Bab 9

Sampai di rumah sakit, Farrel dan Carista segera mendaftar ulang di bagian administrasi, dan tinggal menunggu antrian, sebenarnya nyonya Arini sudah mendaftarkan Carista sebelum mereka berangkat, namun karena di dalam ruangan dokter masih ada pasien, sehingga mereka harus menunggu beberapa saat.

"Carista Agustus Herlambang" panggil bagian administrasi.

Carista dan Farrel segera masuk ke dalam ruangan dokter.

"Selamat sore bu Carista, pak Farrel, apakabar perkenalkan saya dokter Adrian, ada yang bisa saya bantu?" Dokter Adrian memperkenalkan diri.

"Selamat sore dokter, istri saya mau periksa kakinya yang terluka, apa bisa sembuh lebih cepat?" Farrel memperkenalkan Carista sebagai istrinya.

Carista yang mendengar Farrel memperkenalkan dirinya sebagai istrinya jadi tambah bingung saja.

"Bisa saya lihat lukanya?" Dokter Adrian mempersilahkan Carista untuk berbaring di tempat tidur khusus pasien untuk di periksa lukanya.

Setelah di lihat berapa persen tingkat lukanya. Dokter Adrian mengangguk dan mempersilahkan Carista untuk bangun dan duduk kembalikan.

Dokter Adrian menjelaskan tentang luka Carista, dan dapat cepat sembuh dalam beberapa hari, dokter memberikan obat yang dapat mempercepat kesembuhan luka di kaki Carista.

Setelah selesai, Farrel membayar biaya dokter dan mengambil obat di apotik, sementara Carista menunggu di lobi.

Farrel menghampiri Carista yang sedang bermain ponselnya, kedatangan Farrel yang tiba tiba membuat Carista terkejut.

"Ayo kita pulang, obat nya sudah di beli." Farrel berdiri di depan Carista.

"Om, Rista kaget banget, kok nggak bilang bilang kalau udah di sini." Carista memegang dadanya, jantungnya terasa mau copot.

"Kamunya asyik sendiri, om sudah ada di sini dari tadi, ayo kita cari makan malam." Darren mengajak Carista pulang.

"Pelan pelan aja nggak usah buru buru, kita tidak akan balapan." Farrel bercanda.

Di dalam mobil, Farrel mulai melajukan kendaraannya membelah jalanan kota yang masih macet karena banyak yang baru pulang kerja atau hanya sekedar hang uot.

"Om nama Rista kok ada Herlambang nya, kan cuma Agastya saja."Carista merasa bingung sedari tadi ingin bertanya tapi belum ada kesempatan.

"Oh itu, kan papah sudah merubah sudah merubah akte lahir kamu, sehingga kamu bisa menjadi ahli waris mas Agas, seperti nanti kalau om punya anak, nama belakangnya memakai nama Bramantyo, karena namaku Farrel Bramantyo, nama papah kandungku. Tadinya om mau pakai nama Herlambang, tapi kata mamah jika suatu hari nanti mas Agas ketemu mamah nggak mau ribut soal warisan. Karena punya papah adalah hak anaknya yaitu mas Agastya." Jelas Farrel

"Gimana, mau kamu jadi istri om nggak? Sebenarnya nggak usah di tanya juga, om udah tahu kok apa jawabannya." Farrel bertanya namun menjawabnya sendiri.

"Tahu Jawabannya apa om?" Carista bertanya

"Waktu om cium, kamu diam saja,malah ciuman om kamu sambut, itu artinya kamu mau jadi istriku, nanti om akan bilang sama papah, biar cucunya nggak akan di ambil orang." Farrel tertawa renyah.

Blush.....

Wajah Carista memerah, tidak bisa menyembunyikan rasa malu juga bahagia.

Farrel melihat Carista tersenyum, walaupun senyuman itu di sembunyikan, namum Farrel tahu kalau Carista juga mencintai dirinya.

Perjalanan mereka berhenti di sebuah restoran mewah, terlihat dari mobil mobil yang terparkir semuanya mobil yang mewah, Carista menebak kalau restoran ini harga makanannya pasti akan mahal.

