bab 7

"Queen, apa yang sedang kau lakukan?" Gadis yang berpenampilan culun, terkejut saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang sambil melayangkan pertanyaan.

Queen saat ini sedang berada di rooftop sekolah, menatap penuh kagum ke arah lapangan olahraga.

Gadis itu tanpa gugup, saat melihat Maggie. Menyembunyikan buku kesayangannya di balik baju.

"M–Maggie?!" Queen berseru dengan nada terbata juga wajah gugup.

Maggie memicingkan kedua matanya, mencoba mencari tahu apa yang sedang Queen lakukan. Gadis berparas cantik ini, merasa Queen menyembunyikan sesuatu.

"Kau, menyembunyikan sesuatu dariku, Queen?" Tanya Maggie, kini tatapannya turun di balik baju olahraga yang Queen pakai.

"T-tidak. A-aku, tidak menyembunyikan apapun, sungguh," pungkasnya yang terlihat semakin gugup, hingga kedua pelipisnya mengalir keringat dingin.

Maggie tersenyum, saat menyadari sesuatu. Di depan sana, tepatnya di lapangan olahraga terlihat sosok pria paling populer di kalangan remaja putri di sekolah tersebut.

Maggie pun akhirnya duduk di sebelah Queen, merangkul tubuh ramping gadis yang tampak ketakutan.

"Apa kau menyukainya?" Maggie berbisik, menggoda Queen yang semakin salah tingkah.

"A-apa, maksudmu, Maggie. Aku tidak mengerti," jawab Queen mencoba mengalihkan tatapan.

Maggie semakin menggoda gadis polos di sampingnya, yang sepertinya diam-diam menyukai remaja tampan di bawah sana.

Sambil menyenggol lengan Queen, Maggie pun berbisik untuk menggoda gadis itu. "Dia terlihat sangat tampan, bukan? Kalau kau sungguh menyukainya, aku akan membantumu. Dia maksud saudara dekatku," ungkap Maggie, yang tersenyum melihat wajah merona Queen.

Queen pun mencoba menetralisir degupan jantungnya, jujur ia memang diam-diam sering memperhatikan sosok pemuda tampan di sana. Sejak pertama melihat sosok rupawan itu, Queen sudah merasakan debaran aneh. Hingga Queen sering memperhatikan pemuda itu dari jauh sambil melukis wajah pria idamannya.

Segera Queen menepis rasa kagum juga perasaan sukanya, ia sadar siapa dirinya juga bagaimana ia sering mendapat julukan di sekolah sebagai wanita menjijikan dan berasal dari keluarga miskin.

Queen menegangkan punggungnya, mengambil sesuatu dari tas lusanya, mencoba mencari perhatian lain.

"Itu tidak akan mungkin, Maggie. Hansen sosok pemuda tampan juga dari kalangan atas, dia putra tunggal dari salah satu pengusaha kaya di negara ini. Aku tidak mungkin mengharap sesuatu yang jelas tidak akan mungkin terjadi." Queen tersenyum miris dengan status juga keadaannya. Ia berdecak pilu, merutuki perasaannya yang sangat mengagumi sosok pria terkenal di sekolah.

Maggie terdiam, memperhatikan Queen yang sedang menggambar sesuatu.

"Jangan pesimis begitu, semua orang tidak akan tahu apa yang ada di hadapan kita. Siapa tahu Hansen juga menyukaimu," sahut Maggie yang terus memperhatikan tangan Queen yang kini sedang menggambar pola rancangan perhiasan.

Queen tidak menjawab, gadis itu terus menggambar model perhiasan berupa kalung.

Maggie terus menatap rancangan Queen yang sangat lihai dalam menggambar sebuah rancangan khusus perhiasan.

"Lukisanmu, sangat bagus, Queen!" Seru Maggie, sangat penasaran dengan gambar rancangan Queen.

Queen tersenyum, sambil menolehkan wajahnya. Ia juga menyerahkan buku tebal itu kepada Maggie.

"Oh Tuhan, ini sungguh indah. Wow, kau sangat hebat dalam membuat rancangan, Queen." Maggie tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya, melihat seluruh hasil rancangan Queen.

"Itu bukan lukisan, tapi … sebuah rancangan beberapa perhiasan. Kelak, aku ingin memiliki toko perhiasan yang dirancang sendiri," tukas Queen, mengambil kembali buku kesayangannya. Tersenyum penuh semangat agar bisa mengwujudkan impiannya.

"Kau pasti bisa, Queen. Gadis genius sepertimu, suatu saat pasti akan berhasil," sahut Maggie, dengan tatapan dalam ke arah Queen.

Kedua gadis itu pun lagi-lagi menghabiskan waktu disana, Queen bahkan membiarkan Maggie melihat seluruh rancangannya tanpa curiga sedikitpun.

Baginya, Maggie sahabat yang setia dan paling pengertian, hanya gadis itu yang menerimanya sebagai teman.

*****

"Bruk. Akh!" Terdengar suara benda keras mengenai sesuatu, terdengar juga suara pekik kesakitan setelahnya.

"Queen, kau tidak apa-apa?" Maggie segera mendekati Queen yang kini terjatuh di atas tanah, saat punggungnya terkena bola basket. Queen mengeluh kesakitan di bagian pundak kanannya. Gadis itu berjalan bersama Maggie untuk kembali ke kelas, namun tiba-tiba sebuah bola mengenainya.

"Aku tidak apa-apa," sahut Queen, mengelus pundaknya yang sangat sakit itu.

Maggie berniat membantu Queen untuk bangkit, namun sebuah tangan panjang dan kekar terulur ke arahnya.

