bab 2

Meskipun sekolahnya menyiapkan fasilitas transportasi untuk para murid, namun sayang semuanya butuh pengeluaran uang banyak. Queen tidak ingin terlalu membebani orang terkasihnya. Ia pun meminta sang papa untuk memperbaiki sepeda peninggalan kakeknya.

"Sampai berjumpa, papa, mama!" Seru Queen dengan senyum mengembang.

"Berhati-hatilah, sayang," sahut kedua orang tuanya di ambang pintu sambil melambaikan tangan. Mengantar putri mereka yang mulai menjauh.

Sang papa terlihat menatap nanar punggung putrinya, ia memikirkan sesuatu yang begitu dalam, hingga ucapan istrinya membuatnya terkejut.

"Seharusnya, dia tidak berada di sini. Putri kita harusnya bersama dengan mereka. Hidup dengan layak dan mendapatkan perlindungan ketat." Mama Rosalina, berkata dengan suara sedih. Mengingat kembali kejadian menakutkan 16 tahun silam.

"Suatu saat, mereka sendiri yang akan menjemputnya. Bukankah, dia sendiri yang mengatakan itu?" Pria bernama Albert, membalas perkataan istrinya itu dengan pandangan menerawang.

"Kita harus berhati-hati membahas ini, sayang. Aku takut seseorang di masa lalu masih mencari keberadaannya," ujar papa Alber. Mengajak istrinya itu memasuki rumah, setelah memeriksa keadaan di luar sana.

Sementara Queen kini mengayuh sepedanya di gg sempit dengan jalan setapak, ia tampak cemas saat menyadari sebentar lagi jam pelajaran sekolah dimulai. Beruntung ia mengendarai sepeda, jadi dirinya tidak akan terjebak macet.

Saat akan membelokkan sepedanya, tiba-tiba seseorang tersenyum sinis dengan sebuah ember di tangan.

"Byurr!" Air berbau amis kini mengenai sebagian tubuh Queen.

Gadis itu sontak terkejut dan menghentikan sepedanya. Ia membeku saat melihat sosok gadis cantik di depan sana bersama dengan kawan-kawannya.

Queen menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan. Ia hanya membersihkan pakaiannya yang terkena air berbau amis itu. Meskipun penampilannya menjadi berantakan, Queen tetap akan ke sekolah.

Queen memasang wajah biasa saja, saat ke empat gadis itu kini mendekat. Queen sudah bisa menebak, apa yang akan ia terima. Pasti mereka akan membully dan menghinanya.

Gadis-gadis itu merupakan warga kompleks pemukiman di mana ia tinggal. Sudah hal biasa Queen menghadapi keadaan menakutkan ini.

"Wah … wah …, lihatlah, gadis culun ini, kawan. Dia begitu bau dan jelek!" Seru seorang gadis yang merupakan ketua dari keempatnya.

Terlihat wajah-wajah keempatnya begitu sinis dan mencemooh. Mereka bahkan mengendus ke arah Queen dan memperlihatkan ekspresi jijik dan mual.

"Menjijikkan," ucap keempat diikuti tawa mengejek. Mengelilingi Queen yang tampak begitu santai.

"Maaf, aku terburu-buru," ucap Queen yang bersiap untuk mengayuh sepedanya. Namun salah satu dari keempat gadis itu menahan sepedanya.

"Jangan terburu-buru, sayang. Kami 'kan, belum melakukan hal menyenangkan untukmu," bisik gadis yang berpakaian paling menonjol. Ia tampak terlihat dari keluarga berada.

"Terimakasih, tapi aku harus segera ke sekolah." Queen menjawab dengan ekspresi gelisah. Jam sederhana di tangannya sudah menunjukkan angka tujuh pagi.

"Kau pikir kami peduli?" Gadis berbaju pink itu memajukan wajah di telinga Queen sembari berbisik. Ia juga memberikan kode ke teman-temannya untuk mengambil tas Queen dan membuangnya ke genangan air kotor tidak jauh dari mereka.

"Lepaskan. Apa yang akan kalian lakukan?!" Queen berusaha memberontak, saat dipaksa turun dari sepeda dan kedua tangan di cekal kuat.

"Lepaskan! Hei …, kembali tas milikku!" Teriak Queen yang mencoba melepas diri dari cekalan kedua gadis di sampingnya. Mata Queen terbelalak, saat gadis berambut pirang itu membuka tasnya lalu menghamburkan semua isinya. 

"Tidak! Jangan lakukan itu. Aku mohon," pinta Queen yang tidak bisa berkutik, ketika melihat buku-bukunya kini sudah berserakan di jalan itu.

Ia juga melihat tas usangnya di lempar ke genangan air.

"Kalian keterlaluan! Apa kalian tahu? Buku-buku itu sangat penting, papa dan mama harus bekerja keras." Queen berkata dengan suara parau. Air matanya pun ikut luruh. Ia lelah memohon kepada keempat gadis itu. Ia turun dari sepeda dan mencoba melangkah mengambil tasnya. Namun sebuah tangan mendorongnya, hingga terjatuh di atas jalan setapak. Kacamata Queen terlempar jauh. Queen hanya bisa meringis lirih. Menatap keempat gadis di depannya ini.

