Sore itu motor yang dikendarai Jonas sudah memasuki area Puncak, hawa dingin langsung menyapu wajah keduanya yang tidak tertutup kaca helm. Beruntung hari ini tidak turun hujan, hanya awan saja yang terlihat menggelap.
Quenby duduk dengan sangat nyaman di jok belakang motor milik lelaki itu. Sedari tadi dirinya mencuri kesempatan untuk bisa mengendus aroma pria yang masih fokus membawa motornya melewati jalanan berliku. Angin yang berembus menghantarkan Aroma mint dan kayu pada penciuman Quenby yang duduk dibelakangnya. Sangat menyegarkan.
"Kamu kedinginan?" tanya Jonas yang merasakan Quenby gelisah dalam duduknya.
Quenby maju sedikit sampai menekan tubuhnya ke arah punggung Jonas. "Sedikit, Kak." sahutnya tepat diseblah kiri helm yang pria itu kenakan. Dia tetap tidak bisa berteriak walaupun Jonas membawa motornya dengan laju yang lumayan cepat.
"Sebentar lagi sampai, kok. Sabar ya?" perkataan Jonas diangguki oleh Quenby. Dan Jonas bisa melihat reaksi wanita itu dari kaca spion sebelah kiri motornya.
Tak berselang lama laju Motor yang dikendarai Jonas mulai bergerak perlahan. Dan motornya langsung berbelok ke arah kanan dengan jalan aspal setapak. Tak lama sebuah gerbang besar dan tinggi terbuka, disana sudah menunggu seorang pria dengan seragam satpam.
"Sore, Den Jonas," sapa Satpam itu Yang diangguki oleh Jonas.
Quenby masih menatap ke sekeliling halaman luas dengan pohon-pohon yang berjajar rapi. Tidak hanya itu, ternyata disisi lain sudah ada sebuah kendaraan mewah beroda empat yang terparkir. Quenby masih belum tau dibawa ke tempat macam apa.
"Yuk," Jonas menarik lembut jemari lentik Quenby saat wanita itu berdiri terpaku. "Nggak kamu pake sarung tangannya?" tanyanya saat merasakan tangan sang mantan adik kelasnya yang terasa begitu dingin.
"Nggak nyaman, Kak," sahut Quenby. Wanita itu lebih lebih suka telapak tangannya tidak tertutup apapun. Sebab dengan begitu dia bisa merasakan bahu Jonas yang tertutup jaket.
"Maaf ya, aku sengaja bawa motor, biar terasa jalan-jalannya. Kan kita lagi pedekate," kelakar Jonas. Dan Quenby menanggapi dengan kekehan.
Jonas langsung membawa wanita itu kedalam rumah yang memiliki halaman cukup besar. Khas Villa-Villa disana.
"Nah, itu dia anaknya," Suara perempuan yang Quenby kenal memecah keheningan rumah besar itu. Disana terlihat seorang wanita paruh baya yang Quenby kenal, ditemani dua wanita yang dia yakini adalah ART. "Ya ampun! Kamu beneran pake motor?" katanya lagi saat melihat Jonas dan Quenby memakai jaket kulit serupa.
"Kalau pake mobil nggak asik, Mom," sahut Jonas.
"Kalau hujan bagaimana?" Kali ini Luisa memukul keras bahu putranya.
"Tinggal berteduh, iya kan, Sayang?" Jonas menaik turunkan alisnya ke arah Quenby untuk meminta persetujuan.
"Dasar!" geram Luisa pada jawaban putranya yang seenak jidat. "Ganti baju dulu, yuk. Biar nyaman. Pasti Jonas ya yang suruh kamu pake celana ini?" tunjuk Luisa pada celana Jeans yang dipakai Quenby.
"Tapi Aku nggak bawa baju ganti, M-mom" Quenby sedikit kaku saat memanggil wanita itu dengan sapaan yang sangat akrab. Tentu saja itu adalah permintaan Luisa sendiri.
"Nggak usah khawatir, Mommy sudah persiapkan semuanya," Luisa menepuk lembut lengan Quenby lalu merengkuh bahu wanita itu.
Setiap satu bulan sekali, keluarga besar Sagala mengosongkan 1 hari di minggu terakhir. Mereka menjadwalkan untuk berkumpul di Villa pribadi yang ada dikawasan Puncak, Jawa Barat.
Pertemuan malam nanti adalah untuk menjaga kehangatan keluarga mereka, Tuan Besar dan Nyonya Besar Sagala yang merencanakan ini sejak menyadari bahwa mereka jarang sekali memiliki waktu kebersamaan.
"Kenapa tidak diajak sekalian sih Jo, calon mertuamu?" keluh Luisa yang baru keluar dari kamar ganti bersama Quenby.
