bab 3

"Cepat, dorong dia ke dalam sana!" Perintah Selena dengan wajah mencibir ke arah Queen. Tatapan membenci ia berikan kepada gadis menyedihkan itu.

"Aku mohon, lepaskan aku, Selena. Jangan lakukan ini, aku harus ke sekolah!" Queen kembali menghibah dengan  menekan diri saat tubuhnya kini sudah berada di depan saluran pembuangan yang airnya tampak sangat menjijikkan.

"Selena, tolong lepaskan aku!" Sekali lagi Queen meminta dengan tangisan yang begitu amat ketakutan.

"Aku akan melepaskanmu, setelah kau berada di dalam air kotor itu, karena di sanalah tempatmu, sialan," sentak Selena sambil memperlihatkan senyum jahatnya, memberikan kode kepada temannya yang memegang kedua sisi tubuh lemah Selena.

Dengan berpangku tangan, Selena amat sangat puas saat memberikan pelajaran kepada gadis yang sangat ia benci. Wajah puas juga senyum jahatnya terlihat jelas. Sungguh ia menginginkan Queen menderita di tangannya.

Sedangkan Queen sekuat tenaga melawan saat dirinya akan didorong ke dalam saluran pembuangan yang berukuran besar itu, ia tidak bisa berenang, dan tidak mungkin dirinya harus mati tenggelam di genangan air pembuangan.

Namun nasib baik masih berpihak kepadanya, ketika seorang warga pemukiman melihat tindakan keji Selena.

"Hey, apa yang akan kalian lakukan. Lepaskan, dia!" Teriak seorang pria dengan tubuh kekarnya. Menatap tajam ke arah teman-teman Selena.

"Bos, bagaimana ini," seru salah satu teman Selena yang terlihat panik. Selena pun tampak panik dan memberikan kode kepada teman-temannya untuk melepaskan Queen.

"Kali ini kau selamat, pecundang. Aku pastikan, lain waktu kau tidak akan lolos dariku." Selena mendorong tubuh Queen di atas jalan setapak, gadis itu bahkan meludahi tubuh Queen lalu berjalan menjauh dengan tawa puas.

"Nak, kau tidak apa-apa?" Pria yang berusia dengan papanya bertanya dengan khawatir. Pria tersebut mengenali Queen yang merupakan tetangganya.

"Aku baik-baik saja paman. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku mohon, jangan beritahu papa dan mama tentang semua ini. Mereka pasti akan cemas!" Queen memohon kepada pria yang ia panggil paman untuk tidak menceritakan apa yang ia alami. Gadis itu hanya takut kedua orang tuanya menjadi khawatir.

Queen kini sudah berdiri sambil membersihkan dirinya, ia tersenyum getir melihat penampilannya yang begitu berantakan. Melirik ke arah buku dan tasnya yang ikut kotor.

Ia mengambil buku itu lalu memasukkan di dalam tas usangnya, menatap sedih sepeda tuanya yang rusak, akibat tendangan salah satu teman Selena.

"Sepertinya, kau tidak mungkin menggunakan sepeda ini, nak. Kau harus membawanya ke bengkel," seloroh pria baik hati itu saat memeriksa sepeda Queen.

Queen hanya mengangguk sedih, menghapus air matanya. Berusaha menahan rasa sakit di sekujur tubuh. Ingin rasanya gadis itu menangis histeris, untuk menghilang sesak di rongga dada.

"Biar paman yang mengantarmu, nak," ucap pria di sampingnya, membuat Queen terkejut.

Dengan wajah sedih, Queen menggeleng kepala lemah, ia merasa tidak nyaman, apalagi kalau istri paman ini tahu, sudah di pastikan, kedua orang tuanya akan mendapat masalah.

"Tidak paman, terima kasih. Aku akan jalan kaki saja," sahut Queen, kini memegang sepedanya yang rusak.

"Tapi kau akan terlambat, nak," sela paman itu kembali, merasa kasihan melihat keadaan Queen sekarang.

"Tidak, paman. Terimakasih atas bantuanmu," Queen kembali menolak dengan sopan.

Pria di hadapannya hanya bisa menghela nafas panjang, ia paham maksud gadis ini. Ia begitu kasihan melihat kehidupan Queen yang serba kekurangan.

Diam-diam pria itu mengeluarkan uang sambil melihat keadaan. Takut seseorang muncul lalu melihatnya. Sama seperti Queen, ia takut istrinya tahu dan akan membuat masalah dengan orang tua Queen.

"Nak, ambilah ini. Kau bisa memakainya untuk ongkos taksi ke sekolah juga biaya perbaikan sepedamu." Paman itu menghentikan langkah Queen, lantas menyisipkan beberapa lembar uang di tangan Queen.

