"Masih sakit?" tanya Kai setelah menghembuskan asap rokok yang tinggal setengah itu ke atas menjauhi Krystal.
Cowok itu terbaring dengan rokok terselip di jari tangan kiri, dan tangan kanannya ia gunakan sebagai bantalan kepala Krystal. Tubuh telanjang mereka hanya terselimuti kain tipis berwarna putih.
"Udah enggak. Kamu gak kasar kayak di mobil."
Jawaban polos gadis itu selalu berhasil membuat jantung Kai berdetak dua kali lipat lebih cepat, seperti ada rasa takut. Lantas yang ia lakukan selanjutnya adalah mengecup puncak kepala gadisnya.
"Maaf," lirih Kai.
"Iya, tapi aku gak mau kayak gitu lagi."
"Kalo di mobil lagi gak pa-pa?" tanya Kai disesapan rokoknya yang sudah tinggal sedikit.
Krystal memainkan jarinya di dada Kai, membuat bentuk-bentuk tidak jelas. "Emang gak apa-apa? Nanti kalo ketahuan orang gimana?"
"Ya jangan sampai ketahuan," balas Kai.
"Ya udah, tapi Kakak jangan kasar, ya?"
Siapa yang bisa menolak gadis polos dengan sorot mata sayu yang kini sedang menatapnya dari bawah—
"Iya, gue janji gak akan kasar lagi."
—dan dengan senyuman yang mampu membunuh setiap emosi di kepala.
Krystal mengangkat tubuhnya cepat hanya untuk sebuah kecupan di bibir Kai. Entah mengapa dengan aksinya seperti itu, membuat dirinya sendiri terkungkung dengan perasaan bersalah yang sangat hebat saat nama Airin terlintas di otak.
"Tadi siang kamu sama Kak Airin ngomongin apa?"
"Acara gak bermutu."
Krystal berdecak kecil. "Jangan gitu, kalian sebentar lagi 'kan mau nikah."
Kai mengesap lagi rokoknya, lalu menghembuskan asap menjauhi Krystal. "Lo gak apa-apa?"
"Kenapa?" Gadis itu bertanya dengan kerutan di dahi.
"Ya kali lo cemburu."
Krystal buru-buru membuang wajahnya. Seketika ia menjadi salah tingkah dengan pipi merona. "Y—ya ... enggaklah. Emang kamu siapa aku?"
"Oh. Gue kirain."
Dan hening kembali mengambil alih suasana di dalam kamar itu. Kai sudah membakar rokok keduanya dan menghisapnya lagi.
"Kak," panggil Krystal.
Kai menyahut, "Hm?"
Lagi, gadis itu hanya terdiam dengan telunjuk yang bermain di dada telanjang milik Kai.
"Kenapa?" tanya Kai yang penasaran Karena gadisnya hanya diam.
"Gak jadi deh."
"Apa? Lo mau bilang kalo lo nyesel nolak Rendi tadi!"
Seketika Krystal merengut, melepaskan tangan Kai yang ia gunakan sebagai bantalan. "Kok diingetin lagi sih!"
"Kalo gak gue ingetin lo pasti bakalan bilang iya, kan?"
Gadis itu berdecak. "Ya enggalah, aku udah benci banget sama Mas Rendi. Pokoknya kalo dia ke apartemen aku lagi, ak—"
"Dia tau apartemen lo?" sela Kai keras sampai membuat Krystal terkejut.
"K—kan dia anterin aku pulang tadi."
"Bego!" Kai mematikan rokoknya. Beringsut sedikit, lalu bersandar di kepala ranjang. "Kenapa mau? Awas aja sampe gue lihat dia masuk ke sini. Lo harus siap-siap pindah!"
Krystal ikut duduk dengan tangan menahan selimut. "Kok gitu?"
"Ya iyalah! Enak aja, abis nyakitin elo, terus dia dateng lagi bilang cinta sama lo! Dari dulu kemana aja setelah gue susah payah bikin lo seneng!"
Krystal mengerjap, otaknya masih memproses setiap kalimat yang masuk ke dalam telinganya. Kai bersusah payah membuatnya senang. Memang iya, ia ingat itu.
Tak lama Krystal **** senyum simpul di hadapan Kai.
"Kenapa senyum-senyum?" Cowok itu bertanya bingung.
"Aku seneng dengernya."
