“Keluar dari sini!” Mata Chalvin menatap tajam sosok Devandra yang masih duduk nyaman di kursi kerja.
Setelah membant*ing pintu di sana, Chalvin menerobos masuk. Dari lorong luar dan baru saja Chalvin tinggalkan, Laras sang istri sudah lari kemudian buru-buru menyusul masuk.
“Pahhhhh ....” Laras berseru, berusaha menahan sang suami yang ia yakini akan mengamuk Devandra.
“Kalau kamu masih tahu malu, pergi dari sini dan jangan ambil apa pun dari sini karena sekadar sam*pah yang ada di sini terlalu berharga untuk orang tak punya hati seperti kamu!”
“Kami kira alasan kamu tetap di sini karena kamu akan memperbaiki hubungan kamu dengan Malini. Namun ternyata, kamu sudah menyiapkan pernikahan dengan wanita lain, bahkan wanita itu sudah membuat Ananda kritis, sementara terakhir kamu justru melaporkan Nanda dan Malini ke polisi, padahal mereka jelas-jelas korban!” Chalvin mengakhiri ucapan penuh emosinya dengan menghanta*mkan map di tangan kanannya dan sengaja ia gulung, ke wajah Devandra yang baru saja bangun.
“Kalaupun ada surat terima saham atas nama Malini ke kamu, saranku yah, Dev ... itu kan bukan hak kamu, sementara ternyata kamu juga di sini bukan buat Malini apalagi Nanda, tolong dong, punya urat malu! Perusahaan cabang ini murni milik Malini. Sedangkan alasan Malini diam, ya karena dia nunggu cara baik kamu angkat kaki dari sini. Lima tahun Malini mundur dari sini dan balik ke pusat, tetap saja, Malini tetap bos kamu dan kamu bukan pemimpin apalagi pemilik di sini. Asli sih, kami kecolongan. Namun ini bukan masalah dan bisa jadi pembelajaran berharga buat kami, agar lebih menjaga komunikasi demi kebaikan bersama.” Laras yang sudah mendekap sebelah tangan Chalvin, agar sang suami tidak main fisik kepada Devandra, sekesal apa pun mereka, demi kebaikan bersama, mengakhiri ucapannya dengan menghela napas dalam.
“Kamu boleh tetap di sini, bekerja dan menjalani semuanya seperti semestinya, tapi jika kamu akan memperbaiki hubungan kamu dengan Malini. Namun setelah apa yang kamu lakukan, orang seperti kamu enggak layak ada dalam kehidupan Malini dan Ananda, apalagi menjadi bagian dari hidup kami!” lanjut Laras.
“Tapi selama ini aku sudah memajukan perusahaan!” yakin Devandra sudah langsung ketar-ketir.
“Kami tidak pernah meminta apalagi memaksa, selain kamu yang setiap bulannya selalu digaji. Jadi dengan kata lain, kamu enggak bisa itung-itungan!” tegas Chalvin lirih sekaligus geregetan.
Dalam diamnya, baik Chalvin maupun Laras merasa, Devandra sangat tidak tahu malu. Selama ini didiamkan dan mereka kira hubungannya dengan Malini masih baik demi Ananda, keduanya hanya jarang bertemu, nyatanya malah sudah tidak ada hubungan apa-apa. Sebab, bukan perceraian, melainkan pembatalan pernikahan, hingga pernikahan Devandra dengan Malini dianggap tidak pernah ada.
Di tempat berbeda, Malini masih menunduk sedih dengan air mata yang membanjiri mata sekaligus sekitarnya. Sementara di hadapannya, Jason yang menyimak sambil bersedekap dan sampai detik ini masih berdiri, menjadi tidak bisa berkomentar.
Beberapa saat lalu, Malini baru saja menceritakan semuanya, mengenai Malini yang merahasiakan nasib hubungannya dan Devandra, dari keluarga besar. Malini terlalu malu, dan tak mau masa lalunya yang pernah menjadi korban ruda*p*aksa ayah tirinya, sampai melukai Ananda. Karena sampai detik ini saja, Malini masih menyalahkan dirinya sendiri atas perpisahannya dengan Devandra. Karena perpisahan tersebut juga, Ananda tak memiliki keluarga sempurna apalagi orang tua dalam formasi lengkap padahal Ananda berhak. Bahkan karena itu juga, demi meminimkan pertemuan sekaligus interaksi dengan keluarga besar agar mereka tidak curiga, Malini sampai memisahkan diri, tinggal terpisah di sebuah apartemen hanya berdua dengan Ananda.
