Bab 4

Farrel pulang hampir tengah malam, selesai makan malam, kakek mengajak main catur. Sambil minum kopi hitam. Kalau saja nenek tidak mengingatkan, sudah pasti permainan catur akan berlanjut sampai subuh.

Sampai di rumah keadaan sudah gelap, kedua orang tuanya sudah tidur, Farrel masuk ke kamar dan segera mandi, membersihkan keringat yang lengket di badan setelah seharian meeting yang menguras energi dan pikiran di tambah mengantar Carista ke rumah sakit berakhir main catur.

Walaupun lelah, namun ada suatu kebahagian untuk dirinya. Karena dapat memberitahukan berita baik ini pada papahnya yang sedang sakit, semoga dengan berita ini akan menjadi obat untuk kesembuhan papahnya yang selalu teringat pada anak sulungnya mas Agas.

Selesai.mandi, Farrel berbaring di atas tempat tidur king size, matanya mulai terpejam dan masuk ke dalam alam mimpi.

Matahari masuk menerobos melalui lubang lubang ventilasi.

Farrel semakin menaikan selimutnya.

"Sayang bangun sudah siang, semalam pulang jam berapa nak?" Suara mamah nya yang setiap pagi akan selalu membangunkannya, suara layaknya bidadari yang selalu ada di hatinya.

"Masih ngantuk mah, semalam pulang jam dua belas lebih." Farrel menjawab dengan suara serak khas bangun tidur.

"Pulang jam dua belas dari kantor?" Mamahnya kembali bertanya.

"Bukan mah, main catur sama kakek." Farrel semakin membenamkan wajahnya di dalam selimut.

"Apa,,,,,main catur. Sama siapa memangnya ada yang bisa mengalahkan kamu sayang?"

Mamahnya penasaran karena selama ini lawan lawan Farrel tidak ada yang pernah bisa mengalahkan nya main catur, Farrel juaranya.

Mendengar mamah nya terus bertanya, akhirnya Farrel bangun juga dari tidurnya. Duduk di atas tempat tidur dengan muka bantal nya.

"Mamah keluar dulu ya, mau mandi, nanti sarapan EL ceritakan semuanya sama mamah sama papah juga." Farrel meminta mamahnya untuk keluar.

"Ya udah mamah keluar, mamah tunggu cerita kamu sayang." Mamahnya ke luar dari kamar Farrel dan turun ke ruang makan, tampak tuan Herlambang sedang duduk di sofa sedang melamun.

"Pah, kita sarapan dulu yuk, insya Allah akan ada kabar baik tentang Agas, do'a ayah akan menjadi kenyataan." Nyonya Arini menghibur suaminya yang menjadi seperti ini setelah pensiun dari perusahaan yang dikembangkannya.

Dulu juga sering teringat dengan Agas anaknya namun karena banyak pekerjaan, maka sedikit terabaikan dan menyibukkan diri dengan banyak proyek.

Semenjak perusahaan di pegang Farrell, banyak waktu yang tersisa dan banyak pula waktu memikirkan Agas.

Tuan Herlambang bangkit dari duduknya berjalan menuju meja makan menunggu Farrel selesai mandi.

Setengah jam kemudian Farrel turun sudah dengan pakaian lengkap, dan sudah tentu sangat wangi.

"Pagi mah pah." Farrel mencium pipi mamah nya.

"Ayo pah kita sarapan dulu, nanti EL ada kabar gembira buat papah." Farrel menyiapkan roti ke dalam mulutnya.

Tuan Herlambang yang mendengar kalau Farrel punya berita gembira, terlihat makannya lahap. Nyonya Arini dan Farrel tercengang melihatnya namun juga bahagia melihatnya karena tuan Herlambang masih ada semangat untuk makan.

"EL, papaj sudah selesai sarapannya, sekarang kamu bisa ceritakan apa yang akan kami sampaikan, apakah tentang mas Agas?" Tuan Herlambang berharap semoga Farrel bercerita tentang Agas anaknya.

"Begini pah, sebelumnya papah jangan potong dulu cerita EL sampai selesai." Farrel meminta pada papahnya.

