Gue akan ngebuat hidup ini gak punya pilihan lain selain berbuat adil sama lo!
Kai masih tidak mengerti mengapa ia bisa berbicara seperti itu pada Krystal. Sejak kapan ia menjadi peduli pada orang lain? Dan untuk urusan apa ia harus ikut campur dengan masalah Krystal.
Satu-satunya yang menjadi tujuan Kai memberikan apartemen pada Krystal adalah untuk menidurinya. Hanya itu, lalu mengapa juga ia harus menyeret dirinya masuk ke dalam masalah gadis itu.
Bego!
Kai memang bukan tipe orang yang mudah tersentuh, apa lagi sampai merasa begitu emosi saat melihat seorang gadis menangis di pelukannya. Ia hanya tidak suka ketidakadilan, dan Kai merasakan itu yang dialami oleh Krystal.
Hanya sebatas itu. Iya, Kai yakin.
"Kak."
"Hah?" Kai menoleh ke arah Krystal.
"Hape kamu bunyi tuh," beritahunya.
Kai tersadar dan buru-buru merogoh ponselnya dari kantong celana.
"Iya, Om?" katanya saat panggilan itu tersambung.
"Kai, kamu lagi sama Krystal?"
"Iya, Om. Ada apa?"
"Bisa Om bicara sebentar sama Krystal?"
Arah pandang Kai beralih menatap Krystal yang sedang mengelilingi ruangan di dalam apartemen yang masih kosong itu. Gadis itu terlihat sumringah dengan bibir yang tak berhenti mengeluarkan decak kagum.
"Bisa, Om, tunggu sebentar."
Kai berjalan mendekati Krystal. "Cil," panggilnya, gadis itu menoleh dengan alis tertaut.
"Kamu panggil aku apa?"
"Bocil." ujarnya.
"Ihh. Aku udah dewasa tau!" sungut Krystal kesal.
Kai terkekeh sembari menyodorkan hapenya. "Om Ryan, katanya mau ngomong sama lo."
Krystal tersenyum lebar, meraih handphone itu dan mendekatkannya ke telinga. "Iya, Pah?" Gadis itu berjalan menjauhi Kai. "Belom ... besok baru bisa di tempatin ... iya, aku seneng banget."
Hanya itu yang dapat Kai dengar sebelum Krystal melangkah semakin jauh untuk keluar dari ruangan kosong itu.
Kai berjalan mendekati jendela, menatap langit Jakarta dari atas sana. Kemudian ia mengeluarkan satu bungkus rokok dari dalam kantong dan mengambil satu batang untuk ia selipkan di antara sela bibirnya sebelum menyulut ujung rokok itu dengan api.
Cowok itu mengusak rambutnya dengan kasar. Kepalanya mendadak tidak sejalan dengan isi hatinya. Kata-kata yang ia ucapkan pada Krystal masih terus berputar-putar di dalam otaknya.
"Bego banget gue!" gumam Kai pelan sambil menghembuskan asap rokoknya. "Fokus Kai! Kembali ke rencana awal lo. Cuma tidurin dia, abis itu lepasin!"
Kai berdecih. Brengsek! Meledek dirinya sendiri dalam hati.
Tapi tujuan awal Kai menjebak Krystal dengan perjanjian adalah untuk menikmati tubuh gadis itu. Kai mengagumi bentuk tubuh Krystal, menyukai sorot matanya, dan benar-benar menginginkan dirinya berada di dalam tubuh gadis itu.
Sial! Kenapa ia jadi memikirkan itu.
Baru sekali dalam hidupnya merasakan sesulit ini untuk meniduri seorang perempuan. Jika biasanya Kai hanya perlu menunjuk jarinya untuk memilih perempuan yang ingin ia bawa ke atas ranjang, kali ini Kai harus berusaha keras untuk merayu, menggombal, bahkan membujuk keluarganya terlebih dahulu.
"Aish!" Kai berdecak, mengusak kepalanya lagi. "Bego!"
"Siapa yang bego?"
Kai berjengit kaget mendapati Krystal yang sudah berdiri di sebelahnya. Cowok itu mendengkus kesal sambil memejamkan matanya sebentar.
"Ngapain lo di situ?"
"Ini." Krystal menyodorkan hape Kai. "Mau balikin hape kamu."
Kai mengambil hapenya dari tangan Krystal, lalu bertanya, "udahan?"
Gadis itu mengangguk, lalu melangkah lebih dekat ke arah jendela kaca. "Keren ya, Kak." katanya sembari melihat langit Jakarta yang mulai menggelap.
Kai menghisap rokok terakhir, lalu menghembuskan asap menjauhi Krystal dan membuangnya ke lantai. Cowok itu ikut mendekat, melakukan apa yang Krystal lakukan juga. "Senja?"
"Iya, langitnya warna orange."
Krystal benar-benar menyukai langit, karena menurutnya, langit itu melambangkan kebebasan. Hamparan luas di atas sana seolah menjadikan langit terlihat tanpa batasan. Bebas dan lepas.
Walaupun langit berubah kelabu saat akan hujan, Krystal tetap tahu bahwa di balik awan-awan itu langit tetaplah biru. Warna yang sejuk, membawa ketenangan dan harapan.
"Aku suka banget lihat langit." Krystal tersenyum berbinar tanpa mengalihkan pandanganya dari langit. "Saat matahari terbit, lalu mulai beranjak tinggi, kemudian bersinar sangat terik, hingga matahari terbenam dan tergantikan oleh bintang dan rembulan."
