Malini segera mengetik pesan dan ia kirimkan kepada Jason.
Malini : Tolong jangan pergi dulu. Ini orang tiba-tiba datang. Aku takut loh.
Membaca pesan tersebut, Jason sudah langsung membalas.
Papah Ananda : Iya.
Namun baru Jason sadari, ia mencium alk*o*hol dari Devandra, walau kadarnya tidak terlalu mencolok. “Sori,” ucap Ananda lirih. Ia membiarkan Malini kembali lewat di hadapannya, memberi wanita itu jalan lebih leluasa hingga ia membuat Devandra lebih mundur. Selain itu, ia juga sengaja menarik tirai yang sempat Devandra tarik, demi privasi Malini maupun Devandra.
Di balik tirai, Malini berangsur duduk. Ia mengirimi Chole pesan. Mengabarkan bahwa kini, Devandra mendadak datang.
“Hah? Mas Dev bau al*k*o*hol?” batin Malini mendengar obrolan lirih Jason dan Devandra.
Jason, bagi Malini, meski Jason tipikal pecicilan, tapi saat di situasi yang harus membuat pemuda itu serius layaknya sekarang, Jason benar-benar bertanggung jawab.
Jason meminta Devandra untuk menjaga jarak dari Malini apalagi Ananda. “Aroma a*k*o*hol enggak baik buat anak-anak. Adiknya temenku meninggal karena ibunya pemin*um berat. Anaknya yang hanya menghirup al*ko*hol dari aroma mulut mamahnya mengalami kelainan di paru-parunya. Efek terlalu sering ada di lingkungan beraroma al*ko*h*ol, sementara alasan mamahnya begitu karena mamahnya depre*si berulang kali diselingkuhi!” ucap Jason tetap bicara meski Helios dan Akala sudah datang.
Seperti tekadnya, Akala sungguh mengh*ajar Devandra. Bogemnya beberapa kali menghujani wajah maupun perut Devandra. Termasuk tendangannya.
“Masih berani kamu ke sini, bahkan dengan keadaanmu yang bau alk*oh*ol!” Akala meny*eret Devandra yang tidak melawan, keluar dari sana.
“Dia enggak melawan memang sudah setengah sadat, atau sengaja menjebak pihak sini biar dilaporkan sebagai tindak penga*n*ia*aan?” pikir Helios sudah langsung menyusul Akala. Ia tak mau hal fatal terjadi, meski ia pun sudah sangat ingin mere*m*ukkan tulang-tulang Devandra. Namun sebelum ia benar-benar pergi, ia sengaja menitipkan Malini kepada Jason.
Di balik tirai, Jason mendapati Malini sudah berderai air mata. Tubuh Malini terguncang pelan akibat tangis yang ditahan.
“Mamah jangan menangis lagi,” ucap Ananda yang berangsur duduk, meski kedua kakinya belum bisa digerakkan.
Mendengar itu, Malini refleks menatap Jason. Kemudian, keduanya refleks menatap Ananda. Bocah itu berangsur membuka penutup matanya. Mata kanan Ananda yang sudah berfungsi berangsur menatap Malini.
“Mamah jangan menangis lagi karena sekarang, kita sudah punya papah,” yakin Ananda.
Hati Malini bahkan Jason sudah langsung terenyuh mendengarnya. Jason sengaja memberikan pelukannya kepada Malini, selain ia yang sesekali mengelus kepala Ananda. Sampai detik ini, bocah itu masih menatapnya.
“Nanda sayang, katakan kepada Papah, ini siapa?” tanya Jason sambil menunjuk dirinya sendiri meski ia masih mendekap punggung Malini menggunakan tangan kanannya.
“Papahku yang paling keren!” ucap Ananda dengan bangganya, yang mana Jason sudah langsung tertawa bahagia.
***
“Aku hanya ingin hidup tenang bersama Nanda,” lirih Malini sudah kembali berbaring di sebelah Ananda.
Di depan tirai, dan sengaja berjaga, Jason yang tidur di sofa lipat, berangsur menoleh, menatap Malini di tengah suasana yang temaram. “Dia wanita yang hebat. Sangat hebat. Karena aku memiliki mamah dengan kas*us nyaris sama. Teman-temanku pun kebanyakan korba*n brok*n home. Yaitu tadi contohnya, adiknya temenku meninggal karena mamahnya mab*ok terus. Namun Malini ... sesabar ini,” batinnya. “Beres turnamen ... aku mau insyaf. Ayo kita nikah.”
“Jangan bilang kamu enggak mau nikah lagi loh, Lin. Nanda beneran berharap kita jadi!” sergah Jason.