Ananda yang merasa buntu harus berkomentar apa, sengaja agak jongkok kemudian menepuk-nepuk punggung Malini, dan berakhir merangkulnya. “Terima kasih karena masih hidup!” ucapnya seiring air matanya yang berlinang. Tak lama kemudian, ia justru memeluk erat tubuh kurus Malini lantaran wanita itu langsung tersedu-sedu.
“Dicerai hanya karena sudah enggak perawan dan itu membuat Malini hancur sehancur-hancurnya. Karena akibat talak itu juga, Malini jadi tahu, alasan Malini sudah enggak perawan justru karena Malini menjadi korban pel*ceh*an se*ks*ual?” batin Jason. “Mamah yang dulu diseling*kuhi saja berulang kali nyoba bu*n*uh diri dan aku juga sering dipu*uli, diamuk dan beneran jadi pelamp*iasa*n kekesalan mamah ke papah yang lebih memilih selingkuhannya. Namun untuk Malini ... dia beneran melampi*askan semua lukanya ke dirinya sendiri!” batin Jason lagi yang kembali mengucapkan terima kasih kepada Malini. “Terima kasih banyak karena kamu tetap jadiin Nanda sebagai prioritas!” Dalam hatinya, Jason menjadi tak habis pikir bahkan jiji*k pada tabiat Devandra. “Dia searogan itu, tapi ternyata kesuksesannya hanya mendompleng ke Malini? Semut saja bisa gumoh kalau tahu ini. Lucunya, sekarang dia malah mau nikah sama model yang ... hahaha, dikiranya model itu ibarat bayi yang baru lahir terus dibungkus. Model kan memang jual tubuh sama lenggak-lenggok dan enggak jarang ada saja yang ehhhhm! Devandra ... Devandra, kok kamu lawak banget!” batin Jason yang awalnya melow dan sampai nangis, tapi ingat calon istri Devandra berkerja sebagai model yang sedang naik daun, ia tidak bisa untuk tidak tertawa.
Ketukan pintu ruang rawat dari luar, mengusik kebersamaan Jason dan Malini. Jason sudah langsung pamit untuk memastikan. Pemuda yang masih memakai seragam basket itu, baru menyadari kedua kakinya memakai alas berbeda. Satu sandal dan masih memakai kaus kaki hitam merah, satunya lagi memakai sepatu basket lengkap dengan kaus kaki.
“Enggak apa-apalah, tetap keren. Bisa jadi trend. Soalnya tadi beneran buru-buru banget, daripada aku telat dan Nanda mendadak mogok operasi lenza mata,” batin Jason langsung bengong lantaran yang datang justru dua orang polisi. Keduanya memang memakai jaket kulit, tapi ********** berupa seragam polisi. Tentu Jason juga tidak lupa, bahwa si Devandra dan baginya lebih cocok jadi pelawak, justru melaporkan balik Ananda maupun Malini sebagai wali, atas kecelakaan yang menimpa Ananda dan melibatkan Gissel sebagai penabraknya.
“Kalau gini caranya, saya makin percaya deh Pak!” ucap Jason dengan entengnya. Kedua polisi di hadapannya sudah langsung kebingungan. Namun, ia sengaja melanjutkan, mengajak keduanya berbicara. “Soalnya beberapa kali saya pernah dengar, bahwa di dunia ini, polisi paling jujur dan amanah memang ‘polisi tidur!” Tersenyum santai, Jason mengedipkan kedua mata birunya dan jelas mele*dek kedua polisi di hadapannya.
Lain dengan Jason yang masih bisa menyikapi dengan sangat santai, Malini yang yakin alasan kedua polisi tersebut, akan mengusut kas*us Ananda, sengaja menelepon kakak-kakaknya. Karena kebetulan, Akala dan mas Aidan, memilih memberi Malini dan Ananda waktu hanya bersama Jason, setelah operasi lensa mata yang Ananda jalani, selesai. Kini, keduanya sedang menjaga Tuan Maheza dan ibu Aleya yang langsung kembali harus menjalani perawatan lantaran keduanya tahu, Ananda dan Malini justru dilaporkan balik ke polisi oleh Davendra, selain kabar kebenaran hubungan Malini dan Davendra yang juga sudah langsung mengguncang kesehatan bahkan kewarasan keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Priskha
ealah ternyata si Devandra cuma bawahannya si Malini toh gitu aja sombongnya minta ampun
2025-02-27
0
Sweet Girl
bwahahaha bener sekali
2024-10-15
0
Praised94
terima kasih 👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-12-19
3