"Belinda Carlisle," jawab Belle dengan sangat cepat, jantungnya berdetak dengan sangat kencang ketika menatap lawan bicaranya itu.
"Nona Belinda, apa yang kamu inginkan sebagai hadiah karena sudah menolongku?" tutur Eiser sembari kembali ke tempat duduknya.
"Bukankah aku sudah bilang, aku ingin kamu menolongku,"
Belle menatap sorot mata di depannya, orang-orang yang ada di sekitar nampak terkejut karena ada gadis yang berani menatap langsung mata Eiser.
"Keluarga Carlisle meminta bantuan? Bukankah itu konyol,"
Carlisle yang terkenal keluarga yang berpengaruh, bisnis nya yang banyak serta kekuasaan yang tidak bisa dibantah di dalam negeri. Siapa yang tidak tahu itu, namun anehnya Eiser tidak pernah melihat putri sulung keluarga Carlisle di pesta manapun, dia hanya pernah melihat putri kedua di pesta pesta tersebut.
"Apa yang ingin kamu minta dariku?" Tanya Eiser setelah diam sejenak karena mulai berpikir, sepertinya semua hampir sama dengannya. Hidup tidak sesuai kelihatannya.
"Tuan, bisakah anda memberikan aku tempat tinggal. Tempat tinggal dibawah namamu, sehingga saudara tiri dan ibu tiriku tidak bisa menyentuhku," tutur Belle gemetar, dia takut dan sangat takut. Bahkan siapa orang di depannya dia tidak tau. Namun dia begitu berani mengajukan permintaan seperti itu? Ingin berlindung dibawah atap keluarga orang lain. Wanita yang sedikit aneh namun unik.
"Kamu tau siapa aku nona?," tanya Eiser dengan lirih di dekat telinga Belle, membuat gadis itu menggeleng dan bergidik ngeri.
"Eiser Gallbaro, kamu pasti sudah pernah mendengar nama itu kan!"
Jantung Belle Seakan berhenti berdetak, ternyata orang di depannya adalah raja dari segala raja yang paling di kenal akhir-akhir ini. Kandidat terbaik dalam pemilihan putra mahkota kerajaan Gallbaro yang tidak bisa di singkirkan oleh siapapun, bahkan raja dan para bawahannya terpaksa harus tunduk padanya. Dia pernah mendengar jika pria itu masih muda namun siapa yang menyangka bakal semuda itu.
Belle menelan ludah-nya getir, pahit rasanya di mulut. Sebenarnya sangat bagus berlindung dibawah nama Gallbaro, namun siapa yang tidak tau tuan muda itu adalah seorang pisikopat, dia bisa membunuh seseorang dengan sekali kedipan matanya.
'Harusnya kemarin aku membiarkan dia mati saja,'
Belle menjadi diam membisu, ambisinya seketika ciut. Walaupun keluarga Carlisle terkenal dengan kekayaannya, namun bagi Gallbaro tidak susah dalam melenyapkan keluarga tersebut. Dia tidak ingin kehilangan segalanya karena ambisinya untuk meninggalkan keluarga itu, namun jika dia tetap tinggal di kastil Carlisle cepat atau lambat dia pasti akan di jual.
"Kenapa diam? Tau takut sekarang!"
Belle tetap diam tidak bersuara, dia sangat takut saat ini bahkan keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Bajunya yang koyak sudah diganti dengan pakaian yang bagus, entah siapa yang mengganti pakaiannya. Namun saat ini bukan itu yang harus dia pikirkan.
Dia harus berpikir bagaimana cara menyelamatkan diri, karena sudah tentu tidak mungkin baginya untuk terus meminta bantuan kepada pria di hadapannya tersebut.
"Tu-an,"
Gemetar tangan mulai di kepalkan, dia harus membangun pondasi dasar untuk tetap berani. Namun hal itu justru terlihat lucu di mata Eiser.
"Tu-an, apakah kamu akan membunuhku?,"
Hal pertama yang di tanyakan Belle adalah nyawanya, benar-benar gadis yang unik. Disaat orang lain menangis meraung dia tetap berpura-pura kuat demi menjaga harga dirinya.
Eiser hanya diam, dia tidak lagi menatap Belle dengan tatapan tajam. Namun, dia juga tidak menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis 22 tahun itu.
Eiser menghela nafas, jika dulu dia akan bilang kepada bawahannya untuk menghilangkan orang-orang yang menggangu pemandangannya, namun wanita itu berbeda. Dia enggan mengambil tindakan untuk Belle, apakah itu hanya karena Belle menyelamatkannya atau karena hal lain.
