Kai tidak pernah sekesal ini saat dirinya tidak berhasil meniduri seorang perempuan. Ia masih ingat kejadian kemarin, saat dirinya sedang digulung oleh gairah dengan ereksinya yang mulai membesar.
Katakan saja ia bodoh hingga melupakan benda yang teramat penting dalam berhubungan seks. Jika saja benda itu tidak tertinggal, ia yakin Krystal tidak akan bisa berjalan seperti saat ini.
"Kak, kenapa sih kamu harus punya kamar di ruangan ini? Ada lemarinya juga lagi. Kalo gitu kamu kan gak perlu bolak-balik ke apartemen."
Lihatlah, Kai juga yakin jika benda berharga yang sialnya terlupakan olehnya pada saat itu ia bawa, mungkin Krystal tidak akan sebawel ini.
"Kak, kenapa sih ruangan kamu harus sebesar ini? Padahal kamu dari tadi cuma duduk di sana aja, gak kemana-mana."
Tidak tahukah Krystal jika semalam Kai menahan rasa sakit saat ereksinya tidak terlampiaskan. Kai juga harus menahan rasa dingin pada tubuhnya karena harus mandi tengah malam untuk melemaskan hasratnya.
"Kasian Mba Winda meja kerjanya di depan, padahal di dalam sini masih muat buat naro satu meja."
Seandainya Krystal juga tau bahwa ereksi yang menegang keras dan kaku itu sangat menyakitkan. Semalaman ia tidak bisa tidur hanya untuk menahan sebuah gairah. Bukankah Kai terdengar seperti lelaki yang kekurangan pelampiasan.
"Kak, kenapa mej—"
"Lo bisa diem gak?" bentak Kai pusing memikirkan pelampiasannya yang tidak berhasil hingga membuat Krystal terkejut. "Kepala gue pusing dengerin lo ngoceh dari tadi!"
"Aku kan cuma nanya!" balas Krystal yang tak kalah tinggi.
"Lo nanya sama Winda aja di depan."
"Ya udah, kamu gak usah emosi kayak gitu dong." Krystal mencebik. "Ngeselin! Pantes cepet tua."
Kai terbelalak. Apa tadi Krystal bilang? Tua?
Baru akan memprotes ucapan Krystal, Kai sudah melihat gadis itu menghentakan kakinya kesal, dan berbalik menuju pintu untuk keluar.
Saat tangan Krystal hampir menyentuh handle pintu, dorongan kuat dari luar ruangan membuat tubuhnya reflek mundur ke belakang dan tiba-tiba terkejut begitu Airin masuk ke dalam dengan wajah penuh emosi.
"Kaii!"
Cowok yang namanya dipanggil itu hanya mendesah malas dan langsung mengalihkan pandangannya pada dokumen-dokumen di meja.
"Kenapa telepon aku gak kamu angkat?" ujar gadis itu.
"Sibuk."
Airin menggeram mendengar jawaban santai dari Kai. "Alesannya itu terus, kamu kan bisa bales chat aku. Cuma sebentar aja, apa susahnya sih, Kai!"
"Kerjaan aku banyak," balas Kai malas.
Airin langsung melangkah lebih dekat pada meja kerja Kai, dan berhenti tepat di sebelah cowok itu. "Ngertiin aku dong, aku juga butuh kabar kamu."
Kai sama sekali tidak merespon apapun yang Airin ucapkan selain sibuk membolak-balikan dokumen yang ada di meja.
Lalu tanpa sengaja, matanya menangkap tubuh Krystal yang masih berdiri di depan pintu sambil menatap ke arahnya.
"Ngapain lo?" ujar Kai pada Krystal. "Katanya mau keluar, ngapain masih di sini!?"
Krystal berdecak sambil memutar bola matanya sebal. "Ish! Ini juga mau keluar!" Lalu ia membuka pintu dan melangkah keluar.
"Kamu satu ruangan sama Krystal? Kok bisa sih! Aku gak suka!"
Sebelum benar-benar keluar, Krystal sempat mendengar Airin mengatakan itu.
***
"Ih, ngeselin!" gerutu Krystal di depan meja Winda. "Gak usah pake marah-marah kan bisa, dasar bos-bos galak! Aku sumpahin keselek air pas minum."
Winda yang melihat Krystal baru saja keluar dengan tampang kesal sambil menggerutu tidak jelas di depan mejanya menjadi penasaran. Perempuan itu lantas berdiri sambil mencondongkan tubuhnya.
"Diomelin Pak Kaisar ya?"
Krystal mengagguk sendu. "Iya, Mba. Padahal aku gak salah apa-apa."
"Sabar ya, Pak Kaisar emang gitu. Apalagi kemarin baru disuruh sama Pak Kevin buat periksa perusahaan di Bandung."
"Tapi kan gak usah bentak-bentak," keluh Krystal.
Winda mengusap pundak Krystal pelan, lalu menuntun gadis itu untuk duduk di meja sebelah. "Ya udah, duduk dulu. Jangan diambil hati kalo Pak Kaisar ngomel."
Krystal menarik napasnya dalam, lalu menghenbuskannya pelan. "Mba kok kuat sih kerja sama monster kayak si bos?"
"Hush," Winda memukul pundak Krystal pelan. "Hati-hati, nanti kalo dia denger kamu dimarahin lagi, loh."
"Dia gak akan denger, paling di dalam sana lagi sibuk sama Kak Airin." Menyebut nama Airin membuat sebagian hatinya merasa bersalah.
"Oh iya, tunangan Pak Kaisar itu kakaknya Mbak Krystal, kan?"
"Hmm."
Winda terdiam sebentar sebelum kembali berkata. "Saya pikir kalo sama adik iparnya Pak Kaisar bakalan lebih baik. Ternyata sama aja."
"Dia tuh baik kalo ada maunya aja," dengus Krystal begitu mengingat permintaan Kai pada dirinya sampai saat ini.
"Ehemm."
Sontak mereka berdua langsung menoleh cepat saat mendengar suara deheman seseorang.
Di sana, di ambang pintu ruangan bos mereka. Kai sedang berdiri bersama Airin di sebelahnya dengan tangan menggelayut manja di lengan Kai.
"Eh, Bapak." Winda buru-buru berdiri, tersenyum kaku dan kembali berkata, "mau keluar, Pak?"
"Iya," jawab Kai datar dengan melirik ke arah Krystal yang masih cemberut di tempatnya. Gadis itu nampak acuh sambil memainkan pulpen di tangan. "Win, kosongin jadwal saya sampe jam tiga ya. Saya ada urusan sebentar."
"Baik, Pak."
Setelah mendengar jawaban Winda. Kai segera melangkah pergi tanpa menegur Krystal sama sekali. Tidak tahukah ia jika Krystal masih merasa kesal dengan dirinya.
Kai menghilang bersama Airin tanpa rasa bersalah dan mengucapkan kata maaf karena telah membentak gadis itu.
***
Berikan cinta kalian untuk penulis dengan menekan vote, like, dan memberikan komentar..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
kakaika
dedek, kaisar tu lagi emosian karna hasrat ga tersalurkan 😂😂😂😂😂
2022-07-14
0
Anisatul Azizah
Krystal dikantor disuruh ngapain sih? perasaan tiap hari kerjaan cm ngintilin bosnya.. sadar diri dikit donk, lagian jg g ada hubungan apa² sm Kai😏
2022-04-20
1
Afifah
sama ank kcil ya Gtu,,,GK Peka😂😂
2021-09-09
2