Quenby semakin menikmati peran barunya sebagai seorang Istri. Dia bahkan hampir lupa jika pernikahan itu dibuat karena adanya sebuah perjanjian.
Orangtua Jonas sudah bertolak ke Luar kota untuk peresmian salah satu cabang baru dari perusahaan mereka. Dan sebelum pergi, Luisa memberikan banyak wejangan untuk dilakukan Quenby. Salahsatunya adalah membawa bekal makan siang, seperti yang sedang dia lakukan.
"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?"
Suara resepsionis menyambut Quenby di lantai dasar dimana pintu utama berada.
Walau pernikahan dari anak sulung Direktur di perusahaan mereka sudah tersebar luas, akan tetapi masih banyak yang belum mengenali bagaimana rupa dari Istri calon direktur baru mereka yang akan dilantik beberapa bulan lagi.
"Saya ingin bertemu dengan Pak Jonas," beritahu Quenby.
Si Resepsionis membalas dengan senyuman ramah. "Apa sebelumnya sudah ada janji?" tanyanya lagi.
Quenby melipat bibirnya. Dia memang belum memberitahu Jonas tentang kedatangannya siang itu. "Belum."
Wanita yang usianya se-umuran Quenby itu langsung mengangsurkan sebuah buku dan pulpen kehadapan Quenby. "Silahkan diisi, bagian ini nama perusahaan anda, dan sebelah sini tujuan kedatangan anda," katanya sambil menunjuk pada bagian garis dalam buku tersebut.
Tanpa ragu Qeunby mengambil pulpen itu dan mulai menuliskan sesuatu.
Resepsionis itu pun mengambil buku yang sudah Quenby isi. Perlahan dia mulai membaca cepat dalam hati.
Kening si Resepsionis berkerut saat tulisan itu terasa ganjil saat dibaca.
Nama Perusahaan: Istri Jonas Hermawan Sagala
Tujuan : Mengantar makan siang
" ... kan siang--eh" kontan saja Resepsionis itu menatap Quenby yang masih berdiri dengan garis senyum yang tidak pernah luntur sejak kedatangannya.
"Anda yakin dengan apa yang anda tulis, Mbak?" tanya resepsionis itu.
Quenby mengerutkan alisnya. "Apa ada yang salah?" tanya Quenby.
"Maafkan saya, akan tetapi Istri Pak Jonas baru saja naik ke atas. Mohon jangan mengada-ada," ujar resepsionis itu masih berbicara sopan.
"Istri?" Quenby benar-benar tidak paham situasi ini. "Tapi saya adalah istrinya, wanita mana yang kamu maksud sebagai istri dari suamiku?" tanya Quenby dengan tenang.
"Siapapun bisa mengaku-ngaku sebagai istri dari Atasan kami, Mbak. Akan tetapi anda yang paling lancang karena sudah nekat datang kesini," nada bicara dan kalimat resepsionis itu mulai mendapat banyak perhatian dari orang-orang yang ada di sekitar Lobi.
Quenby perlahan menyodorkan ponsel di atas meja resepsionis itu. "Tentu saja. Saya percaya hal itu, mengingat bagaimana populernya seorang Jonas. Termasuk wanita yang kamu persilahkan naik sebelumnya. Apa kamu yakin dia benar-benar Istri asli dari Atasan kamu?"
Quenby terlihat tetap tenang menanggapi respon wanita didepannya. Bahkan banyak mata yang mulai mengintimidasi ke arah Quenby.
"Lihatlah! Kalau bukti ini masih kurang, aku akan melakukan panggilan Video dengan suamiku agar dia turun ke lantai ini dan memberitahumu secara langsung," tantang Quenby masih dengan senyum cerah.
Quenby yakin Jonas tak akan mengelak, karena wajah Quenby sudah dikenal dikalangan teman bisnis suaminya itu. Terbukti saat mereka semua hadir dalam acara pesta pernikahan dengan mengucapkan selamat secara langsung. Itu artinya keberadaan Quenby memang diakui Jonas 'kan.
Tak lama bunyi telpon paralel terdengar, si Resepsionis yang sudah memegang ponsel milik Quenby langsung teralihkan oleh nada telpon itu.
"Ya, Pak ...." sahut resepsionis itu dengan wajah kaku. Dan secepat kilat matanya tertuju pada gambar yang masih terpampang di ponsel Quenby, dan sedetik kemudian, wanita itu menatap Quenby dengan mata penuh penyesalan. "Maafkan kelalaian saya, Pak. Baik Pak."
Quenby tau apa yang sedang terjadi hanya dalam sekali pantau. Pasti wanita yang mengaku-ngaku Istri suaminya itu sudah sampai di lantai tempat Jonas berada dan ketahuan.
