Ayana merasa risih karena banyak mata melihat kearahnya. Semua ini karena dia yang berangkat bersama Andra, sang idola sekolah. Pasti banyak yang iri dan tidak suka dirinya bisa sedekat itu dengan Andra. Tapi apa itu tidak berlebihan? Mereka hanya berteman tapi Ayana terlihat seperti pelaku kejahatan. Bahkan gadis itu mendapat ancaman. Lalu apa yang akan dia lakukan nantinya? Apa dia harus menghindari Andra?
"Loe benar-benar dalam masalah Ayana." batinnya bermonolog. Dia mempercepat langkahnya menuju perpustakaan karena merasa tidak nyaman dengan mereka.
Ayana buru-buru masuk setelah sampai di perpustakaan. Dia menghela nafas lega karena berhasil menghindar dari tatapan aneh semua siswa.
"Hah... Tatapan mereka benar-benar mengerikan." Ayana bergidik ngeri dan mulai mencari buku yang ingin dia pinjam.
Tidak ada siapapun di sana. Bahkan petugas perpustakaan belum nampak batang hidungnya. Padahal perpustakaan itu sudah di buka, bagaimana jika ada siswa yang ingin meminjam atau mengembalikan buku?
Ayana tidak terlalu memikirkannya. Dia memilih beberapa buku sambil menunggu petugas perpustakaan datang. Tapi saat dia hendak mengambil buku di rak paling atas, tiba-tiba dari belakang ada sosok yang membantunya meraih buku tersebut.
Ayana tersentak kaget. Dia memutar tubuhnya dan mendapati petugas perpustakaan yang membantunya.
"Se-selamat pagi pak." sapa Ayana. Dia melihat name tag bertuliskan nama Bagas di seragam petugas perpustakaan tersebut.
Pak Bagas memberikan buku itu pada Ayana dan tanpa mengatakan apapun, beliau kembali ke tempatnya begitu saja.
"Te-terima kasih pak." ucapnya. Tapi lagi-lagi pak Bagas hanya diam saja. Ayana merasa heran, apalagi wajah pak Bagas terlihat sangat pucat. "Apa pak Bagas sedang sakit?" batin Ayana. Tapi dia kembali tidak memperdulikannya dan memilih buku-buku yang dia perlukan.
Sebenarnya dia merasa aneh karena pak Bagas tiba-tiba berada di belakangnya. Padahal suasana perpustakaan saat ini sangat sepi. Tapi Ayana tidak mendengar suara langkah kaki pak Bagas saat mendekat.
"Apa yang loe pikirkan, Ayana?" lagi-lagi Ayana berbicara dengan dirinya sendiri. Dia meyakinkan dirinya jika mungkin dia terlalu fokus mencari buku sampai-sampai tidak menyadari kedatangan pak Bagas.
Cukup lama Ayana mencari buku yang dia inginkan. Tapi sebentar lagi bel tanda masuk akan berbunyi. Untuk itu dia segera membawa buku-buku tersebut pada pak Bagas.
"Pak, saya mau pinjam buku-buku ini." seru Ayana
Pak Bagas menerima buku-buku tersebut dan mencatatnya. Batas meminjam buku adalah satu Minggu jika lebih dari itu maka si peminjam akan di kenakan sanksi apalagi jika nantinya buku-buku tersebut rusak atau sampai hilang.
Setelah selesai mencatat, pak Bagas memberikan buku-buku tersebut pada Ayana. "Terimakasih pak." ucap Ayana lagi. Dia buru-buru keluar karena sebentar lagi bel berbunyi. Tapi langkahnya terhenti saat seorang guru berdiri di depan pintu perpustakaan
"Mau kemana kamu? Kalau mau pinjam buku, tunggu dulu petugas perpustakaan." seru guru tersebut yang tidak lain adalah Bu Asih, petugas perpustakaan.
"Ayo masuk!! Saya catat dulu buku-buku yang kamu pinjam." ucapnya lagi
"Sudah kok Bu. Tadi sama pak Bagas." seru Ayana.
Deg
"A-apa kamu bilang? Pak Bagas?" tanya Bu Asih. Raut wajah beliau tiba-tiba berubah pucat pasi.
"I-iya Bu. Tadi pak Bagas sudah mencatat semua buku yang saya pinjam. Iya kan pak?" Ayana menoleh tapi tidak mendapati pak Bagas di tempatnya. Dia mengerutkan keningnya heran. Apa pak Bagas pergi mengecek buku? Pikir Ayana. Tapi saat dia kembali menatap Bu Asih, tiba-tiba Bu Asih menariknya keluar dari perpustakaan dan menutup pintunya.