Yang hanya menertawakan ketidak berdayanya. Queen kembali berusaha bangkit, namun salah satu dari gadis itu menahan dadanya menggunakan salah satu kakinya.

Keempat tertawa, melihat kondisi Queen yang tidak berdaya. Mereka sangat  puas sudah menindas Queen.

Gadis bernama Selena yang kini menekan dada Queen, melepaskan kakinya dari atas dada Queen. ikut berjongkok lalu berbisik dengan nada sinis.

"Kau, terlalu bangga bersekolah di sana rupanya. Ingat, kau hanya gadis buruk rupa dan dari keluarga miskin. Kau tidak lebih dari sampah, berada di sana yang berisikan orang-orang kaya raya. Bagi kami kau tidak jauh seperti kotoran binatang. Sangat tidak pantas." Selena mencibut kuat dagu Queen, membuat gadis itu mendongak dengan wajah sendu.

"Lihat, wajahmu yang buruk ini, sungguh menjijikan. Kau hanya beruntung bisa bersekolah di sana yang seharusnya aku mendapatkan kesempatan itu, bukan kau yang miskin dan berasal dari keluarga cacat!" Selena berteriak di depan wajah Queen, mendorong kening gadis malang itu ke belakang, hingga Queen kembali terjerembab di jalan setapak.

"Jangan lupa, latar belakang keluargamu yang menjijikkan. Keduanya seorang pecundang juga cacat," lanjut Selena dengan wajah jijik, ia bahkan mendecih ke arah Queen.

"Tutup mulutmu. Mereka tidak seburuk itu, bagiku, papa dan mama adalah harta berharga. Seharusnya kau yang buruk. Hanya seorang anak simpanan orang kaya!" Queen bangkit, gadis itu sangat membenci seseorang yang menghina kedua orang tuanya.

Queen membalas tatapan tajam Selena. Gadis itu seakan memiliki energi kekuatan untuk melawan para gadis yang seumuran dengannya.

"Kau. Beraninya, menantangku. Aku pastikan membuatmu cacat seperti kedua orang tuamu!" Selena sangat emosi, melihat Queen berani menentangnya.

"Aku tidak akan diam saja saat kedua orang tuaku dihina," jawab Queen yang tampak gugup melihat kini keempat gadis itu melangkah ke arahnya.

"Aku tidak pernah mengambil hak mu, semua hanya keberuntungan. Mungkin kau tidak beruntung untuk bersekolah di sana," pungkas Queen sambil melangkah mundur. 

Semakin gugup saat melihat wajah Selena yang begitu marah.

"Diam kau, pecundang sialan!" Sentak Selena yang kini menampar wajah Queen, mendorong tubuh lemah Queen, hingga terjerembab kembali di jalan setapak.

"Lepaskan, jangan lakukan itu," Queen berteriak kencang, saat dirinya kini dikeroyok keempat gadis tersebut. Tubuhnya kini diinjak dengan tidak berprikemanusiaan.

Tidak ada satu orangpun yang lewat di sana, hingga Queen ingin meminta tolong.

"Rasakan ini, gadis sialan. karena sudah menantangku. Aku bahkan bisa menganiaya kedua orang tua cacatmu itu," ucap Selena sembari tertawa puas. Melihat wajah Queen yang tidak berdaya.

Gadis itu begitu tidak berdaya, hanya bisa menatap nanar keempat gadis yang menindasnya. Ia sungguh tidak mampu untuk melawan dengan tubuh ditekan menggunakan salah satu kaki Selena.

Queen hanya mampu meneteskan air mata di wajahnya yang sudah tampak kotor. 

"Kasihan sekali gadis ini, dia begitu kotor. Bukankah sebaiknya kita membuangnya di saluran pembuangan sana?" Dengan tersenyum jahat, Selena masih belum puas untuk menindas Queen.

Gadis berambut panjang pirang itu, memerintahkan ketiga kawannya untuk menyeret Queen ke arah saluran air di depan sana.

"Tidak. Jangan, Selena. Lepaskan aku!" Queen terus memohon sambil berusaha menahan diri, saat di seret paksa ketiga teman Selena.

"Plak. Diamlah, sialan, aku hanya membantumu membersihkan diri dengan air itu," ujar Selena setelah menampar wajah Queen, wajah Selena sungguh begitu puas. Setelah mengatakan itu, Selena kembali tertawa keras, diikuti ketiga temannya.

Terpopuler

Comments

Ymmers

Ymmers

sungguh sangat samgat sangat sangat kwteelaluaan.
😭😡🤬😡🤬😡😭

2023-12-02

0

Ari Ri

Ari Ri

thonya gilo

2023-11-07

0

Isna Wati

Isna Wati

kasihan

2023-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!