bab 13

"Katakan, apa yang terjadi pada istriku?" Drake segera menarik kerah jas dokter pribadi istrinya, menggenggam kuat kerah jas itu, membuat dokter tersebut kesulitan bernafas.

Drake begitu ketakutan mendengar sesuatu buruk tentang istri tercintanya. Tatapan pria setengah abad lebih itu, begitu tajam. Wajahnya merah suram. Membuat dokter juga perawat di sana ketakutan.

Tidak lama kedua tuan muda Efron tiba. Segera Gilbert melerai sang Daddy. Menenangkan pria kesayangannya.

"Dad, tenanglah. Bagaimana kita tahu keadaan mommy, kalau Daddy membuatnya tidak bisa bicara," sergah pria tampan itu. Kini tatapannya tertuju kepada sang mommy.

"Jelaskan, sekarang!" Gabriel menyela, memerintahkan sang dokter untuk segera mengatakan tentang kondisi mommynya. Pria itu duduk di sisi kiri Daisy, meraih salah satu telapak tangan wanita yang sudah melahirkannya itu dengan lembut. Gabriel seketika tertegun, saat merasakan hal aneh. Segera ia menatap lekat ke dokter pribadi.

"Ada apa? Apa yang terjadi? Melihat tatapan aneh saudaranya, Gilbert segera mendekat. Ia mengikuti adiknya. Meraih telapak tangan sang mommy. Menggenggamnya penuh kasih sayang.

Ekspresinya sama yang dipelihara Gabriel. Merasa sesuatu yang aneh. Keduanya merasa telapak tangan mommynya terasa hangat. Berbeda sebelumnya yang begitu dingin, seakan tidak ada aliran darah yang mengalir.

Drake merapatkan kedua garis wajahnya, tatapannya sungguh begitu menakutkan ia arahkan kepada dokter di depannya.

"Nyonya, hari ini memperlihatkan kemajuan, tuan. Kedua kelopak mata nyonya bergerak. Begitu juga dengan beberapa jari tangan, nyonya. Bahkan, detak jantung mulai stabil. Apabila, kemajuan ini terus terlihat. Kemungkinan besar, nyonya akan segera bangun, tuan." Dokter pribadi Efron menjelaskan dengan lugas kabar baik yang disampaikan kepada keluarga Efron.

Drake yang begitu tegang, seketika lemas. Ia bahkan hampir terduduk di lantai. Beruntung, Gabriel segera menahan bobot tubuh Daddynya.

Sungguh kabar baik yang ia nantikan belasan tahun kini terdengar juga. Drake segera mendekati istri tercintanya itu. Duduk di samping Daisy, dengan tubuh setengah membungkuk untuk mengecup kening istrinya.

"Terima Kasih. Terimakasih, kau memberikan kabar baik ini untuk, sayang. Apa kau, tahu? Aku begitu tersiksa melihatmu terus terbaring lemah. Aku mohon, cepatlah bangun." Pria itu kini meneteskan air mata dengan ucapan lirih ia bisikan di telinga istrinya.

Drake kini memeluk tubuh lemas Daisy, tidak hentinya ia mengecup wajah pucat wanitanya. Drake bisa melihat setetes air mata mengalir di balik ekor mata Daisy. Membuat pria itu semakin terisak dan memeluk tubuh rapuh Daisy.

Kedua putranya pun tidak bisa menahan rasa bahagia dan haru. Sungguh hari ini begitu membahagiakan. Meskipun kemajuan yang diperlihatkan sang mommy sangat kecil, namun ia sudah membuat mereka bisa bernafas lega.

"Teruslah, berbicara dengannya tuan. Untuk membantu nyonya merangsang sirkuit di otak. Ini membantu nyonya segera sadar. Kita bisa melihat, nyonya mulai merespon sentuhan juga ucapan." Dokter itu pun memberikan arahan kepada Drake dan kedua putranya. Agar sering mengajak Daisy berbicara. Metode tersebut, bisa membantu pasien koma cepat pulih.

"Aku yakin, mommy, pasti akan segera pulih," seloroh Gabriel, yang begitu merindukan mommynya. Pria itu bahkan tidak memikirkan dirinya yang mulai berusia dewasa. Begitu pun dengan Gilbert, kedua putra Efron itu, begitu mementingkan pemulihan mommynya.

Raut bahagia terlihat jelas di wajah kedua saudara kembar itu. Begitu juga Drake. Pria itu kini tidak ingin jauh dari istrinya. Drake ingin, saat Daisy sadar, dia orang pertama yang harus melihatnya.