Kai berdecak, jika perempuan lain atau mungkin Airin sekalipun akan merasa jengkel mendengar bentakannya, berbeda dengan Krystal. Gadis itu malah tersenyum senang seakan lupa kalau tadi Kai sempat membentaknya dengan keras.
"Lo dengerin apa kata gue, kalo Rendi si cowok metroseksual yang sukanya luluran di salon itu dateng lagi ke sini, jangan lo buka! Inget!"
Krystal tersenyum sambil mengangguk cepat. "Aku inget."
"Bagus."
Kai kembali menyulut rokoknya dengan korek. Entah apa yang membuat emosinya meledak-ledak saat mendengar nama Rendi disebut. Entah karena Airin pernah tidur dengannya, atau karena Krystal pernah jatuh cinta dengan cowok itu.
Ia mencoba membuang jauh-jauh pikiran itu bersama asap rokok yang ia hembuskan.
Mereka kembali merebahkan diri. Beberapa saat hanya tarikan napas yang menjadi satu-satunya suara di sana.
Kai menoleh ke bawah saat merasakan tangannya digenggam oleh Krystal dengan sela jari-jari yang saling bertautan. Gadis itu lalu mengangkat tangan mereka ke atas agar terlihat dengan cahaya bulan yang masuk melalui celah-celah gorden.
"Aku pengen banget nonton ke bioskop sambil pegangan tangan kayak gini," ujar Krystal. Lalu ia tersenyum membayangkan kalu itu benar terjadi. "Pasti seru banget, kan?" imbuhnya sembari mendongak mempertemukan matanya dengan mata Kai.
Untuk beberapa alasan mereka hanya terdiam dengan mata yang saling berpandang, namun tak lama Krystal langsung melepas genggaman tangan itu setelah menyadari jika ucapannya sudah kelewat batas.
Gadis itu tersenyum kaku ke arah Kai yang memandangnya dengan sorot mata yang tidak ia mengerti.
"Haha. Aku bercanda, biar kamu gak marah-marah." Lalu Krystal memperbaiki tidurnya. Menaikan selimut hingga sebatas dagu. "Aku bener cuma becanda, Kak."
Semua terjadi begitu cepat, Kai menarik dagu gadis itu, mengangkatnya sedikit untuk mempertemukan bibirnya dengan bibir Krystal. Mengecapnya perlahan, menikmati rasa manis dan lembut yang luar biasa. Kai semakin mengikis jarak.
Krystal mulai membalas, mengikuti setiap irama yang Kai lakukan di atas bibirnya. Permainan lidah menjadi satu-satunya yang berhasil membuat Krystal mendesah. Lumatan kasar dengan napas memburu menyulut gairah yang tiba-tiba membuncang.
"Satu-satunya dosa yang selalu ingin gue ulang.l," Kai menjeda. "ada bersama lo kayak gini," bisiknya kemudian.
Lalu kecupan itu Kai berikan, mulai dari ujung kepala, hidung, bibir, dagu, leher, dada, kemudian mengesap lama-lama di ceruk leher Krystal. Kai menggigitnya kecil-kecil menghasilkan erangan tertahan dari bibir mungil itu.
Desis kenikmatan seperti menjadi pemicu gairah yang siap meledak.
"Kak," Krystal mendorong dada Kai pelan hingga kedua mata mereka saling bertemu. "Kakak mau lagi?"
"Lo capek gak?"
"Sedikit, tapi besok kan kita harus bangun pagi." sahut gadis itu.
Bibir Kai menggaris senyum kecil menatap gadisnya. "Ya udah, kita tidur aja."
Tidak ada paksaan, tidak ada kukuhan. Kai menjadi lemah dan penurut. Lantas ia segera menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka, dan membawa Krystal masuk ke dalam pelukannya.
Mungkin Kai merasa asing dengan dirinya sendiri, tapi tak menampik fakta jika hadirnya Krystal bisa merubah semua kebiasaannya.
"Lo bahaya."
Dan malam itu diakhiri dengan kecupan pengantar tidur di puncak kepala gadisnya yang mulai terlelap.
****
tolong beri vote dan komentarnya, terima kasih sudah membantu ❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 183 Episodes
Comments
Tariquenn
lu bahaya Annn ....
2024-05-11
0
syahira alifa
ini yang ke 3x nya aku baca novel ini thor../Drool//Drool/
2023-11-13
1
Nonk Arwinah
aku dah baca yg ke 4x nya gx ada bosen nya thor 🥰🥰🥰🥰
2023-11-11
0