Bersama Laras, Malini menyaksikan kedekatan Ananda yang meringkuk dalam dekapan Jason. Keduanya sama-sama tidur di ranjang rawat Ananda. Hanya saja, Jason tidak sampai berbaring. Jason dalam keadaan duduk agak selonjor dan punggungnya bersandar ke dinding di belakangnya.
“Dia yang kamu bilang itu? Yang Nanda kira papahnya, selain dia yang juga oke-oke saja ngajak kamu nikah?” Laras berbisik-bisik sambil menahan senyumnya. Di sebelahnya, Malini yang langsung menyimak sambil menatap kedua matanya, berangsur mengangguk-angguk.
“Dia pemain basket kebanggaan Lista. Saingan beratnya Sabiru!” ucap Kim yang melongok pemandangan di ranjang rawat Ananda.
Laras menatap tak percaya Kim, Malini, maupun wajah Jason. “Pemain basket?” lirihnya sengaja memastikan kepada Kim.
Karena usia Malini enam sampai tujuh tahun lebih tua dari Kim, sementara kini, usia Malini sudah masuk kepala tiga, bisa kalian simpulkan berapa usia Kim saat ini. Novel ini beberapa tahun lebih maju dari novel Kim dan Ryuna.
“Ante, nanti pulangnya mau sekalian bareng?” lanjut Kim yang memang masih di sana.
“Iya, nanti Mbak Laras bareng Kim saja. Eh, memang mamah sama adik-adik di mana? Tadi kata papah, semuanya ke sini,” sergah Malini.
“Masih jagain oma opa, Aunty. Besok kan, oma opa boleh pulang, tapi mereka penginnya jaga Nanda. Jadi langsung pindah nginep di sini. Cuma nginep yang kali ini, bukan lagi jadi pasien,” sergah Kim mengakhiri ucapannya dengan menahan tawa.
Laras dan Malini kompak menahan tawa mereka. “Kamu yah,” ucap mereka yang lagi-lagi kompak, selain mereka yang juga mengelus gemas kepala putra pertama dari Chole dan Helios tersebut—baca novel : Mempelai Pengganti Ketua Mafia Buta yang Kejam.
“Mas, Mas Kim di sini dulu, yah. Aunty mau ke opa oma, sekalian ketemu mamah Mas.” Malini sengaja pamit, diikuti juga oleh Laras. Mereka ingin memastikan keadaan orang tua mereka lebih dulu, sebelum mereka kembali menjalani kesibukan yang bersifat lebih pribadi.
***
“Nikahi Malini!” ucap ibu Sonya kepada sang putra setelah Devandra dengan sangat detail membahas urusannya dan Malini.
Namun berbeda dengan pihak Malini, pihak Devandra khususnya ibu Sonya, justru sangat paham mengenai apa yang terjadi. Ibu Sonya bahkan menjadi orang yang langsung mendukung pembatalan pernikahan antara Devandra dan Malini. Pembatalan pernikahan yang Devandra layangkan, dan itu atas titahnya. Iya, ibu Sonya juga yang memiliki ide membatalkan pernikahan, agar Malini tidak bisa menuntut status anaknya kepada Devandra.
“Dulu Mamah minta aku buat melakukan pembatalan pernikahan, tapi kenapa sekarang Mamah justru minta aku buat menikahi Malini, Mah?” sergah Devandra. Ia yang awalnya berdiri di hadapan sang mamah, di depan sofa panjang ruang keluarganya, menjadi mondar-mandir. “Bagaimana dengan Gissel? Aku cinta banget, aku enggak bisa tanpa dia, Mah!” Devandra makin meledak-ledak.
“Sekarang yang terpenting, kamu pastikan Malini mau nikah sama kamu. Yakinkan dia, dan rebut hati dia melalui hubungan baik kamu dengan Ananda. Nanti, setelah mereka yakin, pastikan semua aset Malini maupun anaknya, jadi milik kamu. Semuanya beneran wajib jadi atas nama kamu di atas materai!” yakin ibu Sonya sambil menengadah hanya untuk menatap wajah Devandra.
“Nanti andai Malini sudah mau nikah sama kamu, kamu tinggal kasih tahu Gissel. Urusan bujuk membujuk, biar Mamah yang tangani. Toh, nantinya juga buat kebaikan bersama. Nantinya Gissel juga pasti menikmati hasil dari pengorbanannya.” Ibu Sonya begitu yakin, skenario yang ia atur akan kembali berhasil. Buktinya saja, saham milik Malini sudah sampai berganti nama.