"Apa kau terluka?" Suara bass pria itu membuat aliran darah Queen berhenti, detak jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang. Ia membeku dengan raut wajah tidak percaya. Sosok pemuda impiannya kini berada di hadapannya, mengulur tangan sambil berbicara padanya. Jangan lupa, wajah pria itu amat dekat dengan Queen, membuatnya semakin membatu di sana.

Queen tersadar saat Maggie kembali menyenggol salah satu pundaknya, membuat gadis itu salah tingkah.

"Biar aku membantumu," pemuda itu menawar bantuan, akan tetapi Queen hanya diam sembari menyembunyikan rona merah di wajah.

"Aku benar-benar minta maaf, mungkin aku terlalu bersemangat," pungkas pemuda yang bernama Hansen.

"Tidak perlu minta maaf, aku tidak apa-apa," Queen menjawab sambil menundukkan kepala.

Maggie terus menggoda Queen, yang tubuhnya kini lemas dan keringat dingin.

Hansen terlihat tersenyum tipis, saat melihat wajah malu Queen. Gadis di depannya terlihat polos juga lugu. Meski penampilan Queen culun, entah mengapa, Hansel menganggap Queen menggemaskan.

"Aku Hansel!" Queen kembali terkejut, melihat Hansel kembali mengulurkan tangan di depannya, sambil menyebut nama pemuda itu.

"A-aku, Queen," sahut gadis itu sambil menyentuh tangan lembut Hansel, setelahnya Queen langsung menarik tangannya.

Jangan lupa rona merah di wajah Queen yang semakin menjadi, akibat bisa saling tatap dan berdekatan dengan pujaannya.

"Kau lucu," ucap Hansel tiba-tiba, tidak lupa pemuda itu mengacak rambut Queen.

Setelahnya, Hansel berjalan meninggalkan kedua gadis tersebut. Queen kembali membeku, mulutnya bahkan menganga, mendapat perlakuan manis.

"Apa ini nyata, Maggie?" Queen bertanya tentang apa yang baru saja terjadi, bahkan Queen mencubit kulit tangannya sendiri.

"Sepertinya, kali ini kau beruntung. Bisa berkenalan dengan Hansel," seloroh Maggie yang juga ikut bahagia.

Queen dan Maggie kini saling menggoda, melanjutkan langkah menuju kelas mereka. Wajah Queen sangat terlihat merona. Baru kali ini ia mendapat perlakuan manis dari lawan sejenisnya.

Dari jauh, saat menatap marah ke arah Queen, kedua tangan gadis itu terkepal. Dengan wajah mengetat, melihat tawa juga wajah bahagia Queen. Apalagi, tadi Queen bercengkrama dengan Hansel yang merupakan incarannya.

"Aku tidak akan membiarkanmu, merebut Hansel, sialan. Aku pastikan, akan memberikan pelajaran berat kali ini. Tunggu saja," Sasa berjalan meninggalkan tempat itu dengan perasaan marah.

"Cih. Kenapa kau harus melibatkan aku dengan hal menjijikan ini. Kau tahu, aku paling membenci hal menjijikkan." Tampak terlihat seorang pria kini membasuh kedua tangannya di sebuah ruangan tertutup. Ia bahkan berulang kali membersihkan kedua telapak tangannya, seakan sudah menyentuh sesuatu menjijikkan.

Pria itu tidak sendiri, terlihat seorang gadis rupawan yang baru saja tiba, kini berjalan mendekat dengan tersenyum puas.

"Kau lupa tantanganmu sendiri, honey? Apabila kau kalah, maka kau akan mendekatinya," bisik gadis itu yang langsung memeluk tubuh tinggi pemuda di depannya.

"CK, aku bahkan melukai kulitku untuk membersihkan bekas sentuhannya," seluruh pemuda itu dengan nada kesal.

"Berhentilah, mendekatinya. Aku tidak ingin kau tertular penyakit darinya yang berasal dari keluarga kumuh." Pemuda itu kini membalikkan badan, membawa gadis itu ke dalam pelukannya.

Sementara gadis bertubuh ramping, kini menggelayut manja di dada bidang pemuda itu. Menghirup aroma maskulin di tubuh seksi sang pemuda.

"Aku tidak akan mau mendekatinya, kalau tidak memiliki maksud tertentu. Dan ini semua mampu membuat perusahaan mommy berkembang pesat. Aku juga bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan nilai sempurna saat kelulusan nanti. Bukankah, dia gadis jenius tapi bodoh?" Gadis berambut panjang terurai, terkekeh. Mengingat sosok gadis bodoh yang selama ini ia manfaatkan.

Pemuda itu hanya terdiam, di peluk erat kekasihnya seakan takut kehilangan, mengecup puncak kepala sang gadis penuh sayang.

"Sampai kapan kau harus berpura-pura baik padanya?" Tanya pemuda itu dengan mimik penasaran.

"Bersabarlah, sampai mommy bisa mendapat kontrak kerjasama dengan perusahaan terkenal di negara Prancis. Setelah itu, kita akan membuatnya benar-benar hancur kali ini."

"Bagaimana, kalau kita melakukannya saat perpisahan? Kita akan memberikan kenangan paling berkesan seumur hidupnya." Tawa pasangan itu pun terdengar senang, merencanakan sesuatu yang akan diberikan kepada seseorang.

Terpopuler

Comments

Ymmers

Ymmers

Maggy… bener kaaan.
brutus ternyata 😡😠

2023-12-02

0

Ymmers

Ymmers

akan jadi bumerangkah di kemudian hari? karyanya Queenn ada yg mengcopy??

2023-12-02

0

Yuliawati Sajo

Yuliawati Sajo

pasti Magie dan Hansel penghianat

2023-11-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!