarkan aku, biarkan kami juga mendukung kamu. Enggak apa-apa hanya jadi pemain cadangan, yang penting kamu tunjukkin tanggung jawab sekaligus penyesalan kamu sudah bikin mereka ragu bahkan kecewa,” yakin Malini.
Setelah melakukan pertimbangan alot karena Jason tetap ingin melepas bahkan mengakhiri karier basketnya, demi Malini maupun Ananda, akhirnya Jason mau mengikuti Arahan Malini.
“Kalian benar-benar serius, kan? Kalian akan menikah?” tanya Akala ketika Ananda dibawa keluar oleh Tuan Maheza maupun ibu Aleya. Mereka sudah nyaris pulang, tapi sebagai wali Malini selaku suami dari kakak Malini, Akala ingin kejelasan dari Malini apalagi Jason.
“Ya!” mantap Jason yang kemudian menatap Malini.
Malini yang tak percaya dengan jawaban mantap dari Jason, balas menatap Jason. Untuk sejenak, ia terpaku kepada kedua mata biru Jason yang menatapnya dengan tatapan khas seseorang yang sangat berharap. Barulah ia mengangguk kemudian membenarkan. “I-ya, Mas!” Meski belum begitu yakin, Malini akan memulai. Demi Ananda, juga dirinya yang berhak bahagia, ia akan menjalaninya bersama Jason. Mereka memang belum kenal, tapi komitmen mereka menjadi awal mula mereka maju dan terus begitu.
“Demi aku dan Nanda, Jason rela kehilangan karier basketnya. Dia yang clengean dan memiliki gaya hidup bebas juga siap menikah, selain dia yang sampai mau mencoba bekerja di pekerjaan terikat. Ini memang sudah saatnya aku memulai lembaran baru, meninggalkan masa laluku yang suram, juga menuntut keadilan untuk nasib Ananda. Ananda bahkan sampai tidak bisa berjalan. Betapa berat beban fisik, luka, bahkan beban mental yang harus Nanda rasakan. Namun semoga setelah ini, pelangi akan selalu menyertai setiap detik waktu yang Ananda miliki. Terlebih jika aku amati, yang Nanda butuhkan memang papah clengean tapi tanggung jawab seperti Jason,” batin Malini.
Di luar, kabar yang Malini Alami, dari menjadi korban pele*cehan se*ksual oleh ayah tirinya sendiri, juga nasib Malini yang ditalak di malam pertama hanya karena sudah tidak perawan, bahkan fatalnya kehamilan yang Malini kabarkan justru membuat Devandra membatalkan pernikahan mereka. Semua itu sudah Akala sebarluaskan, dan langsung viral.
Ka*s*us Devandra, Gissel, yang menjadikan Ananda maupun Malini sebagai korban, benar-benar viral. Hanya saja di balik semua itu, pihak Davendra yang tetap tidak mau disalahkan apalagi dikalahkan, sengaja membalas apa yang Akala lakukan. Akala dilaporkan karena kas*us pencema*ran nama baik, selain kasus bogem yang Akala lakukan dan pihak Davendra katakan sebagai peng*aniaia*an.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nartadi Yana
masih gak sadar juga keluarga Dev maling teriak maling
2024-10-28
0
Sugiharti Rusli
semoga Jason ga goyah yah sama komitmen nya sama Ananda dan Malini walo apapun yang terjadi ke depan,,,
2023-12-10
7
Firli Putrawan
oh tdk akan kalah mas akala byk yg blm d bahas d pengadilan siap siap aja jd kismin devandra
2023-10-14
1