“Tapi saham Malini juga diungkit, Mah. Walau itu sudah atas nama aku, tetap bagi mereka itu punya Malini!” yakin Davendra nyaris melupakan kenyataan tak kalah menyakitkan tersebut. “Semuanya beneran bakalan diusut. Kita terancam kembali ke spesies awal!” Davendra mengakhiri ucapannya dengan berkecak pinggang. Ia mengembuskan napas dalam beberapa kali. Karena apa yang mendadak menimpanya dan itu sera*ngan dari Malini sekaligus saudara-saudaranya, amat sangat membuat jiwa sekaligus mentalnya terguncang.
Mata tajam ibu Sonya nyaris loncat dari rongga hanya karena kabar saham yang baru saja disebut. “Ya makanya kamu jangan gob*lo*g dong! P-pokoknya sekarang kamu cukup ikuti arahan Mamah. Sekarang kamu fokus dekatin Malini sama anaknya! Bila perlu, sekarang juga sana kamu ke sana temenin Malini sama anaknya. Bikin mereka percaya, kalau kamu menyesal. Bikin mereka yakin seyakin-yakinnya!”
Tampang Davendra kali ini memang sangat kacau. Malahan makin lama sekaligus dekat jarak mereka, ia juga menghirup aroma al*k*o*hol dari putranya yang dasinya hanya tersampir di lingkar kerah kemeja.
“Sudah sana kamu siap-siap, dandan dan buang aroma alko*h*ol dari tubuh kamu. Kamu habis min*um, kan?!” Ibu Sonya yang masih mengomel, tak segan mendorong-dorong tubuh Davendra.
“Tapi besok aku juga wajib ke kantor polisi, Mah,” ujar Devendra kembali lemah sekaligus melantur akibat pengaruh a*k*o*hol yang ia konsumsi.
“Ya makanya, sekarang kamu ke Malini. Dekati, yakinkan seperti dulu, apalagi ini malam-malam, dia pasti jaga sendirian karena orang tuanya juga jatuh sakit gara-gara anak Malini sakit!” yakin ibu Sonya yang tiba-tiba punya ide jitu. Dilihatnya jam dinding di sebelah yang menunjukkan nyaris pukul setengah satu dini hari.
“Ada apa, Mah?” tanya Devandra yang meski sudah mulai setengah sadar, masih bisa melihat perubahan ekspresi dari sang mamah. Wajah yang awalnya sangat galak emosional milik sang mamah, menjadi penuh semangat.
Menahan senyum, ibu Sonya sengaja membingkai wajah sang putra. “Dalam waktu dekat, kamu harus menghamili Malini! Pastikan ini benar-benar terjadi karena hanya dengan begitu, Malini tidak akan pernah menolak. Dia pasti akan berpikir berulang kali, dia beneran enggak bisa menolak kamu!”
Mendengar rencana gi*la dari sang mamah, Devandra sudah langsung tidak bisa berkata-kata. Ia refleks menggeleng pelan. “Enggak, Mah ....”
“Devandra!” ibu Sonya langsung murka.
“Jujur, sampai detik ini aku memang masih sayang ke Malini, meski rasa sayang untuk dia enggak sebesar rasa sayang aku ke Gissel!” ujar Devandra.
“Nah itu, jangankan yang masih ada rasa, yang enggak ada rasa saja, namanya laki-laki, apalagi Malini cantik!” semprot ibu Sonya tak segan menem*pe*leng kepala sang putra.
“Pokoknya Mamah enggak mau tahu. Malam ini juga, kamu sudah harus mengh*am*ili Malini!” Rencana ibu Sonya benar-benar tak bisa diganggu gugat terlebih nasib mereka benar-benar ada di ujung tanduk.
“Nasib kita beneran ada di ujung tanduk, Dev. Karena andai kamu gagal, rumah ini pasti melayang karena kamu pakai uang perusahaan buat semua ini!”
Mendengar wanti-wanti sang mamah, Devandra jadi dilema. Namun setelah ia renungi, ide gi*la dari sang mamah juga tidak ada salahnya. Mengh*am*ili Malini, membuat wanita itu tidak memiliki alasan untuk menolaknya. Kemudian akhirnya mereka menikah. Devandra lepas dari jerat hukum, kemudian Devandra menceraikan Malini setelah berhasil menguasai harta Malini secara mutlak. Dan setelah itu, Devandra akan menikah sekaligus hidup bahagia dengan Gissel tanpa Malini berikut anak-anaknha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
segampang & semulus itu?...ooo tentu tdk pulgoso..
2024-10-26
0
himawatidewi satyawira
udh bkn diujung lg mak dep tp sdh seiprit jaraknya dr tanduk
2024-10-26
0
himawatidewi satyawira
spesies terendah hmmm ?
2024-10-26
0