"Aku akan mengabarkan ini kepada, Griffin," ujar Gilbert, ingin memberikan kabar bahagia ini kepada saudara kembarnya yang paling kecil. Sekarang Griffin sedang berada di negara lain.

Kebahagiaan para pria Efron membuat dua orang wanita kini tertegun dengan raut wajah berbeda.

Nyonya Meliza dan Agnes sejak tadi melihat pemandangan bahagia di dalam sana juga perkataan sang dokter.

Keberuntungan yang sangat baik, saat pintu kamar yang dijaga ketat itu lengah dan keduanya bisa leluasa memantau keadaan di sana.

"M-mommy. Bagaimana ini, nyonya Daisy akan segera sadar." Agnes begitu ketakutan, mendengar kabar kesehatan Daisy, gadis itu tampak pucat juga tegang.

Nyonya Meliza memandangi keadaan di dalam sana dengan tajam. Kedua matanya kini tersirat kemarahan.

Kedua tangan terkepal kuat, membuat buku-buku jarinya memutih.

"Mommy tidak akan membiarkan dia bangun begitu saja. Setelah belasan tahun mommy, berusaha mendapat Drake. Tidak. Mommy akan segera menyingkirkan, wanita sialan itu." Nyonya Meliza pun berkata dengan suara pelan, namun intonasi terdengar begitu mengerikan. Ia menarik tangan putri menjauhi kamar tersebut. Ia harus secepatnya memikirkan rencana untuk melenyapkan Daisy.

"Apa yang harus kita lakukan, mom? Aku tidak mau, statusku sebagai nona muda Efron lenyap, mommy. Tidak mau!" Karena terlalu panik dengan kesehatan Daisy, Agnes tidak sadar berteriak di sekitar ruangan tamu.

Nyonya Meliza segera membungkam mulut putrinya. Menyeret paksa menuju kamar putrinya itu.

"Brak. Akh, mommy. Apa yang kau lakukan!" Pekik Agnes saat tubuhnya dihempaskan di atas ranjang.

"Pelan suaramu, Agnes. Kontrol dirimu yang berlebihan ini. Apa kau mau, kita di usir dari sini!" Sentak nyonya Meliza, begitu marah kepada Agnes.

"Lalu, apa yang harus kita lakukan, mom. Apabila, nyonya Daisy sadar. Mommy, mau? Kita kembali ke rumah kumuh itu. Aku tidak mau, mom. Aku tidak mau, kehilangan hidup mewah ini. Aku tidak mau kehilangan popularitas sebagai nona muda kaya." Sikap Agnes semakin menjadi. Gadis itu kini berteriak di dalam kamar sambil menghancurkan apapun yang berada di dekatnya.

Nyonya Meliza hanya bisa terdiam, ia pun semakin muak melihat sikap putrinya yang tidak bisa membuatnya berpikir jernih.

"Diamlah, Agnes! Kau membuat mommy, gila. Diam!" Nyonya Meliza membentak putrinya yang kini terlihat begitu frustasi juga ketakutan.

Nyonya Meliza membiarkan putrinya menangis, ia lebih memilih ke kamarnya. Memikirkan rencana untuk menyingkirkan Daisy.

"Aku harus segera membunuhnya. Dia harus mati. Aku tidak ingin kehilangan semua yang sudah aku perjuangkan dari dulu." Wanita itu berkata dengan pelan, tatapannya sangat lekat ke arah cermin. Melihat pantulan dirinya yang masih terlihat awet muda.

Sudah lama wanita itu menginginkan Drake menjadi miliknya. Berulang kali ia juga mencoba menjebak Drake dahulu, namun selalu gagal. Karena pria itu begitu teliti juga peka dengan keadaan berbahaya.

*****

Kembali ke tempat lain. Di mana seorang gadis nyaris saja kehilangan nyawa, saat sebuah mobil mewah sengaja ingin menabraknya. Beruntung, seorang pria asing segera menyelamatkan nyawa gadis culun itu.

Kini ia berada di pinggir jalan dengan tubuh rampingnya terasa dilindungi oleh tubuh kekar.

"Kau, tidak apa-apa, nona?" Queen membuka kedua matanya, gadis itu bisa melihat sosok pria rupawan kini berada di atas tubuhnya.

Wajah Queen begitu pucat, bahkan bibirnya bergetar. Tubuhnya berkeringat dingin dengan degupan jantung begitu kuat.

Terpopuler

Comments

Yuliawati Sajo

Yuliawati Sajo

pasti grifin

2023-11-27

0

Riana

Riana

syukurlah ada yg menolong quen

2023-08-31

0

Biva Nurhuda

Biva Nurhuda

siapakah yg menolong Queen

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!