Bab 6

Carista turun ke ruang makan untuk makan malam, kaki Carista yang belum pulih masih terlihat pincang saat berjalan, dengan perlahan Carista menuruni tangga yang terasa sangat banyak sekali anak tangganya.

Nyonya Arini dan tuan Herlambang tersenyum menatap Carista yang sudah turun.

"Sayang kalau kamu kesulitan untuk naik turun tangga bilang sama mamah ya, biar kamu bisa nyaman tinggal di rumah ini. "

"Rista bisa kok mah, kalau nggak di biasakan naik turun tangga, nanti kakinya jadi laki." Carista berbicara dengan pelan.

"Carista sini duduk dekat kakek." Tuan Herlambang mengajak cucunya untuk duduk bersama.

Carista mengikuti keinginan kakeknya. Om Farrel memperhatikan gerak gerik Carista, terlihat sangat cantik, dandanan yang sederhana dengan kecantikan yang natural. Sebenarnya Farrel susah jatuh cinta pada pandanang pertama saat Carista tertabrak mobilnya.

"Sayang sudah berapa lama kami tidak ke kampus?" Nyonya Arini khawatir dengan kuliahnya Carista.

"Sudah tiga hari mah, Rista inginnya segera ke kampus karena pasti banyak pelajaran yang tertinggal, tapi kan motor nya juga lagi di bengkel, kalau pakai kendaraan umum sepertinya nggak mungkin dengan kondisi kaki yang seperti ini." Carista menundukkan kepalanya.

"Kamu kalau mau ke kampus tidak usah memakai motor ataupun pakai kendaraan umum. Kamu bisa pakai mobil kakek yang ada di garasi tinggal pilih mau yang mana, nanti biar pak Nana yang akan antar jemput kamu, atau mau di antar sama Farrel ke kampus nya. Biar kakek tenang kalau sama saudara. Farrel gimana mau nggak antar jemput Carista ke kampusnya.?" Tuan Herlambang bertanya pada Farrel yang sedang mengunyah makanan.

"Boleh mah, itu juga kalau Caristanya mau Farrel antar." Farrel menyanggupi untuk antar jemput Carista.

"Sayang gimana mau nggak di antar sama om kamu?" Nyonya Arini melihat Carista yang sedang minum.

" Memang nya nggak akan merepotkan om Farrel kalau nanti antar jemput Rista, kan kampusnya juga jauh dari kantornya om Farrel" Carista tidak enak kalau harus merepotkan om nya untuk antar jemput dirinya.

"Ya sudah, kalau begitu, berangkatnya di antar Farrel biar sekalian ke kantor, dan pulang nya di jemput pak Nana." Nyonya Arini mencari ide.

"Kamu pasti memikirkan nenek sama kakek ya?" Om Farrel tahu jalan pikiran Carista.

"Kok om tahu kalau Tirta lagi mikirin nenek sama kakek." Carista kaget karena Farrel tahu apa yang sedang di pikirkan dirinya.

"Kalau nenek dan kakekmu tidak usah khawatir, mereka bisa kamu ajak lemari dan tinggal di sini bersama kami, nanti kita tanyakan sama pak Nugrah dan bu Rahmi." Tuan Herlambang menengahi

Makan malam kali ini terasa sangat hangat dengan kehadiran Carista di tengah keluarga tuan Herlambang.

Selesai makan malam di lanjutkan dengan mengobrol di ruang tengah sambil menikmati camilan dan juga kopi serta teh.

Malam semakin larut, Carista yang tidak biasa tidur terlalu malam sudah menguap dari tadi.

"Rista udah ngantuk, mau ijin ke kamar lebih dulu tidak apa apa?" Carista undur diri karena kantuk yang sudah tidak bisa di tunda lagi.

"Iya sayang, kamu ke kamar nggak apa apa kok, nanti kami menyusul." Nyonya Arini mempersilakan Carista untuk ke kamar lebih dulu.

"Farrel, kamu bisa antar Carista ke atas?" Tuan Herlambang meminta Farrel untuk mengantar Carista ke atas.

"Iya pah bisa." Darren menyanggupi.

"Tidak usah om, Rista bisa sendiri kok." Carista menolak saat Farrel berdiri untuk menolong dirinya..

"Nggak apa apa sayang, kalau nggak mau di gendong, setidaknya Farrel menjaga kamu biar nggak jatuh, tangganya tinggi." Nyonya Arini menjelaskan.

Akhirnya Farrel mengantar Catur ga naik tangga menuju ke kamarnya. Dengan perlahan Carista berjalan menaiki tangga, walaupun lama, namun akhirnya sampai juga di atas.

