bab 15

Drake dan kedua putranya kini berada di markas Efron. Mereka menatap serius layar monitor berukuran besar di depan sana. Mengamati dengan serius, titik GPS yang terpasang di liontin putrinya yang hilang. Beruntung, Drake memberikan alat pelacak super canggih kepada semua anggota keluarga.

Para hacker andalannya kini bekerja keras, untuk bisa menemukan titik pasti keberadaan sang nona muda. Agar mereka mudah meretas cctv yang ada di lokasi titik GPS.

"Kami menemukannya, tuan. Sepertinya, nona berada di sekitar anak perusahaan nyonya." Salah satu anak buah Drake berseru, memperlihatkan titik lokasi GPS, yang sangat dekat dengan anak cabang perusahaan milik Daisy.

"Apa kita tidak bisa melihat gambarnya?" Gabriel mendekat, menatap dengan lekat layar komputer.

"Tidak bisa, tuan. Kemungkinan alat pelacak yang terpasang sudah rusak. Kita hanya bisa mengetahui keberadaan, nona," jawab pria di samping Gabriel.

Drake hanya diam, begitu juga Gilbert. Menunggu para anak buahnya berhasil meretas keamanan cctv yang ada di titik lokasi tersebut.

"Ada apa?" Tanya Drake, saat layar monitor di depannya tiba-tiba berubah hitam.

"Maaf, tuan. Sepertinya, keamanan di sana sangat ketat. Kami belum bisa menerobosnya," jawab salah satu hacker handal Drake.

"Bodoh. Percuma kalian di bayar mahal dan tidak bisa melakukan apapun. Aku, ingin kalian segera menemukan, putriku!" Drake menjadi frustasi, pria itu membentak para bawahannya. Bahkan membanting salah satu komputer di hadapannya.

"Tenanglah, dad. Sekarang yang penting, kita sudah mengetahui keberadaan, adik. Aku dan Gabriel akan kesana sekarang juga." Gilbert segera menenangkan Daddynya. Pria itu tidak akan tinggal diam, ia harus segera bergerak cepat untuk menemukan adik perempuan satu-satunya.

"Tunggu, Gilbert. Bukankah, Graffin sedang berada di Meksiko? Pria bodoh itu bahkan sekarang berada di perusahaan mommy." Gabriel segera berseru, saat mengingat keberadaan saudara kembarnya itu.

"Segera hubungi dia. Perintahkan untuk memeriksa titik lokasi GPS yang berada di bagian selatan pusat taman kota! Cepatlah, Gabriel!" Gilbert pun berteriak lantang, memerintahkan Gabriel untuk menghubungi Griffin untuk segera mencari keberadaan sang adik. Mereka harus segera bergerak, selagi alat pelacak tersebut aktif.

"Daddy, akan menghubungi para pengawal kita di markas sana," pungkas Drake, menghubungi salah satu anak buahnya yang masih aktif di dunia bawah tanah.

"Kita harus segera bergerak cepat, dad. Aku takut, kita akan kehilangan jejak, adik," ujar Gilbert. Pria itu tidak akan kehilangan kesempatan lagi untuk segera menemukan adiknya.

Drake mengangguk, melangkah ke ruangan lain. Menghubungi seseorang rekan yang memiliki kekuasaan di dunia gelap. Meskipun Drake sudah pensiun dari dunia mafia, namun pria itu masih memiliki beberapa koneksi akrab di beberapa negara.

Pemandangan di markas kini tampak sangat sibuk. Mencoba berulang kali untuk bisa meretas keamanan di negara Meksiko.

****

Saat semua sedang sibuk di markas, di kamar pribadi Drake kini terlihat sunyi, hanya ada sosok wanita rapuh terbaring di tempat tidur. Keamanan pun terlihat lengah, membuat senyum seorang wanita di balik pintu tersenyum licik.

Ia segera menjauh untuk memberikan informasi penting ini pada majikannya yang memerintahkan untuk terus memantau keadaan di sekitar kamar Drake.

"Apa, kau yakin?" Wanita itu bertanya sambil tersenyum, mendapat kabar yang sangat membahagiakan.

Tatapan terlihat angkuh, dengan senyum miring. Ia lantas memberikan sebuah amplop berisi uang kepada pelayan di sampingnya. Memerintahkan wanita itu untuk segera keluar dari kamarnya.

Nyonya Meliza memutar gelas mewah yang berisi minuman anggur mahal. Kedua matanya tersirat sebuah rencana licik. Ia lantas mengarahkan kedua matanya ke arah meja rias. Wanita berpenampilan anggun dan modis itu, berjalan menuju meja rias. Membuka laci bagian bagian, mengambil sesuatu yang terbungkus rapat di sebuah plastik.

"Aku pastikan, malam ini kau akan mati." Nyonya mengembang senyum penuh kepuasan. Ia begitu yakin, nyawa Daisy malam ini tidak tertolong.