Farrel mulai bercerita dari awal kejadian motor Carista yang terserempet mobilnya. Sampai akhirnya main catur denga kakek Nugraha.

Mendengar cerita Farrel, mimik wajah tuan Herlambang berubah cerah, ada setitik harapan namun juga kesedihan. Karena putra yang selama ini di cari dan di nantikannya sudah tidak ada, namun sekarang dirinya sudah memilik cucu perempuan yang pintar dan cantik. Tuan Herlambang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan cucunya.

"El, kapan kamu bisa nganter papah ketemu sama cucu papah?" Tuan Herlambang sudah tidak sabar.

"Kalau kamu nggak bisa nganter, papah minta alamatnya saja, biar nanah sama papah yang ke sana." Tuan Herlambang meminta alamat oada Farrel

"Nah itu pah, El nggak tahu alamat pastinya, tapi kalau datang langsung ke sana El masih hafal jalannya." Farrel lupa mengingat alamat rumah Carista.

"Siapa nama cucunya papah, cantik nggak anaknya. Kuliah dimana?" Tuan Herlambang terus bertanya.

"Namanya Carista, kuliah di Fakultas kedokteran, universitas XXX melalui jalur beasiswa." Jelas Farrel.

"El, kami tunggu dulu di sini, papah mau ganti baju. Kamu antar papah sama mamah ke sana. Ayo mah bantu papah ganti baju, masa bertemu dengan cucu sendiri nggak keren." Nyonya Arini mengikuti suaminya ke kamar untuk mengganti baju.

Tuan Herlambang sudah siap dengan pakaiannya, yang casual. Dan sudah siap untuk berangkat ke rumah Carista cucunya.

"El, mampir dulu di butik langganan mamah, kita beli baju buat Carista." Nyonya Arini berinisiatif membelikan pakaian untuk cucunya juga.

Sampai di butik, nyonya Arini membeli beberapa pakaian yang sangat bagus dan sudah tentu harganya pasti sangat mahal.

Setelah selesai berbelanja untuk Carista, nenek dan kakeknya, mereka berangkat ke rumah Carista yang mungil tapi terlihat sangat asri.

"El, Di sini rumahnya?" Tuan Herlambang melihat rumah yang enak di pandang walaupun kecil menurut pandangannya.

Nek Rahmi melihat ada mobil mewah berhenti di depan rumahnya.

"Ista coba lihat siapa itu yang di depan rumah pakai mobil mewah, teman kamu bukan?" Carista denga kaki yang masih sakit berjalan agak pincang.

"Itu seperti mobilnya om Farrel nek, tapi dengan siapa ya, kok wajahnya mirip sekali dengan papah." Carista tidak menyadari kalau yang datang adalah kakeknya.

"Mirip sama papah kamu?" Nek Rahmi penasaran.

"Iya nek." Carista mengangguk

"Kalau dia mirip sama papan kamu, berarti dia itu kakek kamu, ayahnya Agastya, kami ini calon dokter dapet beasiswa." Belum selesai nek Fahmi bicara, Carista sudah keluar lebih dulu.

"Itu anak, orang tua lagi ngomong." Nek Rahmi geleng geleng kepala.

Carista tersenyum bahagia, akhirnya bisa bertemu dengan kakek dari ayahnya.

Tuan Herlambang dan nyonya Arini menitikan air mata saat melihat cucunya menyambut hangat kedatangannya.

"Kakek, nenek, om." Sapa Catur ga mencium tangan mereka denga takzim kecuali Farrel hanya jabat tangan saja.

"Kamu cucuku anaknha Agastya?" tuan Herlambang memeluk dan mencium pucuk kepala Carista.

Perasaan haru menghinggapi hatinya, bertahun tahun tidak bertemu denga. Anaknya namun yang bertemu dengan cucunya.

Walaupun hanya cucunya aaja, tuan Herlambang tetap bahagia.

"Nek , kakek om mari masuk, di luar panas"Carista mempersilakan tamunya untuk masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah nek Rahmi dan kakek Nugraha sudah berdiri di depan pintu menyambut besannya. Senyum kebahagiaan tampak dari penghunj rumah dan tamunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!