"Akhirnya sampai juga di atas ya Ta." Farrel akhirnya lega Carista sudah sampai di atas depan kamarnya.

Sampai di depan kamar Carista, Farrel berhenti. Saat Carista akan masuk ke dalam kamar, Farrel menahan tangan Carista agar jangan masuk dulu dan membalikkan badan Carista menghadapnya.

Carista menjadi gugup dengan situasi seperti ini.

Farrel memegang dagu Carista yang sedang menunduk. Dengan tiba tiba Farrel mencium bibir Carista dengan pelan. Ciuman dengan sedikit malu, namun keduanya menjadi sedikit menuntut. Ciuman mereka berhenti saat keduanya tidak bisa bernafas.

Wajah Carista menjadi merah, ini adalah ciuman pertama nya yang di ambil Farrel. Dirinya merasa sangat malu, kenapa harus seperti.

"Maaf kan om, yang tidak bisa menahan diri, om rasa sudah mencintai kamu sejak pertama kali bertemu. Sekali lagi maafkan om. " Farrel dengan perasaan malu masuk ke dalam kamarnya, begitu juga dengan Carista yang masuk ke dalam kamarnya dan berdiri di belakang pintu.

Carusya meraba bibirnya yang baru saja di cium om Farrel, diri ya tidak percaya kalau ciuman dari om Farrel adalah ciuman pertamanya dan di sambut oleh dirinya dengan menerima ciuman itu. Wajahnya terasa panas, kalau ada yang melihatnya pasti akan terlihat sangat merah pipinya.

Dari pada memikirkan ciuman pertama nya,.lebih baik tidur. Secepatnya Carista mengganti pakaian nya dengan piyama.

Sebelum matanya terpejam, bayangan ketika berciuman tadi masih teringat.

"Kenapa gue jadi seperti ini?" Carista bertanya pada diri sendiri.

Terbayang terus dengan ciuman tadi, namun akhirnya mata Carista terpejam juga. Masuk ke alam mimpi.

Carista yang terbiasa bangun subuh, ketika memdengar suara adzan berkumandang langsung bangun, dengan kami yang masih sakit. Carista bangkit dari tidurnya berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai lalu melaksanakan sholat subuh dengan khidmat, mendo'akan kedua orang tuanya yang telah lama meninggalkan dirinya.

Selesai sholat subuh, Carista mencoba untuk turun tangga dengan perlahan. Dan akhirnya sampai juga di bawah, melihat ada Art sedang sibuk memasak untuk sarapan pagi, Carista menghampiri Art ada dua orang.

"Non Carista sudah bangun, ada yang bisa saya bantu?" Bi Sumi yang lebih tua melihat kedatangan Carista ke dapur.

"Nggak ada kok bi, Rista mau bantu masak boleh bi?" Catista ingin sekali membantu mereka menyiapkan sarapan.

"Aduh non, lebih baik jangan nanti ingin marah melihat non Carista ada di dapur." Bi Sumi ketakutan karena Carista ingin membantu.

"Nggak apa apa bi, malah nggak akan marah kok." Carista tersenyum.

"Maaf kaki non Carista belum sembuh, lebih baik nona duduk saja, kalau mau membantu bibi dengan cara duduk saja.di sana, biar bi Sumi nggak kena marah." Bi Sumi merasa tidak enak oleh Carista.

"Ya sudah kalau begitu, saya mau ke atas saja lagi, mau siap siap buat kuliah." Carista berjalan perlahan menuju ke arah tangga.

Walaupun lama.naiknya, namun akhirnya sampai juga di atas. Carita segera masuk ke dalam kamar segera mandi dan berganti pakaian untuk segera bersiap siap kuliah pagi.

Carista memakai pelembab dan sedikit bedak agar wajahnya tidak terlalu pucat, dan di bibir dipoles dengan lipbalm agar tidak kering.

Dirasa semuanya sudah selesai, Carista keluar dari kamar, dan tidak di sangka om Farrel melewati kamarnya, Carista menunduk karena malu.

Farrel tersenyum melihat Carista sudah siap dengan riasan yang terlihat natural.

"Mau jalan bersamaku, sini pegang tangannya, biar nggak jatuh saat turun tangga nanti." Farrel memberikan tangannya untuk Carista pegang, mereka menuruni tangga berdua.

...****************...

Bersambung.........

Terpopuler

Comments

Maria Ulfa

Maria Ulfa

sayang menulis nya banyak yang salah Calista jadi catur,farel jadi daren

2023-11-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!