Saat bersenang-senang dengan rencananya, nyonya Meliza dikejutkan oleh putrinya. Ia segera memasuki sebuah botol kecil yang berisi cairan racun yang tidak terdeteksi oleh para dokter.

"Mommy!" Agnes menerobos begitu saja memasuki kamar mommynya. Gadis itu terlihat sedang terburu-buru dengan penampilan yang super modis.

Agnes sepertinya akan menghadiri sebuah acara pesta mewah. Terlihat dari gaun gadis itu yang sangat menawan.

"Agnes, tidak bisakah, kau mengetuk pintu sebelum masuk kedalam kamar?" Nyonya Meliza bersungut-sungut kesal. Khayalannya menjadi nyonya Efron buyar seketika.

Agnes tidak menanggapi ucapan mommynya, gadis berambut sebahu itu, sibuk mencari sesuatu di dalam lemari perhiasan nyonya Meliza.

"Tunggu. Kau mau kemana?" Nyonya Meliza mendekati putrinya, saat menyadari penampilan modis Agnes.

"Aku harus menghadiri pesta ulang tahun salah satu temanku, mom," sahut Agnes. Tersenyum lebar saat menemukan sesuatu yang diinginkannya.

Nyonya Meliza hanya memutar kedua bola matanya jengah. Putrinya ini tidak selugu yang orang lihat. Nyatanya Agnes seorang gadis liar dan sombong. Setiap malam Agnes akan menyelinap keluar dari mansion Efron hanya untuk bersenang-senang di bar.

"Bisakah, malam ini kau tidak pergi? Mommy membutuhkan bantuanmu. Mommy…."

"Sorry, mom. Sepertinya aku tidak bisa. Malam ini aku akan berpesta dengan para pria tampan dan terkenal," ujar Agnes, menyela perkataan mommynya.

Agnes segera berlari keluar dari kamar nyonya Meliza. Meninggalkan wanita itu yang kini menahan kekesalan.

Ia pun harus memikirkan cara baru untuk melancarkan aksinya seorang diri malam ini.

"Aku harus melakukannya dengan cepat. Ini adalah kesempatan emas untukku," gumam nyonya Meliza, ia kini berpikir keras untuk mencari cara untuk menghabisi nyawa Daisy.

Agnes melenggang ke luar dari mansion, mengendarai mobil sport super mewah dengan wajah pongah. Kehidupan mewah Agnes yang hanya seorang nona muda Efron palsu berbanding terbalik dengan kehidupan yang Queen jalani.

Gadis yang berpenampilan sederhana itu, harus hidup kesusahan juga kekurangan. Ia harus menjalin hidup di tengah-tengah orang-orang yang menghina juga menggunjingnya.

\*\*\*\*

Queen menatap lekat benda berbentuk lingkaran di telapak tangannya. Gadis itu masih terdiam dengan wajah terkejut. Mendekatkan benda itu ke arah matanya.

Untuk menelisik lebih dalam, hingga tanpa sengaja Queen menekan salah satu batu permata, membuat cahaya yang tiba-tiba muncul tadi kini menghilang.

Queen begitu heran dengan liontin ini. Tidak ingin berlama-lama di taman, Queen segera bangkit dan melangkah menuju halte bus.

Sedangkan, di tempat lain. Terlihat seorang pria gagah juga rupawan kini menghimpit seorang wanita cantik.

Keduanya tampak begitu menggebu, bahkan sang wanita terlihat begitu agresif mencumbu leher jenjang sang pria.

"Oh, baby. Kau harus bersabar. Kita masih memiliki waktu banyak, setelah melakukan pertemuan." Pria itu menghentikan jari-jari nakal si wanita yang berada di area terlarangnya.

Senyum menawan pria tersebut, mampu meluluhkan si wanita yang tadinya begitu kecewa.

"Baiklah, aku akan bersabar kali ini. Tapi … malam ini aku pastikan tidak akan melepaskanmu, honey," wanita itu berbisik penuh sensual di telinga pria tampan di depannya. Meninggalkan gigitan halus yang membuat pria itu melenguh tertahan.

"Jangan menggodaku, sayang. Kau pasti tahu aku tidak akan melepaskanmu," pria berpenampilan rapi dengan setelan jas itu, mendorong tubuh ramping wanitanya ke arah meja. Meraup bibir merekah yang sejak tadi menggodanya.

Namun suara deringan ponsel, menganggu aktivitas menyenangkannya, membuat sosok pria rupawan, mengerang tertahan.

"Sial." Umpatnya, yang menjauhkan diri dari wanitanya yang tampak kebingungan di tengah-tengah hasrat menggebu.

"Why?" Wanita itu bertanya. Namun pria di depannya segera memberikan kode untuk tidak bersuara.