"Aku tidak bisa menerimanya, paman. Bagaimana kalau bibi Ana tahu," ucap Queen yang akan mengambil uang itu. Namun paman tersebut menolak sambil tersenyum.

"Anggap saja kau berhutang, bagaimana? Kau pasti membutuhkannya untuk segera tiba di sekolah. Juga untuk memperbaiki sepedamu," ucap paman itu sambil menepuk pundak Queen.

Gadis itu tersenyum, ia pun menerima uang tersebut dengan niat berhutang. Kalau memiliki uang ia pasti akan menggantinya.

Keduanya pun berjalan menuju jalan besar, meninggalkan gg sempit di sana. Tanpa keduanya sadari, sejak tadi seorang wanita melihat interaksi mereka yang kini tersenyum jahat.

******

Queen kini tiba di depan pintu gerbang bangunan sekolahnya. Gadis itu berlari kencang saat gerbang menjulang tinggi akan tertutup otomatis.

Queen lega dengan nafas ngos-ngosan, gadis itu berhenti sejenak di depan pintu tinggi gerbang untuk mengontrol degupan jantungnya.

"Hampir saja," gumamnya dengan tarikan nafas lega.

Queen berjalan menuju bangun tinggi dan mewah di depan sana. Tampak begitu ramai dengan siswa yang sedang berkumpul.

Queen mengabaikan tatapan aneh para siswa lain, melihat penampilannya yang berantakan. Mencoba fokus untuk segera masuk ke dalam kelas. 

Namun saat berjalan menuju kelasnya, tiba-tiba ia kembali di siram. Akan tetapi kali ini dengan air bersih.

Queen hanya bisa berteriak, ketika merasa seluruh tubuhnya basah.

Gadis itu memejamkan mata saat wajahnya terkena cipratan air. Queen bisa mendengar tawa orang di sekitarnya.

Ia hanya bisa menghela nafas panjang, seakan terbiasa dengan ini. Queen hanya bisa diam. Melihat sekelompok siswa di depannya dengan tatapan remeh juga jijik.

"Lihatlah, sampah di sekolah ini. Begitu bau dan menjijikan!" Seru seorang gadis berpenampilan rapi dan anggun dengan seragam sekolah serba feminim. Rambut coklat gadis itu dibiarkan terurai. Dandanan menonjol, khas gadis sosialita.

Yah, sekelompok gadis di depan Queen merupakan geng anak-anak dari kalangan atas. Yang sering menindas kaum bawah seperti Queen. 

"Kenapa kau menyiramku, Sasa?" Queen bertanya sambil melihat tubuhnya yang basah kuyup.

"Hey, kau gadis busuk. Apa kau tidak melihat penampilan juga baumu. Itu sungguh menjijikkan. Kau seharusnya berterima kasih pada kami yang membersihkan tubuhmu ini," ujar Sasa dengan ekspresi jijik. Mencebikkan bibir ketika Queen bergerak ke arahnya.

"Menjauhlah, dari kami!" Perintah Sasa sambil mengusir Queen layaknya seekor binatang.

"Aku akan ke toilet," sahut Queen tidak acuh. Mencoba menghindar dari jangkauan sekelompok gadis di hadapannya. Ia sudah terlalu lelah mendapat bullyan pagi ini.

Akan tetapi, nasib baik belum berpihak padanya kali ini. Saat ketua kelompok gadis-gadis elit itu menahan pundaknya. Mendorong kasar membuatnya kembali terjerembab di atas lantai marmer mewah.

"Jangan terburu-buru dulu, honey. Kami belum melakukan hal menarik untukmu. Kami butuh asupan hiburan pagi ini," ucap Sasa dengan senyuman licik, memainkan rambutnya sambil menatap buas ke arah Queen.

Siswa lainnya hanya bisa menikmati tontonan biasa di depan mereka sembari  ikut menertawakan Queen. Menurut mereka ini hal rutin menjadi bahan tontonan. Apalagi Queen setiap pagi akan menjadi bahan lelucon buat mereka.

"Kasih sekali, siapa suruh kau berada di lingkungan kami. Seharusnya kau berada di tempat sampah. Dasar miskin!" Hardik gadis lain sambil menendang kaki Queen.

Terpopuler

Comments

Ngah Elly Ajja

Ngah Elly Ajja

alur cerita kebangetan,,,

2024-01-16

1

Riana

Riana

orang baik belum datang semua

2023-08-30

0

Biva Nurhuda

Biva Nurhuda

nasib orang miskin yg ingin maju

2023-08-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!