Seketika tatapan Jonas tak teralihkan dari penampilan mantan adik kelasnya itu. Quenby terlihat sangat manis dengan balutan gaun selutut dengan motif floral berwarna kuning cerah. Potongan pada bagian leher berbentuk V yang cukup rendah tanpa lengan itu membuat bahu kecil Quenby terekspos. Bahkan kulit sawo matang wanita itu terlihat kontras dengan warna dress yang dipakainya. Jonas tidak menyangka wanita itu punya sisi imut dan menggoda dalam satu balutan.
Jonas memutuskan pandangannya saat menyadari bahwa wanita yang tengah ditatapnya memergoki aksi matanya yang diam-diam memuja. Quenby memang selalu mempesona.
"Jonas belum seberani itu sok-sok ngajak Mamanya Quenby, Mom. Jo, kan baru penjajakan. Nanti dikira nggak sopan," Jonas menarik sebuah kursi didekatnya untuk Quenby duduki.
Quenby yang melihat sikap perhatian pria itu tentu saja tersanjung. Quenby tahu, lelaki itu melakukannya hanya agar semua terlihat 'natutal'.
"Makanya, biarkan Mommy dan Papi yang datang langsung buat melamar, Quenby. Gerak kamu kelamaan deh, Jo!" sergah Luisa yang sudah gemas dengan sikap putranya. Luisa itu maunya sat-set-sat-set.
"Mommy suka gitu deh!" Tukas Jeny yang baru saja datang dari arah pintu pembatas ruangan, ditemani seorang pria berseragam biru yang membawa banyak tentengan dan mendekat keruang tengah dimana baru ada sang Ibu, dua ART-nya, Kakak dan terakhir seorang wanita yang dia tebak adalah calon kakak iparnya.
"Waktu belum punya pacar, ditanya mana pacarnya, giliran udah bawa pacar, ditanya kapan ngelamarnya, pas udah ngelamar, ditanya kapan nikahnya, pas udah nikah, ditanya kapan punya anaknya? Terus aja gitu sampe resep rahasian Tuan Crab dicuri Plankton-Awh!"
"Nih anak, kalo bales omongan otangtua pinter banget!" Luisa mencubit gemas pipi Jeny. Dan semua yang ada disana tertawa melihat tingkah Ibu dan anak itu.
Melihat keakraban yang diperlihatkan adik dan Ibu Jonas, hati Quenby menghangat. Dia tidak pernah merasakan itu dari Ibunya.
"Are You Okay?" bisik Jonas.
Melihat tatapan sendu yang dilayangkan Qeunby pada interaksi Ibu dan adiknya, Jonas bisa merasakan kesedihan. Pria itu tau bahwa Mama Quenby tak terlihat akrab dengan wanita itu. Terbukti dari interaksi terakhir yang Jonas saksikan saat perdebatan ketika Jonas akan mengajaknya ke tempat ini.
Dengan impulsif Jonas pun mengelus lembut pergelangan tangan wanita itu. Tentu saja Quenby yang mendapat sentuhan dari pria itu kembali merasa hangat. Apakah kali ini sikap Jonas untuk menunjukan ke-natural-an mereka?
"Keluarga kamu asik," bisik Quenby.
"Lebih asik lagi kalo Kakak jadi bagian dari kita," sambung Jeny yang langsung memeluk Quenby dari belakang.
Mendapat perlakuan yang tiba-tiba, Quenby yang sedang duduk terkesiap, namun juga merasakan hangat atas ketulusan ucapan dari adik Jonas Itu.
Quenby tak punya ide untuk membalas ucapan Jeny barusan. Hanya senyum canggung yang bisa dirinya perlihatkan sebagai respon.
"Kamu kok mau si Kak, sama Om-Om kaya Pak Jonas Hermawan Sagala ini? Dia kan bujang lapuk!"
Setelah mengatakan itu Jeny lari masuk ke dalam kamar, dia tidak mau melihat reaksi Jonas yang ingin menelannya hidup-hidup yang sudah bangkit dari kursinya yang bersiap mengejar dirinya.
"Duuuuh! Mommy pusing! Kamu jangan kapok ya, Quenby. Anak-anak Tante emang agak lain" ujar Luisa dengan sesal yang terlihat nyata.
Quenby memberi respon dengan senyuman lagi saat melihat reaksi calon mertuanya itu.
Tiba-tiba...
"Apa aku terlambat, Tante?"
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Emn Sc
berilah kebahagiaan ...bwat queenby Thor... perhatian dan kasih sayang yg g pernah d rasakn dr kluarga nya sendiri.
2024-01-11
2
pipi gemoy
bagus Thor
sdh ta vote ✌️
2023-12-14
1
◄⏤͟͞✥≛⃝⃕💞꙳❂͜͡✯Nuah-௸
agak laeen
2023-09-17
1