Segera pria yang merupakan salah satu putra Efron segera mengangkat telepon. Ia memutar bola matanya sambil memijat ujung hidungnya, pria itu begitu frustasi saat ini.

"Brengsek!" Terdengar suara nyaring juga makian di seberang sana.

Griffin segera menjauhkan ponselnya dari telinga, entah mengapa ia tiba-tiba tersadar dan hasratnya hilang seketika.

"Kau berada di mana?" Tanya pria di seberang sana.

"Aku berada di perusahaan. Ada apa?" Sahut Griffin membalas kecupan kekasihnya yang tiba-tiba memeluknya dari belakang.

Griffin bisa mendengar suara erangan kasar di sana, membuat pria itu mengerutkan keningnya bingung.

"Cepatlah, ke taman kota. Kita sudah menemukan keberadaan adik. Sekarang dia berada di taman kota!" Tanpa mengatakan apapun lagi, Griffin segera bergerak cepat menuju taman kota yang berada di depan anak perusahaan sang mommy.

Griffin bahkan tidak menghiraukan kekasihnya yang terus berteriak.

Pria itu mengikuti arah petunjuk yang diterimanya melalui pesan. Griffin terus mengikuti titik merah yang bergerak ke arah bagian barat taman.

Namun sayang, titik merah itu seketika hilang. Griffin terkejut dengan tubuh tegang.

"Tidak. Aku tidak mungkin kehilangan jejaknya lagi." Griffin menjadi frustasi, ia mencari keberadaan sang adik sesuai petunjuk terakhir ia lihat.

"Brak." Pria itu mengerang kasar, saat menabrak seseorang.

"M-maaf, tuan. Aku kurang hati-hati." Gadis itu menundukkan kepala, takut orang yang ia tabrak marah. Karena melangkah tergesa-gesa, Queen tidak memperhatikan jalan di depannya.

"Kau!?" Queen terkejut, saat mendengar pertanyaan pria tinggi di depannya.

Gadis itu melotot dengan tubuh rampingnya mundur satu langkah.

"A-anda?" Tanya Queen balik, wajahnya kembali panik saat menyadari sosok pria di hadapannya.

Griffin terdiam, ia masih menatap lekat penampilan Queen juga garis wajah gadis di depannya.

"Tidak, gadis ini, bukan dia." Griffin menggelengkan kepalanya, saat pikirannya muncul kalau Queen adalah adiknya yang selama ini ia cari.

Queen hanya terdiam dengan wajah heran, melihat Griffin begitu kebingungan.

"Ada apa, tuan? Apa, anda sedang mencari seseorang?" Queen bertanya dengan suara halus.

"Iya, aku sedang mencari seorang gadis di sekitar sini. Apa kau melihatnya?" Queen menggeleng, saat mendapat pertanyaan dari pria tinggi di depan ini.

"Kau benar-benar tidak melihat seorang gadis di sekitar sini? Mungkin dia berusia sepertimu," pungkas Griffin, menanyakan sekali lagi kepada Queen.

Queen kembali menggelengkan kepalanya, gadis itu bisa melihat raut wajah kecewa Griffin.

Griffin tersenyum ke arah Queen, mengusap rambut gadis itu lalu melangkah pergi. Meninggalkan Queen yang membeku di tempatnya.

Baru kali ini, gadis itu mendapat perlakuan lembut dari seorang yang baru dikenalnya.

"Dia kenapa?" Tanya Queen keheranan, menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Melihat Griffin sudah menjauh, Queen pun segera melangkah untuk pulang. Hari mulai terlihat gelap. Ia tidak ingin membuat kedua orang tuanya khawatir.

"Bodoh!" Sentak Gilbert, mendengar ucapan Griffin melalui panggilan telepon. Pria bertubuh kekar itu melempar ponselnya. Menahan rasa emosi. Mereka harus kehilangan jejak sang adik. Padahal selangkah lagi mereka akan bertemu dengan adiknya yang sudah lama hilang.

"Bedebah!" Teriak Gilbert, yang melempar apa saja yang ada di dekatnya.

"Tenangkan, dirimu, nak. Kita pasti akan menemukan, Queenby." Drake mendekati putranya yang begitu emosional.

Sedangkan Gabriel sibuk mengotak-atik laptopnya. Ia berusaha mencari sesuatu yang sangat penting. Mengabaikan saudara kembarnya yang meraung dan mengamuk.

Gabriel sangat mengenal kepribadian kakaknya ini, yang memiliki tempramental tidak stabil.

Terpopuler

Comments

Kholis Majid

Kholis Majid

semoga cepat ketemu sm adiknya biar khidupan adiknya berubh 180°

2023-11-03

0

Riana

Riana

ibu kalian dalam bahaya😱😱😱

2023-08-31

0

Eva Karmita

Eva Karmita

lanjut ...

2023-08-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!