Keponakanku Istriku
"Carista jangan lupa obat buat kakek kamu beli di apotek, nenek tadi lupa nggak mampir ke apotek." Nenek Rahmi mengingatkan cucunya yamg sebentar lagi akan pergi kuliah.
" Iya nek nanti Rista beli obat buat kakek, tapi kalau sudah pulang kuliah ya nek." sahut Carista
Carista yang sedang berdandan bersiap untuk segera berangkat kuliah. Carista seorang gadis manis yatim piatu yang tinggal dengan kakek dan neneknya dari pihak ibu, Sedangkan pihak ayah tidak memiliki nenek dan kakek karena ayahnya yatim piatu. Saat ini sedang kuliah di Fakultas kedokteran di universitas bergengsi melalui jalan beasiswa..Karena Carista termasuk salah satu anak yang pintar. Dan untuk uang saku nya serta untuk keperluan sehari hari, Carista menjadi guru les private, ada beberaoa anak yang les pada Carista, sehingga Carista tidak merepotkan kakek neneknya terkadang Carista membayar listrik.
"Ini resepnya dan ini uangnya." Nenek Rahmi memberikan sejumlah uang dan resep pada Carista.
"Nek, Rista berangkat dulu ya." Carista pamit pada neneknya yang sedang memasak di dapur dan membawakan bekal makanan Carista.
Carista berangkat kuliah memakai motor matic kesayangannya yang di beli dengan hasil mengajar les privte dengan harga murah, setidaknya mengurangi beban ongkos.
Cuaca panas ibu kota terasa sangat menyengat padahal waktu masih pagi. Carista berkendara dengan santainya menikmati kemacetan jalan raya yang mulai padat.
Sekitar empat puluh lima menit berkendara motor, Carista sampai di kampus. Setelah memarkirkan motornya, Carista berjalan di lorong kampus menuju ke kelasnya.
Di dalam kelas, Carista bertemu dengan dua sahabatnya Arini dan Tino.
"Tumben elu udah datang jam segini biasanya elu ngaret, udah mepet baru datang" Carista bertanya pada Tino yang selalu datang telat jika ada kelas pagi. Maklum anaknya suka begadang main game. Tino anak orang kaya, orang tuanya tidak pernah ada di rumah, segala pasilitas di sediakan. Makanya Tino suka seenaknya
Carista, Arini dan Tino sudah bersahabat saat pertama masuk fakultas kedokteran. Persahabatan yang tidak mengenal kasta, Tino anak seorang.pengusaha terkenal luar dan dalam negeri, bagi orang tua Tino cukup dengan uang memanjakan anak. Arini anak pemilik butik yang cukup besar. Carista sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti mereka.
"Kenapa.gue hari ini datang lebih pagi, karena gue mau pensiun jadi mahasiwa yang selalu datang telat." Ujar Tino dengan santainya.
Kedua sahabatnya malah tertawa cekikikan mendengar Tino berkata seperti itu, karena dulu juga pernah berkata seperti namun hanya dua hari selanjutnya telat lagi datangnya.
"Kenapa elu berdua malah ngetawain gue, harusnya elu bilang aamiin buat gue." Tino dengan percaya dirinya .
"Aamiin........" serempak keduanya masih tertawa cekikikan.
"Sekarang gue udah bilang aamiin, terus kita berdua mau di kasih apa?" Arini bertanya pada Tino,
"Gue traktir makan di restoran mewah pulang kuliah mau?" Tino balik bertanya pafa kedua sahabatnya.
"Kalau gue terserah Carista mau nggak?" Arini bertanya pada Carista yang sedari tadi cums mengikuti.
"Sorry gue ada jadwal les hari ini, lain kali aja ya." Ujar Carista merasa tidak enak hati karena menolak permintaan Tino.
"Ta, gue udah bilang. Elu nggak usah kerja, biar gue kasih beasiswa elu buat kehidupan elu sehari hari, gue nggak mengharapkan imbalan apapun dari elu, gue ikhlas nolong elu." Ujar Tino dengan mode serius karena Tino tidak pernah main main dengan kedua sahabatnya terutama Carista.
"Gue nggak tahu harus bilang apa sama elu
berdua, kalian memang sahabat gue yang terbaik." Carista memeluk keduanya.
