Marahnya Malini kepada Devandra membuat ibu satu anak itu sampai mem-blacklist nama Devandra dari dunia bisnis. Jadi, walaupun nanti ada perusahaan lain yang akan menerima Devandra, itu pasti karena seleksi yang jauh lebih keji dari mencari pekerjaan bagi orang tanpa catatan bu*r*uk. Boleh dibilang, blacklist yang Malini lakukan akan membuat Devandra kesulitan mendapatkan pekerjaan.
“Data-data penting perusahaan jangan lupa, Ni,” ucap Chalvin.
“Nanti Mas minta mas Excel buat kawal Devandra deh. Orang kayak dia biasanya nekat. Biasanya Excel bakalan utus pengawalnya. Benar-benar harus dipastikan, dia enggak bawa data-data penting perusahaan,” ujar mas Aidan.
“Telepon Syam saja, lebih gampang. Excel kan ada di kampung. Nah, Syam ada di Jakarta. Helios bilang, kalau ada masalah dan perlu jaga menjaga atau pengawalan, cukup telepon Syam,” ucap Chalvin.
Semuanya sepakat menghubungi Syam, Chalvin yang melakukannya. Chalvin menelepon Syam, sementara yang lain dan masih ada di ruang sebelah Devandra berada, masih menunggu Malini mengetik surat pemecatan Davendra secara langsung. Yang mana beberapa menit kemudian, rapat dadakan digelar dan Davendra wajib menjadi bagian dari rapat tersebut. Rapat yang juga Chalvin pimpin untuk melakukan pemecatan secara tidak hormat kepada Devandra. Ditegaskan juga, saham perusahaan cabang tersebut mutlak milik Malini.
“Tapi saya punya bukti bahwa saham perusahaan ini sudah mutlak milik saya. Nama pemiliknya pun juga bukan Malini lagi!” yakin Devandra masih bertahan duduk dengan gagahnya. Padahal, beberapa karyawan penting di sana sudah ngeri dengan ketegangan yang terjadi dan itu berkaitan dengan pemecatan Devandra.
“Sudah bukan nama Malini lagi, berarti memang sudah niat banget diubah, ya? Dengan kata lain, nama pemilik sahamnya, sebelumnya memang Malini?” Sinis Malini yang masih duduk di sebelah Chalvin. Di meja bundar nan luas di sana, ia duduk di deretan Chalvin, Laras, dan juga mas Aidan.
“Nanti bisa dibuktikan di pengadilan!” tegas tegas Devandra.
“Memang itu yang kami tunggu Pak Davendra!” sergah Malini telanjur dendam kepada Davendra. “Saya pikir, alasan Mas tetap bertahan di sini murni untuk bekerja, mengubah pikiran Mas dan siap menerima Nanada. Namun ternyata saya salah. Karena ternyata, yang benar justru Mas sengaja numpang hidup! Coba lihat ... apakah model itu masih mau sama Mas jika Mas bukan bagian dari perusahaan apalagi pemilik perusahaan ini lagi?”
Devandra menatap tak percaya Malini. Ia tersenyum getir tanpa bisa berkata-kata, meski dalam hatinya, ia justru berkata, “Malini melakukan semua ini agar aku menikahinya. Agar anaknya punya bapak? Dia ingin menjadikan aku sebagai bapak dari anaknya? Beneran hanya itu? Makanya dia melaporkanku ke polisi atas penelantaran anak? Penelantaran anak apa, wong setelah pembatalan pernikahan, dia memilih pergi, meski sebelum ini, dia memang sempat mengabarkan kehamilannya dan aku memang menolaknya. Dikiranya semudah itu melawanku! Lama-lama aku tuntut balik kalau gini caranya!”
Acara rapat dibubarkan dengan ketidaknyamanan yang peserta rasakan satu sama lain atas pemecatan kepada Devandra. Bukan tanpa alasan karena biar bagaimanapun, selama ini Devandra selalu bersikap baik. Namun di lain sisi, apa yang Devandra lakukan dan itu diam-diam hendak mengambil alih perusahaan juga tidak dibenarkan.
“Coba digeledah, ... tapi kalau memang berulah, bu*n*uh saja. Enggak sangka ternyata dia parasit enggak tahu malu!” ucap Helios kepada Syam. Kehadirannya sudah mengusik keluarga Chole sang istri yang ada di sana. Malini sudah langsung menyalami tangan kanannya dengan takzim.
“Bukannya tadinya Mas masih liburan keluarga?” tanya Malini.