"Nona Belinda, jika kamu ingin aku membantumu menyediakan tempat tinggal. Sudah seharusnya aku tau alasanmu kan?,"
Eiser kembali berucap setelah keheningan kembali terjadi, lagi-lagi membuat orang-orang yang ada di sekitar tercengang. Sejak kapan seorang Eiser peduli kepada orang lain.
"Tu-an, saya tidak ingin terus dijual oleh ibu tiri saya. Terakhir kali sebelum saya bertemu anda, saya dijual kepada pria tua bermarga Sleepon itu. Aku takut jika suatu saat saya tidak bisa melarikan diri bagaimana,"
Kata-kata itu keluar dari mulut Belle, gadis yang tadi selalu mencoba riang dan ceria kini tertunduk lemah.
"Tu-an,"
"Bisakah tuan membantu ku?"
Entah apa yang akan dilakukan Eiser kepada gadis Carlisle itu dia tidak berjanji untuk menolong namun dia juga tidak bisa abai karena gadis itu telah menyelamatkan nyawanya saat itu. walaupun tidak mudah baginya mati hanya karena hal itu namun bagi Eiser gadis itu cukup membantunya.
Sudahlah, aku akan memberimu tempat tinggal. Setidaknya aku harus memiliki alasan untuk membantu mu tetap di sisiku, jika tidak aku akan di anggap menawan wanita dari keluarga berpengaruh,”
Benar jika tidak ada alasan siapa yang akan percaya jika nona besar Carisle akan berlindung di atap keluarga Gallbaro. Alasan apa yang tepat?.
Setelah mengatakan itu Eiser memutuskan untuk meninggalkan kamar tempat Belle beristirahat, dokter dan para pelayan juga pergi hingga datang orang-orang yang mengantarkan makanan kemudian mereka juga berujung pergi.
Bosan sepi dan jenuh, setelah menyuap-kan sendok demi sendok bubur ke dalam mulutnya Belle hanya terdiam di dalam ruangan besar ity, matanya menatap ke arah luar melihat bintang-bintang yang mulai bertebaran di atas sana.
Tirai yang sedikit tidak di tutup memancarkan cerah nya malam itu, cerah sungguh tidak seperti kisah hidupnya yang terlalu kelam. bintang-bintang sengaja mengejeknya dengan bertebaran bebas di atas sana, sementara bulan seakan-akan tersenyum tulus untuknya.
“Nona saya mengantarkan pakaian bersih untuk anda, maafkan saya tanpa izin mengganti pakaian anda,” tutur seorang pelayan sambil meletakkan pakaian bersih di atas kasur. Belle menoleh, sejak ibunya meninggal dia tidak pernah mendapat perhatian seperti itu.
“Oh jadi kamu yang mengganti pakaianku. Siapa namamu?”
“Benar nona, nama saya Veronica,"
Wanita itu menjawab pertanyaan Belle dengan sangat tenang, dia tidak panik dan tidak juga menjauhinya seperti pelayan yang lain.
"Veronica, apakah dibalik tirai itu ada balkon?"
Belle menatap kembali tirai yang sedikit terbuka itu, cahaya bulan dan bintang masih tetap berada di awan.
"Benar nona. Biasanya tuan akan memanfaatkan tempat itu untuk bersantai,"
Jantung Belle seakan-akan berhenti berdegup, jika tempat itu adalah tempat santai sang tuan muda. Maka, mungkin tidak mungkin tempat dia istirahat saat ini adalah kamar Eiser.
"Jangan bilang ini adalah kamar Eiser?,"
"Anda sangat pandai nona,"
Veronica tersenyum sambil mengatakan itu membuat tubuh Belle seakan-akan semakin gemetar, untuk saat ini mungkin jika dia menikmati sedikit minuman keras akan membuat pikirkan nya jauh lebih tenang.
"Veronica, bisakah kamu sediakan dua botol anggur di balkon?"
"Tapi tubuh anda?,"
"Veronica, aku tau tubuhku lebih dari siapapun!" tutur Belle dengan tegas.
"Baik nona, akan saya sediakan!"
Veronica yang tidak berani membantah tersebut akhirnya memutuskan untuk memenuhi semua permintaan Belle, namun dia memilih untuk memberitahu tuannya terlebih dahulu.
"Apa aku harus menyediakan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments