NovelToon NovelToon

Keponakanku Istriku

Bab 1

"Carista jangan lupa obat buat kakek kamu beli di apotek, nenek tadi lupa nggak mampir ke apotek." Nenek Rahmi mengingatkan cucunya yamg sebentar lagi akan pergi kuliah.

" Iya nek nanti Rista beli obat buat kakek, tapi kalau sudah pulang kuliah ya nek." sahut Carista

Carista yang sedang berdandan bersiap untuk segera berangkat kuliah. Carista seorang gadis manis yatim piatu yang tinggal dengan kakek dan neneknya dari pihak ibu, Sedangkan pihak ayah tidak memiliki nenek dan kakek karena ayahnya yatim piatu. Saat ini sedang kuliah di Fakultas kedokteran di universitas bergengsi melalui jalan beasiswa..Karena Carista termasuk salah satu anak yang pintar. Dan untuk uang saku nya serta untuk keperluan sehari hari, Carista menjadi guru les private, ada beberaoa anak yang les pada Carista, sehingga Carista tidak merepotkan kakek neneknya terkadang Carista membayar listrik.

"Ini resepnya dan ini uangnya." Nenek Rahmi memberikan sejumlah uang dan resep pada Carista.

"Nek, Rista berangkat dulu ya." Carista pamit pada neneknya yang sedang memasak di dapur dan membawakan bekal makanan Carista.

Carista berangkat kuliah memakai motor matic kesayangannya yang di beli dengan hasil mengajar les privte dengan harga murah, setidaknya mengurangi beban ongkos.

Cuaca panas ibu kota terasa sangat menyengat padahal waktu masih pagi. Carista berkendara dengan santainya menikmati kemacetan jalan raya yang mulai padat.

Sekitar empat puluh lima menit berkendara motor, Carista sampai di kampus. Setelah memarkirkan motornya, Carista berjalan di lorong kampus menuju ke kelasnya.

Di dalam kelas, Carista bertemu dengan dua sahabatnya Arini dan Tino.

"Tumben elu udah datang jam segini biasanya elu ngaret, udah mepet baru datang" Carista bertanya pada Tino yang selalu datang telat jika ada kelas pagi. Maklum anaknya suka begadang main game. Tino anak orang kaya, orang tuanya tidak pernah ada di rumah, segala pasilitas di sediakan. Makanya Tino suka seenaknya

Carista, Arini dan Tino sudah bersahabat saat pertama masuk fakultas kedokteran. Persahabatan yang tidak mengenal kasta, Tino anak seorang.pengusaha terkenal luar dan dalam negeri, bagi orang tua Tino cukup dengan uang memanjakan anak. Arini anak pemilik butik yang cukup besar. Carista sangat bersyukur karena memiliki sahabat seperti mereka.

"Kenapa.gue hari ini datang lebih pagi, karena gue mau pensiun jadi mahasiwa yang selalu datang telat." Ujar Tino dengan santainya.

Kedua sahabatnya malah tertawa cekikikan mendengar Tino berkata seperti itu, karena dulu juga pernah berkata seperti namun hanya dua hari selanjutnya telat lagi datangnya.

"Kenapa elu berdua malah ngetawain gue, harusnya elu bilang aamiin buat gue." Tino dengan percaya dirinya .

"Aamiin........" serempak keduanya masih tertawa cekikikan.

"Sekarang gue udah bilang aamiin, terus kita berdua mau di kasih apa?" Arini bertanya pada Tino,

"Gue traktir makan di restoran mewah pulang kuliah mau?" Tino balik bertanya pafa kedua sahabatnya.

"Kalau gue terserah Carista mau nggak?" Arini bertanya pada Carista yang sedari tadi cums mengikuti.

"Sorry gue ada jadwal les hari ini, lain kali aja ya." Ujar Carista merasa tidak enak hati karena menolak permintaan Tino.

"Ta, gue udah bilang. Elu nggak usah kerja, biar gue kasih beasiswa elu buat kehidupan elu sehari hari, gue nggak mengharapkan imbalan apapun dari elu, gue ikhlas nolong elu." Ujar Tino dengan mode serius karena Tino tidak pernah main main dengan kedua sahabatnya terutama Carista.

"Gue nggak tahu harus bilang apa sama elu

berdua, kalian memang sahabat gue yang terbaik." Carista memeluk keduanya.

"Gimana kalau nanti istirahat kita makan di kantin, gue yang bayar, elu jangan nolak." Ujar Tino,membungkam mulut Carista dengan snack yang sedang di makannya saat Carista akan menolak.

Mereka.bertiga tertawa, dan berhenti saat dosen yang di tunggu sudah datang, dan kelas sudah akan di mulai.

Kelas pertama sudah selesai dengan materi pembelajaran.

Saatnya istitahat, sesuai janjinya Tino mengajak kedua sahabatnya makan di kantin.

"Kalian makan apa saja yang kalian suka, gue yang bayar." Tino di kursi yang biasa mereka tempati jika sedang berada di kantin.

Kedua sahabatnya segera memesan makanan yang favourit mereka apalagi kalau bukan baso super pedas dan minumannya es jeruk.

Tino sampai merinding saat kedua sahabatnya menuangkan sambal ke dalam basonya.

"Elu berdua bikin bangkrut semua tukang baso di dunia." Tino memandang ke dua sahabatnya.

"Emang nya kenapa?" Arini memakan baso super pedas tanpa merasa kepedasan.

"Itu sambal habis satu botol berdua, cabe sekarang harga lagi mahal. Kasian tuh tukang baso." Tino menelan salivanya.

Carista dan Arini tertawa lebar melihat wajah Tino.

"Kalian tahu nggak kenapa gue senang banget punya sahabat kaya elu berdua." Tino bertanya sambil mengunyah makanan.

"Senang kenapa?" Carista penasaran dengan pertanyaan Tino.

"Dulu gue punya banyak teman, tapi di antara mereka nggak ada yang tulus jadi sahabat gue, karena yang mereka lihat adalah siapa nyokap bokap gue. Gue yang anak tunggal di manjakan dengan berbagai pasilitas dan uang yang nggak pernah ada serinya, dan mereka memanfaatkan itu semua. Mulai dari gue masuk sekolah dasar sampai tamat sekolah menengah atas. Dan baru sekarang gue merasakan bagaimana rasanya punya sahabat sejati. Terima kasih buat elu mau jadi sahabat gue tanpa melihat siapa gue." Tino mendadak jadi melankolis.

"So sweet sahabat gue yang satu ini." Arini merangkul Tino.

"Ta, elu mau nambah nggak. Mumpung masih ada waktu masuk kelas masih ada setengah jam." Tino melihat jam di pergelangan tangannya.

" Udah gue kekenyamgan., ntar di kelas ngggak konsentrasi gara gara ngantu kebanyakan makan." Ketiganya tertawa mendengar Carista bercara.

Mereka meninggalkan kantin dan di lanjut masuk kelas berikutnya.

Setelah selesai semua kelas, Carista, Tino dan Arini bergegas untuk pulang.

Arini dan Tino menggunakan mobil mewah, sedangkan Carista memakai motor matic. Sering mereka menawari tumpangan atau mengganti motornya dengan yang lebih baik untuk Carista namun selalu di tolak dengan halus.

Karena Carista tidak ingin persahabatan mereka di manfaatkan untuk meminta pada mereka.

Tino dan Arini memahami posisi Carista. Karena pandangan orang orang tentang Carista yang mendekati Tino dan Arini karena mereka orang yang kaya raya.

Tino dan Arini yang lebih tahu bagaimana Carista, tidak peduli dengan omongan orang orang yang memandang negatif pada Carista. Justru mereka bangga berteman dengan Carista yang pintar cantik dan sederhana.

Sebelum pulang, Carista mampir dulu ke apotik untuk membeli obat untuk kakeknya. Nenek Rahmi dan kakek Husein memiliki beberapa kamar kosan, sehingga untuk keperluan kakek dan neneknya tidak membebani Carista.

Carista sudah membeli obat untuk kakeknya, dan secepatnya pulang karena Carista mengajar les private.

...****************...

Hai reader jangan lupa ya, koment like dan vote serta subscribe karya yang ke dua aku ya.

Happy readding.....

Bab 2

"Kakak sangat cantik pasti banyak pemuda yang akan jatuh cinta sama kakak, aku aja suka sama kakak." seorang murid les private mengakui kalau Carista memang cantik.

"Semua perempuan itu cantik. Kamu juga cantik. Yang tampan itu laki laki." Carista jika sedang mengajar les tidak pernah formal, selalu santai sehingga anak didiknya sangat menyukainya.

Karena orang tua murid yang les pada Carista selalu mempromosikan Carista, sehingga banyak yang ikut les pada Carista.

"Aku punya kakak laki laki udah kuliah, kakak mau nggak jadi pacarnya kakak aku." ujarnya kemudian.

"Sudah dulu ya. Sekarang belajar dulu, bahas yang lainnya nanti kalau selesai lesnya." Carista mengalihkan perhatian muridnya ke hal yang lain.

Setelah dua jam mengajar les, akhirnya selesai juga, dan dapat segera terbebas dari pertanyaan muridnya yang selalu ingin menjodohkannya dengan kakaknya.

Setelah berpamitan dengan pemilik rumah, Carista segera pulang, dan melanjutkan pergi ke kampusnya karena masih ada satu kelas tambahan yang belum selesai.

Sampai di parkiran, Carista bertemu dengan kedua sahabatnya.

"Ta, gue cari elu dari mana aja sih?" Tino menghampiri Carista yang baru saja datang, helm aja belum di lepas.

"Tadi gue les dulu, ada waktu dua jam, ya gue pake kerja, lumayan buat tambahan beli buku." Carista menghampiri kedua sahabatnya.

"Kalau buat beli buku elu nggak usah khawatir, gue udah beli buat kita bertiga."Tino memperlihatkan tiga buah buku, yang dua di berikan pada kedua sahabatnya dan yang satu di simpan untuk dirinya sendiri.

Jika di tawari, kedua sahabatnya itu pasti akan menolak, namun jika di berikan mereka tidak akan bisa menolaknya.

"Masuk yuk, sebentar lagi kelas di mulai. Sebelum dosennya marah marah karena kita yang datang terlambat." Arini mengajak ke dua sahabatnya untuk segera masuk kelas.

Bertiga berjalan di lorong kampus, kelas dimulai, semua mahasiswa menyimak materi yang di berikan oleh dosen.

Setelah satu jam, kelas sudah selesai. Para mahasiswa sudah bubar, Carista dan dua sahabatnya juga.

"Ta, elu mau langsung pulang?" Tino dari arah belakang bertanya.

"Iya, kenapa?"

"Tadinya kalau elu nggak pulang duluan, gue mau ajak elu berdua ketemu sama saudara gue yang baru datang dari luar negeri." Tino berjalan lebih dulu.

"Sorry banget ya, gue nggak bisa, gue harus bantu nenek beresin kamar kost, kemarin ada yang pindah kamarnya lotor sekali." Carista menjelaskan.

"Iya udah, elu gimana Ar, mau nggak ikut sama gue?" Tino meminta pendapat Arini.

"Ya udah deh gue ikut sama elu, kebetulan gue nggak ada kegiatan. Mendingan ikiut sama elu aja." Ujar Arini.

"Baguslah kalau begitu jadi gue sama elu aja ya." Tino meyakinkan Arini sekali lagi.

"Elu berdua betangkat sekarang?" Carista bertanya.

"Iya kita janjian di rumah gue, nyokap juga ada di rumah tumben biasanya nggak pernah mau."

"Kalau begitu, gue pulang duluan ya, have fun buat lu berdua, salam buat nyokap elu. Kalau saudara elu bawa oleh oleh dari luar negeri besok bawain buat gue ya." Carista tertawa aambil berlalu dengan motor matic kesayangannya.

"Tuh anak giliran dapet oleh oleh aja nomer satu." Tino bicara sendiri namun terdengar oleh Arini.

"Udah yuk keburu malam." Ajak Arini.

Arini dan Tino berangkat memakai mobil masing masing. Sementara Carista masih berada di jalan pulang le rumah neneknya yang sekarang pasti sudah menunggunya.Setengah jam perjalanan ditempuh Carista membelah kemacetana kota besar.

Sampai di rumah neneknya sudah mulai membersihkan kamar lost yang baru di tinggal penghuni lamanya.