"Ikut ibu!!" ajak Bu Asih
Bu Asih mengajak Ayana ke ruangannya. Dia melihat kesana kemari dan menutup pintu ruangannya. Baru kemudian dia duduk di samping Ayana dan berkata, "Ibu belum pernah lihat kamu sebelumnya. Siapa nama kamu? Apa kamu murid baru?" tanyanya
"I-iya Bu. Saya murid baru kelas XI. Nama saya, Ayana." jawab Ayana.
Bu Asih terlihat terkejut dengan jawaban Ayana dan dia kembali bertanya pada gadis itu tentang apa yang dia lihat di perpustakaan untuk memastikan kembali jika Ayana tidak salah melihat.
"Apa kau yakin yang kau lihat itu pak Bagas?" tanya Bu Asih yang di jawab anggukan oleh Ayana. " Saya melihat Name tag Pak Bagas." sahut Ayana
Mendengar hal itu, seketika air mata bu Asih menetes. Tapi Bu Asih buru-buru menghapus air matanya dan menatap Ayana. "Ibu mohon, jangan beritahu siapapun jika kau melihat pak Bagas." pinta Bu Asih
"Kenapa begitu Bu?" tanya Ayana bingung
"Begini nak, kamu murid baru di sini jadi wajar jika kamu tidak tahu. Tapi pak Bagas sudah lama menghilang. Tidak ada yang tahu di mana beliau sekarang berada. Jika kamu melihat pak Bagas, itu artinya..." Bu Asih tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Hanya air mata bu Asih yang menetes menandakan betapa terpukulnya wanita itu mengetahui kenyataan bahwa Pak Bagas sudah tidak ada di dunia ini.
"Ma-maksud ibu, pak Bagas sudah...." Ayana pun tidak berani melanjutkan ucapannya. Jika benar yang Bu Asih katakan jika pak Bagas sudah lama menghilang, itu artinya yang dia lihat tadi adalah hantu pak Bagas, kan?
Tapi dia tidak mengerti. Kenapa pak Bagas bisa menghilang? Apa tidak ada yang tahu kemana pria itu pergi? Atau jangan-jangan....
Entah mengapa di saat seperti ini, Ayana justru teringat dengan ruang kesenian.
"Sebenarnya, ibu adalah calon istri pak Bagas. Saat itu, satu Minggu sebelum pernikahan kami, tiba-tiba pak Bagas menghilang. Ibu pikir pak Bagas tidak serius dengan ibu dan ingin membatalkan pernikahan kami. Tapi hampir satu bulan pak Bagas tidak juga di temukan. Keluarganya yakin jika pak Bagas tidak pergi jauh karena semua bajunya masih tersusun rapi di lemari." Isak Bu Asih
"Tapi sampai sekarang pak Bagas belum juga kembali. Jika yang kau lihat tadi benar pak Bagas berarti beliau sudah... Beliau sudah..." Ayana memeluk Bu Asih yang terisak mengetahui kenyataan tentang pak Bagas.
"Ibu yang sabar ya. Saya tahu semua ini sulit untuk ibu. Tapi ibu harus bangkit. Jangan terlarut dalam kesedihan." ucap Ayana menghibur Bu Asih
Wanita itu mengurai pelukannya dan menghapus air matanya. "Iya, kamu benar. Setidaknya sekarang ibu tahu jika pak Bagas sudah tidak ada di dunia ini. Tapi justru sekarang ibu penasaran, kenapa beliau bisa seperti itu? Dan di mana jasad beliau?"
Ya, itu yang saat ini Ayana pikirkan. Tapi dia adalah orang baru yang hanya mendengar cerita dari orang-orang dan tidak menyaksikan secara langsung apa yang terjadi. Jadi dia tidak bisa menyimpulkannya. Dan, kenapa Bu Asih memintanya untuk merahasiakan tentang pak Bagas?
Hal itu mengingatkan pada pak Udin yang mengatakan hal yang sama yaitu melarangnya menceritakan apa yang dia lihat pada siapapun.
Sebenarnya apa yang terjadi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ekayadi
merinding disco bacanya
2024-05-21
0
Nina Isyana
keren karyamu thor
2024-01-22
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
msh jadi teka teki nih bikin greget th gak Thor 🤭🤭🤭
2023-12-01
1