"Gimana kalau nanti istirahat kita makan di kantin, gue yang bayar, elu jangan nolak." Ujar Tino,membungkam mulut Carista dengan snack yang sedang di makannya saat Carista akan menolak.
Mereka.bertiga tertawa, dan berhenti saat dosen yang di tunggu sudah datang, dan kelas sudah akan di mulai.
Kelas pertama sudah selesai dengan materi pembelajaran.
Saatnya istitahat, sesuai janjinya Tino mengajak kedua sahabatnya makan di kantin.
"Kalian makan apa saja yang kalian suka, gue yang bayar." Tino di kursi yang biasa mereka tempati jika sedang berada di kantin.
Kedua sahabatnya segera memesan makanan yang favourit mereka apalagi kalau bukan baso super pedas dan minumannya es jeruk.
Tino sampai merinding saat kedua sahabatnya menuangkan sambal ke dalam basonya.
"Elu berdua bikin bangkrut semua tukang baso di dunia." Tino memandang ke dua sahabatnya.
"Emang nya kenapa?" Arini memakan baso super pedas tanpa merasa kepedasan.
"Itu sambal habis satu botol berdua, cabe sekarang harga lagi mahal. Kasian tuh tukang baso." Tino menelan salivanya.
Carista dan Arini tertawa lebar melihat wajah Tino.
"Kalian tahu nggak kenapa gue senang banget punya sahabat kaya elu berdua." Tino bertanya sambil mengunyah makanan.
"Senang kenapa?" Carista penasaran dengan pertanyaan Tino.
"Dulu gue punya banyak teman, tapi di antara mereka nggak ada yang tulus jadi sahabat gue, karena yang mereka lihat adalah siapa nyokap bokap gue. Gue yang anak tunggal di manjakan dengan berbagai pasilitas dan uang yang nggak pernah ada serinya, dan mereka memanfaatkan itu semua. Mulai dari gue masuk sekolah dasar sampai tamat sekolah menengah atas. Dan baru sekarang gue merasakan bagaimana rasanya punya sahabat sejati. Terima kasih buat elu mau jadi sahabat gue tanpa melihat siapa gue." Tino mendadak jadi melankolis.
"So sweet sahabat gue yang satu ini." Arini merangkul Tino.
"Ta, elu mau nambah nggak. Mumpung masih ada waktu masuk kelas masih ada setengah jam." Tino melihat jam di pergelangan tangannya.
" Udah gue kekenyamgan., ntar di kelas ngggak konsentrasi gara gara ngantu kebanyakan makan." Ketiganya tertawa mendengar Carista bercara.
Mereka meninggalkan kantin dan di lanjut masuk kelas berikutnya.
Setelah selesai semua kelas, Carista, Tino dan Arini bergegas untuk pulang.
Arini dan Tino menggunakan mobil mewah, sedangkan Carista memakai motor matic. Sering mereka menawari tumpangan atau mengganti motornya dengan yang lebih baik untuk Carista namun selalu di tolak dengan halus.
Karena Carista tidak ingin persahabatan mereka di manfaatkan untuk meminta pada mereka.
Tino dan Arini memahami posisi Carista. Karena pandangan orang orang tentang Carista yang mendekati Tino dan Arini karena mereka orang yang kaya raya.
Tino dan Arini yang lebih tahu bagaimana Carista, tidak peduli dengan omongan orang orang yang memandang negatif pada Carista. Justru mereka bangga berteman dengan Carista yang pintar cantik dan sederhana.
Sebelum pulang, Carista mampir dulu ke apotik untuk membeli obat untuk kakeknya. Nenek Rahmi dan kakek Husein memiliki beberapa kamar kosan, sehingga untuk keperluan kakek dan neneknya tidak membebani Carista.
Carista sudah membeli obat untuk kakeknya, dan secepatnya pulang karena Carista mengajar les private.
...****************...
Hai reader jangan lupa ya, koment like dan vote serta subscribe karya yang ke dua aku ya.
Happy readding.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Tarmi Widodo
nyimak
2024-02-08
0
Mamah Kekey
assalam mualaikum mampir kk 🙏
2024-01-15
0
Kim shopie jeon
halooo Thor salam kenal ya ijin kan aku mengenal semua karya mu Thor terutama yg lagi di baca ini
2024-01-06
0