"M-maafkan saya, Bu. Saya benar-benar--"
"Kalau begitu, apa saya sudah boleh bertemu dengan suami saya untuk mengantarkan BEKAL.MAKAN.SIANG?!"kata Quenby yang langsung memotong ucapan wanita tadi dengan penuh penekanan.
Resepsionis itu mengangguk. "Pak Rony," panggilnya pada seorang Satpam yang berdiri tak jauh dari meja resepsionis. "Tolong anatarkan Istri Pak Jonas ke lantai 23. Beliau ingin mengantarkan makan siang," ujarnya yang diangguki Satpam itu.
Quenby tersenyum sesaat pada sang Resepsionis, lalu berkata, "Terimakasih Rina," ucapnya, dan setelah itu Quenby berlalu pergi.
Pintu lift terbuka dan segera menampilkan ruangan sepi yang cukup luas. Satpam yang tadi mengantar Quenby langsung turun kembali ke lantai dasar.
"Hei, Sayang. Kenapa tidak mengabariku?" Kehadiran Jonas membuat Quenby menahan napas. Lagi-lagi sebutan sayang itu tersemat padanya, pasti karena disana ada orang lain pikir Quenby.
"Tadinya aku ingin memberi kejutan. Tapi ternyata aku yang dikejutkan," batin Quenby.
"Kita bicarakan didalam saja," Jonas merengkuh pinggang Quenby sambil membawa istrinya itu masuk kedalam ruangannya.
"Karin, tolong buatkan jus alpukat untuk istriku, jangan di beri susu," perintah Jonas langsung diangguki Sekretarisnya.
Wajah Quenby seketika panas dan jantungnya berdebar makin cepat kala Jonas masih mengingat minuman kesukaannya.
"Datang dengan siapa?" tanya Jonas setelah pintu ruangan tertutup.
"Supir Mommy, Kak," Quenby langsung membuka tas bekal makan siang yang masih terasa hangat. Dia mengeluarkan satu persatu isinya diatas meja.
"Jadi Mommy dan Papi sudah berangkat?" Quenby mengangguk menjawab pertanyaan Jonas.
"Apa ada yang datang kesini sebelum, Quenby?" Quenby tak menatap Jonas saat mengatakan itu. Dia masih sibuk mengatur meja untuk menata hidangan makan siang suaminya.
"Kirey."
Quenby langsung menghentikan gerakannya dan mengalihkan tatapannya pada Jonas saat mendengar nama itu keluar dari bibir suaminya.
"Mau apa dia?" Quenby setengah tak percaya. Tapi untuk apa Jonas berbohong padanya dengan membawa-bawa nama adik tirinya.
Jonas mengusap kasar wajahnya. Dia juga kaget saat Kirey datang ke Perusahannya dan mengumbar kebohongan pada semua orang dengan mengatakan bahwa dia adalah istrinya. Gila saja wanita itu!
"Dia berbicara omong kosong! Aku tidak menendangnya secara kasar karena masih menghargai dia sebagai adikmu," kata Jonas.
"Memang apa yang Kirey katakan?"
Jonas diam sesaat, dia benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan adik tiri istrinya. Wanita gila itu benar-benar nekat.
"Dia memintaku untuk menceraikanmu,"
"Apa?!" Quenby benar-benar terkejut. Bahkan kepalanya mulai panas akibat darah yang sepertinya sudah mulai mendidih didalam otak.
"Dan dia memintaku untuk menikahinya," lanjut Jonas yang tak habis pikir.
"Quenby akan ke rumah Mama setelah ini. Quenby mau tau apa tujuan Kirey berkata seperti itu," Quenby mulai geram dengan tingkah Kirey yang masih belum terima dengan pernikahannya bersama Jonas.
"Tidak perlu," larang Jonas. Dia tidak mau istrinya terlalu sering berhubungan dengan orang-orang itu. Jonas tentu sudah tau bagaimana watak Mama tiri Quenby dan juga keluarga besar mereka, termasuk dua saudara tiri sang Istri yang tidak suka melihat Quenby bahagia.
"Perlu, Kak! Mereka harus tau bahwa Quenby bukan lagi anak perempuan yang mudah disakiti dan ditindas seenaknya! Quenby juga tidak mau perasaan takut pada Mama terus membayangi Quenby setiap hari."
Jonas seharusnya sadar, Quenby pasti memiliki trauma. Mengingat bagaimana wanita itu diperlakukan selama bertahun-tahun oleh keluarga tirinya.
"Kalau begitu biar aku yang menemani,"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Eka Bundanedinar
nah gitu temani quen lindungi dia
trnyata mreka salingbsuka tp dipndam semua
2023-10-01
4
fifid dwi ariani
trus sukses
2023-09-20
0
lupa nama
lanjut thor,, alur ceritanya menarik 👍
2023-09-05
2