Pertemuan Yang Tak Terduga

Siang itu Quenby terlihat sedang sibuk berbincang dengan Klien yang memang sudah punya janji temu dengannya jauh-jauh hari.

Berlokasi di salah satu Butik milik Ibunya, dia dan Klien VVIP itu membicarakan pesanan gaun yang Klien itu inginkan.

"Miss Quen," kata Klien VVIP itu.

Mengapa panggilan itu sangat menohok seorang Quenby ya? Karena kenyataannya, gelar sebagai direktur sekaligus anak pemilik Butik, tidak lah membuat wanita itu berlimpah harta. Karena sistem kerja yang diberlakukan oleh sang Ibu kepada dirinya adalah sistem kerja rodi. Nyatanya memang Quenby tak pernah di bayar. Dia hanya diperas tenaga, otak dan waktunya saja oleh seorang wanita paruh baya yang mengaku sebagai Ibu kandung Quen.

"Kakak ipar saya tertarik dengan rancangannya, Miss, loh. Makanya dia berniat memesan desain gaunnya di Butik milik ini juga." Klien itu mengutarakan maksudnya dengan antusias.

"Suatu kehormatan bagi saya, Nyonya. Saya akan menyiapkan waktu untuk Kakak ipar Anda," Tentu saja Quenby senang jika rancangan gaunnya telah berhasil memikat kaum sosialita sekelas Kliennya ini, sebab dia bisa melakukan endors secara gratis.

"Saya sudah menyuruhnya datang siang ini juga, mumpung Dia sedang ada waktu luang. Maklum ... hidupnya sibuk dengan urusan Bisnis. Dan dia agak sedikit perfeksionis" beritahu wanita yang usianya sekitar di akhir 40 tahun itu.

Tok Tok Tok

Tak lama kemudian seorang pegawai dengan memakai kemeja hitam dan rok span sebetis dengan warna senada mengetuk pintu ruangan yang terbuka sedikit dimana Quen dan Kliennya berada.

"Permisi, Nona Quen, ada tamu yang mengatakan kenalan dari Nyonya Dewita," beritahu Dena--pegawai yang usianya lebih muda dari Quen.

"Oh! Itu pasti Kakak Ipar saya. Tolong antar kesini saja," seloroh Dewita menyahuti dengan senang.

Dena pun segera berlalu setelah mendapatkan persetujuan dari Atasannya.

Tak berapa lama muncul lah sosok wanita dari balik pintu dengan rambut di sanggul rapih ke atas, serta memakai midi dress yang dipadukan outerwear bernuansa floral. Quen jelas tau siapa perancang busana yang dipakai oleh wanita itu.

"Nah, ini loh Miss, Kakak ipar saya yang naksir dengan desain yang Miss buat" ujar Dewita.

Quen segera berdiri dan mengulurkan tangannya. "Terimakasih Nyonya, sudah menyukai desain kami. Saya Quenby. Silahkan duduk, Nyonya. "

"Ya Tuhan. Kukira seusiaku, ternyata jauh lebih muda, mungkin dibawah Jonas," Puji Wanita itu sambil menyambut senang uluran tangan Quenby dengan menatap takjub wanita muda didepannya.

Kriieet...

"Mom, Jo akan tunggu Mommy di-Hai!"

Suara bariton yang familiar itu membuat Quenby membeku. Pintu yang tadinya terbuka sedikit kini terdorong lebih lebar, memperlihatkan sosok pria yang berdiri di ambang batas ruangan.

Jonas.

Pria dengan jas formal itu juga tampak terkejut, alisnya sedikit terangkat. Seperti ada listrik yang mengalir di udara, menyambungkan kembali kenangan yang pernah tertanam bertahun-tahun lalu.

"Kalian saling kenal?" tanya Luisa, wanita yang dipanggil Mommy itu yang baru saja mau duduk langsung berdiri tegap saat melihat sinyal bagus di depan matanya. Dia pun menatap dang putra dan wanita bernama Quenby secara bergantian.

Quenby menoleh pada wanita yang disebut 'Mommy' oleh sosok lelaki yang dia kenal. Lalu Quen mengangguk samar sambil berkata, "Iya, Nyonya, kami-"

"Ya Tuhan! Ya Tuhan! Wi! Ini namanya sekali menggali, berton-ton berlian kudapati" Luisa langsung memotong kalimat Quenby dengan berkata riang pada adik iparnya. "Sini dong Jo, masuk!" Luisa segera menarik tangan putranya untuk masuk dan mendorong mendekat ke arah Quen yang berdiri dengan wajah bingung.

Jika pada pertemuan Reuni lalu Qeunby sengaja mencari keberadaan pria itu untuk dia dekati. Namun berbeda dengan pertemuan kali ini. Quenby dipertemukan secara kebetulan. Kebetulan yang Quenby harapkan menjadi berkelanjutan.