"Asslamu'alaikum. Nek udah mulai beres beresnya kenapa nggal nunggu Rista, tempat tidurnya kan berat kalau di angkat sama nenek sendirian." Carista mulai ikut membereskan kamar yang masih kotor.

"Kamu nggak istirahat dulu, biar nenek saja yang beresin." nenek merasa kasihan melijat cucunya baru pulang kuliah sudah membantunya.

"Nggak apa apa nek. Rista nggak cape kok." ujar Carista.

Kamar yang sangat kotor kalau di kerjakan berdua akhirmya selesai juga.

"Akhirnya selesai juga ya nek, kamarnya jadi lebih bersih." Carista sangat puas dengan pekerjaannya.

"Iya, semuamya sudah beres, Ta nanti kamu buat selembaran, di depan rumah ADA KAMAR KOSONG."Nenek sambil peraga.

"Iya nek nanti Rista cetak buat nenek."Carista turun ke lantai bawah untuk bersih bersih dati keringat yang lengket.

Selesai membersihkan badan, Carista ke teras depan menghampiri kakek dan neneknya yang sedang menghabiskan sore bersama. Ada secangkir kopi, segelas susu dan biskuit. Sederhana tapi membuat hati bahagia.

"Nek Rista mau ke supermarket depan ya, Persediaan bulanan Rista udah habis." ujar Caridta yang sudah segar setelah mandi.

"Iya hati hati nyebrangnnya, lalu lalang mobil sangat rame dan melaju sangat croat sekali." kakek berpesan.

"Iya kek, Rista akan hati hati."Carista berlalu mengendarai motor meticnya.

"Benar apa yang di katakan kakek, lalu lintasnya sangat ramai mau nyebrang aja susah banget." Carista menggerutu.

Carista tidak melihat kanan kiri, tanpa di sadari ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Saat Carista akan menyebrang, tiba tiba motornya di serempet mobil mewah itu.

Bruuuukkkk.....

Motor Carista oleng ke pinggor jalan dan jatuh menimpa tubuhnya yang mungil.

Mobil mewah yang menyerempet motor, berhenti untuk melihat keadaan pemilik motor.

Seorang pria tampan dengan hidung mancung, tulang rahang yang tegas, dan tatapan mata yang tajam. Menghampiri Carista yang sedang di tolong beberapa orang yang kebetulan sedang ada di tempat itu.

"Bagaimana keadaannya. Apa lukanya parah. Mari saya antar ke rumah sakit." Ujar pria tampan itu.

"Lututnya tampak berdarah, tangannya juga. Dan motornya rusak parah." seorang warga yang menjawab.

Carista duduk di atas trotoar dengan kaki dan tangan yang penuh luka, beberapa warga menolong.

"Nona lukanya cukup parah, lebih baik kita le rumah sakit, mari akan saya antar." pria tampan yang dibketahui bernama Farrel.

"Tuan motor saya rusak parah, bagaimana saya kuliah nanti." Carista sedih juga menahan sakit di sekujur tubuhnya akibat keserempet mobil.

"Motor anda nanti akan saya perbaiki, saya mwnyuruh orang bengkel untuk mengambil motor nona. Sekarang nona ikut saya ke rumah sakit agar luka lukanya segera di obati." Farrel berdiri dan mengajak Carista untuk ikut ke tumah sakit.

Farrel membawa Carista ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan. Setelah mendapat perawatan. Carista di perbolehkan pulang, karena dokter memeriksa tidak ada luka yang parah.

"Dimana kamu tinggal biar aku antar kamu sekalian minta maaf pada oatang tua kamu untik meminta maaf katena sudah memcelakaka. Kamu. Carista

...****************...

Bersambung......

Bab 3

Carista di bawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan luka lukanya. Setelah selesai, Farrel mengantar pulang Carista kerumahnya.

"Rumah kamu di sebelah mana?" Farrel bertanya setelah mereka sampai di tempat kejadian.

"Tidak jauh dari sini. Lurus saja terus nanti di depan ada belokan sebelah kiri, sekitar seratus meter dari situ, itu rumah nenek gue." Carista menjawabnya.

Farrel mengikuti petunjuk dari Carista, dan sampailah mereka di rumah nenek Rahmi. Sebuah rumah mungil berlantai dua dengan anak tangga yang ada di kanan dan kiri seperti nya untuk jalan penghuni kos.

