Elena baru saja memasuki apartemen barunya, apartemen barunya itu tampak sangat berantakan karena semua barang-barang miliknya memang baru dipindahkan.
Kotak berisi pakaian dan barang pribadinya telah tersusun di dalam kamar, semua barang-barang yang ia bawa memang telah tersusun sesuai kebutuhan.
Elena membaringkan tubuhnya di ranjang yang baru saja ia ganti spreinya itu. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 malam, Elena mengumpulkan segenap kekuatan untuk memulai aksinya malam itu.
Ponsel Elana yang tergeletak di atas nakas tiba-tiba berbunyi. Elena tersenyum getir, ibunya pasti baru menyadari kepindahannya.
Dengan tatapan sendu, Elena hanya tersenyum sambil menatap layar ponselnya. Sudah sangat lama sejak terakhir kali ibunya mengkhawatirkanya.
Sedikit aneh dengan kata mengkhawatirkan, mungkin sekarang ibunya hanya akan marah setelah mengetahui kepindahan Elena yang tidak pernah perempuan itu diduga.
Setelah cukup lama bermalas-malasan akhirnya Elena pun beranjak untuk mulai menata sebagian barang-barangnya. Dengan cekatan, ia menyusun satu persatu perabot yang telah ia bawa itu di tempat yang sesuai.
Saat memasuki kamar mandi Elena mendapati bahwa keran airnya tidak mengeluarkan air sama sekali, Elena menyadari kesalahanya karena memang tidak memeriksa semuanya dulu dengan teliti sebelumnya.
"Iya, Airnya ga keluar sama sekali di kamar mandi. Hanya kran wastafel dapur yang hidup," jelas Elena saat menghubungi resepsionis apartemen.
"Saya mau malam ini, baik. Saya tunggu," tegas Elena sambil berkacak pinggang.
Cukup lama Elena menunggu tetapi teknisi yang dijanjikan si resepsionis tadi sama sekali belum terlihat. Elena yang sejak tadi menahan hasrat untuk buang air akhirnya memberanikan diri untuk mendatangi tetangga sebelahnya.
Saat berjakan ke arah pintu, Elena menatap beberapa roti dan buah yang baru ia beli di jalan tadi, dengan segera ia membungkus beberapa buah dan roti sebagai buah tangan.
"Ting.. Tong." Elena menekan bel tetangganya.
"Halo saya tetangga yang baru pindah di sebelah. Air di kamar mandi saya ga nyala, boleh saya permisi pakai kamar mandimya kak?" jelas Elena panjang lebar.
"Boleh kak boleh, silahkan masuk!" kata Alex dengan senyum mengembang.
Alex membukakan pintu untuk Elena. Elena yang memang sudah tidak bisa lagi menahan rasa ingin buang airnya segera melangkah masuk, Elena tiba-tiba tertegun saat matanya tanpa sengaja bertatapan dengan sosok pria yang sudah tak asing baginya.
"kamar mandinya disini kak," Kata Alex menyadarkan Elena.
Elena bergegas berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh Alex dengan cepat karena memang ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Tak lupa ia memberikan beberapa buah dan roti yang sebelumnya ia bawa.
"Bro, asik nih tetanggan sama model terkenal," bisik Alex sambil terkekeh.
"Itu model? Model apaan?" bisik Julian penasaran.
"Aish.. Payah emang kalo punya temen kudet gini," ejek Alex.
Elena keluar dari kamar mandi, ia pun dengan segera berpamitan dan tak lupa berterima kasih karena sudah mengizinkannya menggunakan kamar mandi.
"Udah selesai Kak, Makasih ya," ujar Elena tampak kikuk.
"Oh udah selesai, iya mbak sama-sam. duduk dulu ayo kita juga lagi ngobrol," ajak Alex sambil berdiri dari duduknya.
"Maaf kak, Kebetulan saya lagi tunggu teknisi yang mau perbaiki kamar mandi saya." tolak Elena sungkan.
Alex dan Julian berjalan ke arah pintu untuk mengantar Elena, Alex dengan lincahnya segera mengenalkan dirinya dan tentu Julian sebagai tuan rumah dan tetangga yang baik nantinya.
"Kalau ada apa-apa hubungi Julian aja mbak, dia emang rada pemalu tapi baik kok," canda Alex sambil menyikut Julian yang sejak tadi diam saja.
"Pemalu?" Elena tertawa kecil saat mendengar Alex mengatakan Julian pemalu.
Elena pun berpamitan dan segera bergegas pulang saat menyadari sudah ada 2 teknisi yang berdiri di depan apartemennya.
...🍀🍀🍀...
Julian menatap langit-langit kamarnya dalam keheningan. Alex tidak jadi menginap karena besok pagi ia harus sudah berangkat lagi ke Australia.