"Cocok kan, Wi?" Hanya Luisa yang tampak bahagia. Sedangkan Dewita, Jonas dan Quen, hanya diam membeku.

Dewita ikut berdiri, lalu menatap Jonas dan Quen secara bergantian. "Seratus persen cocok!" seloroh Dewita sambil membentuk jemari lentiknya seperti huruf O. "Doamu terkabul, Kak, punya cucu tahun ini!" Susulnya lagi dengan tak kalah riang.

Jonas hanya geleng-geleng kepala saja, saat melihat tingkah Ibu dan Tantenya yang seperti anak ABG habis mendapatkan tiket liburan. Sungguh, Jonas di buat malu sekarang. Dan tanpa peringatan, tatapan Jonas beralih pada sosok adik kelasnya yang kini diapit oleh Ibu dan Tantenya.

'Sepertinya ide Mommy boleh juga,' batin Jonas yang baru mendapat ide untuk menutupi skandalnya.

...----------------...

Setelah kehebohan dua jam yang lalu di Butik milik Ibu Quenby. Kini wanita itu dan lelaki yang pernah menjadi Kakak kelasnya itu sedang duduk di sebuah Coffee Shop yang terletak tak jauh dari Butiknya.

Tentu saja hal itu dilakukan setelah Ibu dan Tante Jonas yang bernama Dewita selesai dengan urusannya perihal pesanan gaun. Setelah itu Keduanya pun pulang diantar supir pribadi tantenya.

"Aku minta maaf atas sikap Mommy dan Tante ku yang kelewatan sama kamu," Ini adalah kalimat permintaan maaf yang kesekian kalinya yang diutarakan pria matang dengan tampilan maskulin yang duduk dihadapan Quenby.

Quenby dapat melihat dengan jelas wajah Jonas siang ini. Karena mereka duduk berhadapan.

"Tidak apa-apa, Kak. Sungguh. Keluarga Kak Jonas sangat menyenangkan," ujar Quenby yang memuji kedekatan dua wanita yang ternyata adalah Ibu dan juga Tante dari pria didepannya.

Jonas menatap kedua mata sayu adik kelasnya. Dia senang mendengar perkataan tulus wanita itu. Walau Ibu dan sang Tante sering bicara seenaknya, akan tetapi mereka adalah orang-orang baik. Dan Jonas bersyukur lahir di keluarga Sagala.

"Kamu bilang akan langsung menghubungiku setelah kita bertemu di acara malam reuni. Aku nunggu kamu loh beberapa hari ini," ungkap Jonas. "Kupikir kamu tidak mau bertemu lagi denganku" ujarnya lagi dengan nada kecewa yang dibuat-buat.

Jonas memang sempat berasumsi, bahwa mantan adik kelasnya ini tidak ingin menjalin komunikasi lagi dengannya setelah acara reuni beberapa malam lalu. Karena Jonas pikir Quenby kecewa saat dirinya meninggalkan sang mantan adik kelas di hari pertama pertemuan mereka setelah 12 tahun tak bertemu.

"Maaf, Kak,"

Quen tersenyum canggung.

"Quenby sedikit sibuk beberapa hari lalu,"

Quenby tidak sepenuhnya berbohong. Karena pada kenyataannya wanita itu memang tengah sibuk menyembuhkan lebam di wajahnya.

Namun, kebohongannya terbongkar dalam sekejap.

Jonas menatap lebih dalam, lalu matanya menangkap sesuatu yang janggal. Tepat di sudut bibir Quenby, ada bekas lebam samar. Biru keunguan, tertutup tipis oleh riasan.

Refleks, tangannya terulur, jemarinya menyentuh sudut bibir wanita itu. "Eh… Quen, ini… kenapa?"

Quenby terkejut, tangannya buru-buru menyentuh area yang sama, sedikit meringis karena sentuhan Jonas tanpa sadar menekan bagian yang masih nyeri.

Jonas menatapnya dengan pandangan tajam. "Siapa yang melakukan ini?"

Tak ada jawaban.

Suasana mendadak sunyi. Kopi yang menghangatkan suasana kini terasa dingin. Waktu seakan berhenti sejenak, menunggu jawaban yang tak kunjung tiba.

Quenby menunduk, mencoba menyembunyikan gejolak dalam dadanya.

TBC

Terpopuler

Comments

liberty

liberty

kalo gak punya modal buka usaha sendiri...kenapa gak coba lamar diperusahaan design juga...drpd ikut mak lampir 🥲

2023-12-10

3

Devi Handayani

Devi Handayani

biarin aja ketauan... biar cepet dinikahi yaa kan thor/Chuckle//Chuckle//Chuckle//Chuckle/

2023-12-05

3

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

klo nikah sana jonas bisa mmbawamubkluuar dr rumah itu lakuin jaja quen

2023-09-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!