Di depan rumah ada sebuah taman bunga yang sedang mekar, rumah kecil yang asri dan sejuk. Sepertinya para penghuni kos juga merasa betah tinggal dirumah berlantai dua tersebut.

Mendengar ada suara deru mobil di depan rumah, nenek Rahmi segera ke luar melihat siapakah yang datang. Dan betapa terkejutnya nenek Rahmi melihat cucunya berjalan di gandeng oleh seorang pria tampan dengan tangan dan kaki yang di balut dengan perban.

"Masya Allah, Ista kamu kenapa nak, pergi dari tadi sore baru pulang sekarang, penuh luka lagi." Terlihat nenek Rahmi sangat khawatir.

"Maaf nek, tadi Rista nyebrang nggak lihat kanan kiri jadi nggak lihat kalau ada mobil lewat, ya akhirnya seperti ini." Carista memberi pengertian pada neneknya sembari melirik Farrel yang tampak nya bernafas lega karena Carista tidak mengalahkannya.

"Kok bisa, biasanya kamu itu paling hati hati kalau melakukan sesuatu." Nek Rahmi tidak percaya kalau cucunya seceroboh itu, namun nek Rahmi mengerti kalau cucunya tidak ingin neneknya menyalahkan orang lain.

"Maafkan saya nek, tadi saya sudah menyerempet cucu nenek." Farrel mengerti kekhawatiran nek Rahmi.

"Ada apa nek, kok terdengar seperti sedang mengobrol ada tamu ya?" Kakek Nugraha yang baru datang dari mesjid karena masih mengenakan peci dan sarung.

"Ini kek, Carista keserempet mobil karena kurang hati hati." Nek Rahmi menjelaskan.

"Ya sudah, namanya juga musibah siapa sih yang ke serempet. Iya kan Nak?" Kakek Nugraha orang yang bijak jika berbicara tidak pernah menyudutkan seseorang baik ataupun salah.

Farrel hanya tersenyun dan sangat kagum terhadap keluarga kakek Nugraha yang tidak menyudutkannya.

"Nek, tamu nya tidak di suguhi?" Kakek Nugraha melihat kalau di meja tidak ada suguhan.

"Oh iya lupa, maafkan nenek ya nak." Nek Rahmi ke belakang membuat minuman untuk tamunya dan juga kopi hitam pekat untuk kakek.

"Kek, Rista ke kamar dulu ya, mau istirahat. Kaki nya sakit banget." Carista merasakan kalau kakinya terasa sangat sakit. Mungki karena efek obat biusnya sudah hilang.

Farrel melihat beberapa foto yang terpajang di dinding dan di meja, ada satu ganjalan pada salah satu foto yang di pasang di dinding, sebuah foto keluarga.

Ada foto laki laki seperti nya ayah Carista.

Kakek Nugraha melihat Farrel sedang memperhatikan foto keluarga.

"Itu foto ayah dan ibunya Carista, satu hari setelah Carista lulus sekolah dasar, saat itu mereka baru pulang makan malam untuk merayakan kelulusan Carista, hujan sangat lebat saat itu, jalanan sangat licin mobil yang di kendarai oleh ayah Carista tidak dapat di kendalikan ketika akan belok tidak ada lampu peneran dengan sangat kencang dan mobil yang mereka tumpangi menabrak trotoar. Carista selamat dari maut karena di lindungi tubuh ibunya, sedangkan kedua orangtuanya tidak selamat." Kakek Nugraha mengenang kematian anak dan menantunya.

"Maafkan saya kek, karena menguak luka lama." Farrel merasa tidak enak hati.

"Tidak apa apa nak Farrel." Kakek Nugraha mengusap pipinya.Nek Rahmi pun ikut menangis.

"Saya melihat foto ayah nya Carista seperti tidak asing buat, sepertinya kami pernah bertemu entah di mana dan sosok ayah Carista sering saya lihat, dari caranya tersenyum sangat meneduhkan siapa saja yang melihat." Farrel tampak seperti sedang berfikir tentang siapa sosok ayah Carista.

Lumayan lama Farrel mengingat ingat wajah ayah Carista. Farrel teringat sebuah nama kakak tirinya yang bernama Agastyan Herlambang.