"Ayo sayang kita turun. Kita makan malam di sini." Ajak Farrel membuka pintu mobil.

Yang membuat Carista hilang fokus karena Darren memanggilnya sayang. Hatinya begitu berdebar.

Dengan perasaan malu bercampur bahagia, Carista turun dari mobil berpegangan tangan pada Farrel karena kakinya belum sembuh.

Masuk ke dalam restoran di sambut pelayan dan mempersilahkan duduk, Farrel memilih duduk agak pojok agar tidak terlalu terlihat oleh orang lain.

Buku menu sudah di serahkan oleh pelayan , Carista melihat harga yang tertera dalam menu sangat kaget, satu porsi makanan bisa untuk membeli bensin motor nya selama satu bulan.

"Om, ini nggak salah harganya?" Carista berbisik.

"Nggak salah gimana?" Farrel balik bertanya.

"Mahal banget'" ucap Carista dengan penuh penekanan.

"Udah nggak usah di pikirin harganya, sekarang mau pesan apa?" Farrel bertanya dengan berbisik juga.

Walaupun terlihat berat hati karena melihat harganya, namun.Carista akhirnya memesan makanan juga.

Makanan telah di pesan, Carista dan om Farrel mengobrol tentang banyak hal. Dan pesanan datang. Carista makan perlahan di selingj saling senyum jika kebetulan saling tatap.

"Om mamah nggak akan nyari kita nanti, tadi kan pamitnya cuma mau kontrol aja, jam segini kita masih luar." Carista tidak tenang karena pamitnya cuma sebentar.

"Tadi sebelum kita berangkat om udah bilang kalau kita akan terlambat pulang, mau sekalian makan malam di luar." Farrel menenangkan Carista agar tidak khawatir.

"Beneran om udah bilang, kalau sama kakek udah bilang juga?"

"Sama papah belum, nanti mamah yang akan bilang sama papah kita pulang terlambat, udah jangan khawatir. Mereka tahu kalau kamu jalan sama om pasti aman." Farrel bicaranya enteng sekali.

"Aman dari siapa om?" Carista menyelidik.

"Dari orang orang yang berniat jahat." Farrel bicara sambil minum.

"Kalau dari om, Rista aman nggak?" Carista bertanya sambil tertawa.

Farrel tidak menjawab pertanyaan Carista, hanya tertawa saja.

Selesai makan malam, keduanya melanjutkan perjalanan, untuk berjalan jalan di taman menikmati udara malam yang terasa nyaman.

"Kita ke sini saja ya, kita nikmati malam ini tanpa ada gangguan dari mamah sama papah yang akan memonopoli kamu." Farrel mengajak turun Carista untuk segera jalan jalan ataupun duduk duduk di taman.

Di sana banyak anak muda yang bermain skateboard ataupun hanya sekedar berbincang dengan beberapa temannya. DI dekat jalan masuk ada penjual makanan ringan, ada yang jual kacang rebus, minuman, dan sekarang juga ada di sana.

"Sayang, kamu mau beli apa?" Farrel menunjuk beberapa penjual.

"Rista mau itu om." Tunjuk Rista pada seorang penjual sekoteng.

"Cuma itu aja, nggak ada yang lain?" Farrel menawarkan.

"Nggak om, Rista mau itu aja enak makan yang anget anget." Ucap Rista.

Farrel segera berjalan ke arah tukang sekoteng dan memesan dua porsi.

"Bang bikin dua ya, tolong antar ke sebelah sana." Farrel menunjuk ke arah Carista.

Setelah memesan, Farrel kembali duduk dekat Carista.

"Sayang, bisa nggak kami jangan panggil aku om?" Farrel meminta Carista.

"Memangnya om mau aku panggil dengan sebutan apa?"

"Hubby, mas, abang atau Aa juga boleh...." Farrel membuat pilihan.

Carista bukannya memilih nama panggilan, tapi tertawa mendengar nya.

"Loh kok malah ketawa bukannya memilih." Farrel merajuk.

"Rasanya geli kalau Rista harus panggil om, dengan sebutan mas." Carista masih tertawa.

...****************...

Bersambung.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!