“Semuanya sudah langsung mogok minta pulang, setelah mereka tahu apa yang terjadi di Indo. Kali ini, biar Mas turun tangan urus Devandra bareng Mas Syam. Sudah kamu ke rumah sakit saja. Terima beres. Lagian kasihan Nanda kalau kamu tinggal lama-lama.” Setelah mengatakan itu, Helios sungguh sudah langsung menghampiri Devandra. Ia masuk ke ruang rapat dan Chalvin maupun mas Aidan yang awalnya baru keluar, juga kembali masuk.
Para wanita dan itu Malini dan Laras, sudah langsung diantar pulang oleh Syam, meski Malini berdalih, di depan ada sopirnya. Syam mengawal perjalanan mereka dan berdalih sekalian untuk jaga-jaga karena Helios sudah turun tangan mengurus Devandra.
“Sejauh ini, hal yang menurutmu paling rahasia tentang perusahaan, apa? Selain diam-diam mengalihkan nama saham milik Malini?” tanya Helios dengan santainya.
“Ini saya diintrogasi? Bukankah ini sudah masuk ranah pelanggaran hak asasi manusia?!” sergah Devandra sengaja meluapkan protesnya karena mendadak dipecat tak hormat di depan karyawan penting saja sudah membuatnya sangat tidak nyaman. Eh sekarang, ia justru disidang dadakan.
“Sudah, enggak usah sok merasa paling paham apalagi tertib hukum, sementara kamu saja sengaja membatalkan pernikahan hanya karena wanita yang kamu nikahi tidak perawan. Terus, kamu juga tetap enggak mau sumbangin darah kamu, sedangkan logikanya, bagi orang yang memang punya otak, harusnya dia tahu, ketika darah seorang anak sama dengan kita sementara dengan sadar, tanpa paksaan, tanpa pengaruh alk*o*hol, dan memang sedang kes*u*rupan, kamu pernah menitipkan benih di rahim ibunya.” Helios masih berbicara dengan santai, tapi lawan bicaranya sudah terlihat sangat gelisah.
“Di dunia ini terlalu banyak kemungkinan yang menjadi alasan kenapa seseorang termasuk seseorang yang tidak memiliki ikatan darah, sampai bisa mirip. Terbukti, anak itu memiliki golongan darah cocok juga degan orang lain—” Devandra tak lagi bisa melanjutkan ucapannya, setelah sepatu Chalvin menghantam bibirnya.
“Tes DNA akan menjadi bagian dari serangkaian pembuktian bahwa Ananda merupakan anak biologis dari kamu. Bukti pernikahan dan dokumen lainnya juga akan menegaskan bahwa kamu dan Malini memiliki hubungan. Tolong, jangan kembali bersikap konyol dan bikin kamu makin kelihatan go*b*log!” tegas Chalvin.
“Kami yakin menang karena semua bukti sudah kami siapkan. Tidak usah kami sebutkan agar ini bisa menjadi kejutan. Kejutan untukmu!” ucap mas Aidan mengakhiri kebersamaan di sana.
“Lini,” ucap Laras mengusik kebersamaan perjalanan pulang mereka.
Malini yang duduk di sebelah Laras, berangsur menoleh, menatap wanita yang kiranya berusia 44 tahun itu, dengan tatapan sendu. Malini yakin, Laras akan membahas perihal hubungan Malini dan Davendra yang baru terbongkar, setelah lima tahun lamanya Malini tutupi.
“Lini, ke depannya, ini benar-benar buat pembelajaran, ya? Jangan diulangi. Kalau memang ada masalah apalagi masalah serius menyangkut keluarga besar, tolong diceritakan. Jangan pernah berpikir kamu bikin repot, melukai, atau bikin malu. Pokoknya jangan pernah berpikir begitu. Soalnya kamu sudah merasakan sendiri dampaknya seperti apa, kan? Kalau kamu berpikir Dev akan berubah? Dilihat dari ka*s*us kalian, mustahil. Mustahil orang seperti Dev berubah. Terlebih dikabari kehamilan kamu saja, Dev buru-buru melakukan pembatalan pernikahan. Sementara sekarang, astaga kelakuannya mirip dakjal!” ucap Laras penuh perhatian. Di sebelahnya, Malini sudah langsung menangis, dan ia tidak bisa untuk tidak memeluk apalagi peduli kepada Malini. “Enggak apa-apa, jangan pernah berpikir kamu bodoh. Anggap saja kita, khususnya kamu memang lagi apes karena sempat dekat apalagi berharap ke orang seperti Dev!” Kali ini, Laras sengaja menyemangati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
pintar malini
2024-10-26
0
Sweet Girl
hah!? cap sepatu dong tu bibir...
2024-10-15
0
Sweet Girl
siapa atut....
2024-10-15
0