Julian teringat topik yang dia bahas dengan Alex tadi, sebetulnya dulu setelah lulus kuliah Ayah Alex menawarkannya untuk melanjutkan kuliah bersama Alex.
Masalah biaya tentu akan sepenuhnya ditanggung oleh beliau. Namun, satu sisi Julian ingin bekerja agar dapat segera menstabilkan ekonominya.
Julian juga takut akan perasaan hutang budi karena telah dibiayai.
Sekarang Julian sudah memiliki cukup uang untuk itu, ia akan mengumpulkan lagi lebih banyak uang sebagai bekalnya kedepan.
[Nama : Julian Ferdinand]
[Usia : 22 tahun]
[Pekerjaan : Karyawan]
[Level Privilege : 22 ]
[Soft Skill : 90/100]
[Hard Skill : 50/100]
[Stamina : 20%]
[Poin : 10550]
[Saldo Rekening : 880.000.000]
Julian memang terbiasa hidup hemat, ia memandangi data dirinya di hologram yang terpampang di hadapannya.
[Apa sudah cukup melamunnya tuan?]
"Oh.. Ada apa?" ucap Julian terkejut mendapati si Rabbit yang ternyata sedari tadi memandangnya.
[Selamat atas pencapaian level barunya]
[Setelah ini, tentunya tuan akan mendapatkan tugas-tugas baru yang lebih ekstrim]
"Tugas apa itu? Tugas yang sebelumnya saja sudah membuatku ketar-ketir," lirih Julian sambil mengacak rambutnya asal.
[Tugas ini akan keluar sesekali saja, kami akan mencarikan target khusus sesuai dengan kriteria tuan. Jangan sungkan]
"Sungkan?" Julian tertawa mendengar pernyataan si rabbit.
[Usia tuan sebentar lagi menginjak 23 tahun, akan sayang sekali jika sejauh ini si Joni hanya digunakan untuk pipis]
[Tugas ini juga sekaligus akan membantu tuan dalam mencari jodoh]
[Tuan hanya perlu melatih Joni agar menjadi lebih tangkas. Karena ini target khusus kami pastikan bukan sembarang orang yang menjadi target]
Julian ternganga, apakah ini berarti ia akan kehilangan kesuciannya. Bukankah itu adalah hal yang tidak baik, seharusnya system ini membantunya menjaga kesucian diri.
[Tuan terlalu polos atau mungkin terlalu kolot, hal seperti ini sudah sangat biasa di dunia ini]
"Apa apaan!" Julian Jengkel mendengar ejekan si Rabbit.
[Kami pastikan tuan akan terhindar dari penyakit, jadi jangan takut.]
[Hadiah yang kami tawarkan pun tidak sembarangan, jadi pastikan tuan menjalankan tugas ini dengan baik]
"Baiklah, kapan tugas itu akan keluar," ujar Julian sedikit antusias.
[Silahkan tukar soft skill terakhir dan tugas akan segera rilis]
[Skill ini akan membuat kami merasa sedikit aman, setidaknya sebelum tuan memulai tugas baru ini]
Julian mengangguk setuju dan rabbit pun segera berpamitan.
[Soft Skill]
[5000 poin. Kemampuan di atas ranjang]
[4000 poin. Kemampuan memikat lawan jenis]
[7000 poin. Kemampuan membuat lawan kewalahan]
"Skill apa pula ini," kata Julian memandang aneh skill yang ada di hadapannya.
Julian selama ini tidak pernah melirik skill ini sama sekali. Selain karena dia menganggap skill ini sangat tidak berguna untuk pekerjaanya skill ini juga sedikit melukai harga dirinya.
"Apa si rabbit pikir aku tidak ahli di ranjang," Julian sedikit jengkel
[Tuan belum pernah menggunakan si Joni, jadi bagaimana kami tau hahaha]
Julian terkejut mendengar suara si rabbit yang tiba-tiba muncul bahkan dengan sengaja mengejeknya.
"Beri aku tugas baru, poinku belum cukup untuk menebus skill aneh ini," gerutu Julian sambil membuang muka.
Julian akan menebus skill aneh ini sekaligus saat poinnya sudah mencukupi nanti.
Di tengah keributan antara Julian dan rabbit yang masih terus berdebat terkait kegunaan si Joni. Seorang gadis di tempat yang berbeda, sedang tersenyum membayangkan ketidaksengajaan ini.
Sosok yang memang sedang ia cari ternyata adalah tetangga barunya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
the Amay one
👍🏿👍🏿👍🏿
2023-09-09
2
the Amay one
jangan hanya untuk ngocok juga
2023-09-09
3
DAVIT👁️👄👁️🥦
masuk akal👍
akal tikus tapi bukan akalku
2023-09-03
5