Kai mengernyit heran. Langit akan selalu sama menurutnya, tidak ada hal baik yang dapat dilihat. Langit hanya akan berwarna cerah saat matahari tidak tertutup awan. Langit akan mendung saat hujan akan turun. Lalu dimana letak daya tariknya?
"Langit bisa terlihat indah dengan caranya sendiri," ujar Krystal lagi dengan binar.
Begitupun dengan dirinya. Krystal akan terlihat menarik dengan caranya sendiri. Buktinya sampai saat ini Kai masih berusaha untuk mendapatkan gadis itu.
"Apa bagusnya?" celetuk Kai yang langsung membuat Krystal menoleh.
"Baguslah, Kak!" sentaknya tidak terima.
"Bagus itu saat ngelihat cewek gak pake baju. Beuuuh ... itu baru namanya keindahan." Kai berkata dengan semangat.
Krystal menggeram, hanya dalam hitungan detik Kai mampu merusak suasana hatinya. Seperti kaca yang dipukul kencang, hancur dengan bunyi nyaring.
"Otak kamu harus dicuci kayaknya, biar gak kebanyakan berpikir kotor."
"Cowok tuh wajar punya pikiran kayak gitu, artinya mereka normal!" sahut Kai.
"Gak semua cowok normal berpikiran kayak kamu."
"Kalo mereka gak punya pikiran kayak gue, cuma ada satu kemungkinan, dia gay!!"
Krystal mencebik kesal. Percuma berbicara dengan Kai, pasti obrolan mereka tidak jauh-jauh dari hal-hal mesum. "Bodo ah! Males ngomong sama kamu, pasti nyangkutnya ke hal-hal lain."
Cowok itu tergelak kencang. Menatap Krystal penuh ejek. "Emangnya apa?"
"Apalagi kalo bukan seks!" Jawab Krystal tanpa sadar. Namun gadis itu buru-buru merapatkan bibirnya saat menyadari kalimat apa yang ia keluarkan barusan.
"Nah, gue suka nih kalo udah ngebahas ini." Kai menyeringai lalu melangkah lebih dekat pada gadis itu. "Lo udah mulai ngerti hal macem gitu ya?"
Krystal mengambil satu langkah mundur untuk membuat jarak antara dirinya dan Kai. "A—apa?"
"Yang lagi kita omongin." Kai menatap gadis itu lebih dekat, sangat dekat hingga Krystal kembali melangkah mundur dan membentur dinding di belakang. "Ternyata lo gak perlu sehari untuk belajar tentang seks."
Krystal merapat pada dinding di belakang punggungnya ketika Kai mengunci pergerakan tubuhnya dengan kedua tangan cowok itu berada di kedua sisi kepalanya.
"K—kamu mau apa, Kak?" tanya Krystal saat Kai mulai menyentuh pipinya dan turun untuk mengusap bagian bawah bibirnya. Seketika itu juga jantung Krystal bertalu-talu, tubuhnya memanas.
"Bibir lo nafsuin banget, gue jadi mau cium." Kai lantas memiringkan kepalanya untuk menjangkau bibir Krystal. Tapi belum sempat bibir itu menyentuh, Krystal sudah lebih dulu mengangkat tangannya untuk menahan bibir Kai.
"T—tunggu!" cegat Krystal.
Kai berdecak, memperbaiki posisi kepalanya. "Kenapa?"
"C—cium aja kan, Kak?" tanyanya takut-takut. "Aku belum siap kalo kita harus ngelakuin itu di sini."
"Apa yang buat lo gak siap?"
Gadis itu memilin jari-jari tangannya yang bertaut. Ia gugup, namun rasa takut lebih banyak mempengaruhi.
"Di sini gak ada kasurnya. Terus masih banyak debu juga. Hm." Krystal menatap sekeliling mencari alasan lagi. "Nanti kalo ada setannya gimana? Kan masih kosong."
Alasan terakhir benar-benar tidak masuk akal.
Kai mendesah, menarik tangannya menjauh dari tubuh Krystal. Ia benar-benar sudah bergairah semenjak ciuman mereka tadi pagi. Di tambah dengan beberapa interaksi yang mereka lakukan sejak seharian ini.
Kai tidak yakin bisa menahannya, jalan satu-satunya agar ia tidak kelepasan adalah dengan keluar dari apartemen ini dan membawa Krystal pulang ke rumahnya.
"Besok pagi apartemen ini bakalan diisi, dan malemnya udah bisa lo tempatin." Kai mengusap wajahnya frustasi, lalu menarik napas kasar. "Ayo keluar, gue anter lo pulang."
"Ga jadi cium?" tanya Gadis itu polos.
Kai benar-benar merasa dibuat jungkir balik oleh gadis ini. Baru beberapa detik yang lalu ia mencoba menahan gairahnya, dan sekarang Krystal sudah mulai memancing gairah itu kembali.
"Lo bener-bener nguji gue ya?"
Lantas, dorongan kuat hingga membentur dinding di belakang punggunya menyadarkan Krystal jika seharusnya ia menutup mulutnya saja sejak tadi. Karena kini Kai benar-benar menyerang bibirnya tanpa ampun.
***
Berikan cinta kalian kepada penulis dengan menekan vote, like dan memberikan komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Pieh
padahal ga kosong juga tempat itu udah ada setan' nya ya, itu setan nya c kai wkwkwk
2023-11-19
0
Hazhilka279
gemess
2023-11-18
0
May Keisya
si KAI bnr2 pinter😂😂😂
2023-01-21
0