“Gini loh, P-pah ... maksudku, Jas!” ucap Malini berusaha menjelaskan. Ia sampai meringkuk menghadap pada keberadaan Jason. Yang mana, pemuda itu sudah langsung menatapnya, mengangkat tirai agar ia bisa menatap Malini dengan saksama tanpa penghalang lagi.
“Kamu mau bilang, kamu pernah jadi korban pel*ecehan? Duh kamu, kamu itu posisinya korban ... nah aku, aku sudah terbiasa tid*ur sama banyak wanita, walau selama itu juga, aku selalu pakai ‘pengaman’!” sergah Jason lagi yang kemudian berkata, “Bukan penjahat lagi, kan. Ba*j*ingan. Bere*ngs*ek. Eh, aku bukan penjahat karena kami ‘melakukannya’ karena memang sama-sama mau. Sekarang justru kamu kan, yang ngeri ke aku?”
Dengan polosnya, Malini yang jadi menyimak Jason dengan serius, berangsur mengangguk-angguk. “Kamu enggak mau nikah sama salah satu mereka saja?”
“Mereka mana mau menikah. Wanita seperti mereka ya lebih suka jadi simpanan dan menolak hamil apalagi punya anak. Atau kalau enggak ya paling jadi artis, DJ, penyayi, pemain film, atau setidaknya model. Makanya pas aku tahu alasan Devandra meniadakan pernikahan kalian, sementara kini dia justru sama si Gissel, astaga ... aku pengin ngajak cecak buat ketawa berjamaah!” ucap Jason yang dengan entengnya tertawa.
Terlepas dari Gissel yang jujur Malini ragukan keper*aw*anannya, Malini lebih ingin fokus pada kejelasan hubungannya dengan Jason. “Memangnya kamu sudah siap nikah? Kita beneran nikah serius? Aku lihat, kamu tipikal orang yang bebas, kamu belum pernah terikat hubungan berdurasi lama. Jadi kalau buat menikah, takutnya kamu belum siap loh Jas,” lembut Malini.
“Tapi aku enggak bisa tanpa Nanda. Aku sudah telanjur sayang Nanda. Aku enggak mau kalian kenapa-napa. Apalagi tadi aku segelisah itu, rasanya enggak tenang banget, eh ternyata bener, dia datang,” balas Jason yang memang belum terlalu yakin dengan pernikahan.
“Jadi beneran mau dicoba? Terus, gimana dengan orang tua kamu?” tanya Malini lagi.
Kali ini, Jason tak langsung menjawab. Ia terdiam sejenak kemudian merenung. “Sebenarnya aku sudah diminta, bahkan dipa*ak*sa buat nikah dalam waktu dekat.” Ia menatap sedih kedua mata Malini. “Ya sudah, ... ayo nikah saja.”
“Boleh, nikah sama janda anak satu, dan sebelumnya pernah jadi ko*rb*an pel*cehan se*k ... apalagi kan kasu*sku lagi diangkat. Mas Akala sudah menyebarkan beritaku. Dari waktu aku masih berusia enam tahun, dan baru ditemukan faktanya bahwa aku juga ko*r*ban.” Malini berucap dengan hati-hati. Ia tak ingin Jason menyesali keputusannya.
“Mah ... Pah ....”
Namun, suara mengigau Ananda barusan seolah menjadi jawaban.
“Mah, Pah ... besok kita jalan-jalan, ya?” lanjut Ananda masih mengigau. Kini, kedua tangannya terangkat. “Aku sayang kalian. Aku seneng banget punya papah keren. Ayo kita pelukan lagi!”
Jason yang pernah ada di posisi Ananda, jadi nelangsa. Saat itu, dirinya hanya akan dip*uk*ul, atau paling sering yaitu mendapatkan kata-kata kas*ar dari sang mamah yang melua*pkan rasa kesalnya terhadap papah Jason, justru ke Jason. Namun untuk Ananda, bocah itu diperlakukan penuh cinta karena yang Malini lakukan memang langsung memeluk Ananda.
“Aku mantap mau nikah sama kamu. Apa pun syaratnya. Asal kita sama-sama sama Nanda, ibaratnya, nantinya aku pasti juga bakalan dapat kebahagiaan dari masa kecilku yang enggak bahagia.” Jason yang awalnya berdiri di belakang Malini, berangsur mengungkung tubuh Malini maupun Ananda. Pemuda itu berangsur memeluk keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
geprek trs bakar hel
2024-10-26
0
Giantini
tp mamanya dev licik lho... kasihan mahlini dan Nanda..semoga Jakson bisa melindunginya
2024-07-08
0
Berkah Kafa Jaya
Kak Thor Rositi. kisah Jason sedikit mirip kisah si Oppa Ojan masa kurang Kasih Sayang...bedanya Perjakanya belom tercemar.
2024-01-14
4