"Kek, saya baru teringat wajah ayah Carista seperti wajah ayah saya Herlambang." Farrel meyakinkan.

"Apakah ayah Carista bernama Agastyan Herlambang?" Farrel bertanya dengan harap harap gemas dengan jawaban kakek Nugraha dan nek Rahmi.

Kakek dan nenek terkejut mendengar Farrel mengatakan sebuah nama ayah Carista yang belum di beritahukan pada Farrel.

"Iya memang benar nama ayah Carista Agastya Herlambang. Tapi ayahnya yatim piatu, ibunya sudah meninggal saat masih kecil dan ayah nya menikah lagi dan terpisah ketika banjir melanda kampungnya ." Nek Rahmi bercerita tentang ayah Carista.

"Iya ibu saya menikah dengan ayahnya mas Agas ketika saya berusia enam tahun mas Agas dua belas tahun, waktu itu hujan deras tidak berhenti semalaman mengakibatkan banjir, satu kampung terendam, kami mengungsi dan ketika akan menuju tempat yang agak tinggi, mas Agas terpeleset dan terbawa arus banjir dan tidak terselamatkan." Farrel mengenang saat kehilangan kakak tirinya.

"Jadi kamu adik yang pernah di ceritakan Agas saat masih hidup." Kakek Nugraha berkata.

"Cerita apa kek?"

" Kalau dia dulu punya saudara tiri beda usia enam tahun dengannya." Kakek Nugraha menceritakan kisah Agas dan Farrel saat masih berkumpul.

" Ternyata dunia ini sempit ya, bisa bertemu dengan.saudara sendiri tanpa di sengaja." Nenek Rahmi tertawa renyah.

"Nak Farrel, nenek mau ke belakang dulu ya, kamu ngobrol saja dulu sama kakek." Nek Rahmi pamit ke dapur.

"Silakan nek, nggak apa apa kok, saya juga merasa senang bisa ngobrol dengan kakek." Farrel mempersilakan nek Rahmi ke dapur.

Nek Rahmi melangkah ke dapur melihat kamar Carista terbuka dan nenek menghampiri nya untuk meminta bantuan di dapur.

"Ista kakinya masih sakit?" Nek Rahmi melihat kamar Carista yang sedikit terbuka.

"Sudah mendingan nek, tidak terlalu sakit." Carista menghampiri nek Rahmi yang berdiri di depan pintu kamar.

"Kalau sudah mendingan nenek bisa minta tolong?" Nek Rahmi ke luar dari kamar dan menuju dapur untuk memasak makan malam.

"Minta tolong apa nek?" Catur ga mengikuti neneknya ke dapur.

"Bantu nenek masak buat makan malam, biar cepat kamu bantuin nenek ya." Ajak nek Rahmi.

"Oke, Rista bantu." Carista mengambil sayuran dan daging yang ada di kulkas. Walaupun masih sakit, namun untuk menolong neneknya Carista tidak pernah menolak. Nek Rahmi dan Carista memasak bersama, mebuat sayur sop ayam dan semur daging.

Sementara para wanita sedang memasak di dapur, para pria sedang di ruang tamu mengobrol banyak hal.

"Carista masih sekolah kek?" Farrel penasaran dengan pendidikan Carista.

"Cucuku itu anaknya pintar, dari mulai masuk sekolah menengah pertama sampai menengah atas selalu saja mendapat beasiswa, berbagai prestasi di dapatnya sehingga menjadi jalan mendapatkan beasiswa ke tingkat perguruan tinggi, dan sekarang kuliah di fakultas kedokteran melalui beasiswa, dan sekarang masuk semester lima." Kakek Nugraha dengan bangga menceritakan tentang Carista.

Mendengarkan cerita dari kakek Nugraha, Farrel menjadi tertarik pada Carista.

Di saat sedang mengobrol nek Rahmi menghampiri kakek Nugraha dan Farrel untuk makan malam.

"Nak Farrel ikut makan malam di sini ya, nenek sudah selesai masak, ayo di cicipi, ayo kek ajak nak Farrel makan.." Nek Rahmi mempersilakan Farrel dan kakek untuk makan malam.

"Ayo nak Farrel kita makan, kakek sudah lapar." Ajak Kakek sambil terkekeh.

...****************...

Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!