Tamu

Audrey duduk di atas ranjang pasien yang sudah 2 hari menjadi tempatnya berbaring. Hatinya tak tenang saat melirik ke arah sang ayah yang berwajah masam.

"Ayah, maafkan aku," lirih Audrey memeluk sang ayah.

"Aku tidak akan melakukannya lagi, sungguh!" Audrey mengangkat jari kelingkingnya memberi isyarat bahwa ia berjanji.

Ayahnya hanya diam, sang ayah hampir saja menghubungi polisi. Bagaimana tidak, anaknya yang sedang sakit tiba-tiba hilang entah kemana. 

"Apa anak itu tadi melakukan sesuatu padamu?" tanya Edy datar.

"Dia memberiku khutbah malam hari, beruntung aku bertemu denganya ayah. Dia orang baik," jelas Audrey sambil tersenyum.

"Tidurlah, atau ayah akan betul-betul marah!" perintah Edy masih dengan wajah datarnya.

Audrey berjalan kembali ke arah ranjangnya dengan wajah masam. Sang ibu hanya tertawa melihat tingkah ayah dan anak itu.

Audrey adalah anak semata wayang dari mantan walikota, Bapak Edy Gunawan. Sejak kecil Audrey memang memiliki jantung yang lemah, saat ini ia bahkan sedang menunggu donor jantung dari pasien lain. 

Tumbuh dari keluarga yang over protektif membuat Audrey kadang jenuh, ia sangat paham bahwa orang tuanya tentu mengkhawatirkannya. Namun, rasa ingin tahunya kadang lebih besar. 

Gadis itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang kehormatannya sebagai pasien. Sang ibu merapikan selimutnya dan mencium kening Audrey.

"Jangan lagi ya. Sekarang waktunya istirahat," bisik sang ibu lembut.

...🍀🍀🍀...

Minggu pagi Julian masih asik berpelukan dengan guling kesayangannya, ia menatap cahaya matahari yang sedari tadi mengintip dari sela gorden kamarnya.

Julian melirik ke arah jam dinding, masih pukul 06.40 pagi. Setelah mengumpulkan segenap kekuatannya, ia memutuskan untuk mandi agar tubuhnya terasa segar.

Setelah mandi Julian membuka laptop jadulnya, berencana untuk melakukan reset terkait laporan final yang ditugaskan oleh atasannya.

Julian tampak antusias dengan tugas yang sedang ia kerjakan. Sejak awal ketertarikan Julian terhadap bidang yang digelutinya sekarang sangat besar hal inilah yang membuatnya senang meskipun kadang lingkungan kantor membuatnya sedikit tidak nyaman.

Tak terasa hari mulai sore, Julian teringat akan pesan Audrey untuk datang menjenguknya hari ini. Julian merasa sedikit sungkan karena ternyata orang tua gadis itu termasuk orang penting.

"Rabbit," panggil Julian sambil menjentikkan jarinya 2 kali.

[Ada apa tuan, apa kau merindukanku?]

"Hahaha, iya.. Aku ingin bertanya terkait tugas khusus" jelas Julian antusias.

[Tugas khusus harus selesai kalau tidak tuan akan kehilangan semua skill yang sudah dikumpulkan]

Julian menggaruk kepalanya, ia lupa jika sebelumnya ia pernah bertanya terkait ini pada si rabbit, dan tanpa ia bertanya pun si rabbit ternyata tau apa yang sedang ia pikirkan.

"Apakah ada skill yang mungkin bisa membuat orang tertarik padaku? Begini, dengan kata lain jika orang itu melihatku dia menyukaiku dalam arti luas," tanya Julian, ia sedikit kesulitan menjelaskannya.

[Ada, khusus soft skill saat anda sudah melampaui level tertentu dan semua soft skill telah terpenuhi anda akan memperoleh skill yang serupa dengan yang tuan maksud]

Akhirnya dengan berat hati, demi menyelesaikan tugas khusus target ke 3 Julian pun memutuskan untuk pergi menjenguk Audrey, meskipun di dalam hati Julian terus berdoa semoga ayah si gadis itu sedang tidak ada 

"Tok.. Tok.. Tok." Julian mengetuk, sebelum ia membuka gagang pintu tempat Audrey dirawat.

Doa Julian terkabul, hanya ada Audrey dan ibunya.

"Selamat sore bu, Saya Julian yang semalem ketemu Audrey di luar," jelas Julian memperkenalkan diri.

"Oh iya, panggil tante aja biar lebih santai," jawab ibu Audrey tersenyum.

Audrey yang sedari tadi memperhatikan tak henti-hentinya tertawa geli melihat tingkah Julian yang tampak sangat kaku.

Mereka menghabiskan sore dengan bercerita-cerita dan sesekali ibu Audrey menanyakan perihal latar belakang Julian.

Julian tanpa malu-malu menceritakan kisah hidupnya, ia menceritakan mengenai dirinya yang kini hidup sebatang kara, bahkan dengan bengganya ia juga bercerita tentang sang nenek yang sangat berjasa bagi hidupnya.

Tak terasa waktu berlalu, Julian pun hendak berpamitan karena waktu kunjungan pasien sebentar lagi habis. 

Julian yang saat itu hendak berpamitan dengan ibu Audrey dikejutkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka, ayah Audrey pun masuk.

Sebelumnya Julian yang tampak santai kini berubah menjadi Julian yang canggung dan kaku. Julian tak mengerti ada apa dengan dirinya, saat bertatapan dengan ayah Audrey jantung Julian seakan berdetak kencang.

Julian dengan langkah cepat segera berpamitan dengan semua orang termasuk ayah Audrey. 

Namun, Julian yang biasanya memang selalu menyalami tangan orang yang lebih tua dengan cara dicium, tanpa sadar ia menyalami Audrey, padahal justru ia yang lebih tua. 

Tingkah Julian pun membuat seisi ruangan tertawa, Julian dengan wajah malu-malu keluar dari ruangan Audrey sambil mengacak rambutnya Asal. 

[Selamat tuan, anda berhasil menyelesaikan tugas khusus]

[Anda menerima 2500 poin dan uang tunai sebesar dua ratus juta yang langsung masuk ke rekening anda]

[Sebagai bonus anda menerima uang lima puluh lima juta karena telah menyelesaikan misi kurang dari waktu yang ditentukan]

Julian tersenyum senang, malu yang ia rasakan sebelumnya kini telah berubah menjadi tawa bahagia karena telah menyelesaikan misinya.

...🍀🍀🍀...

"Totalnya 423.000 kak," ujar sang kurir.

"Kembaliannya ambil aja kak," kata Julian sambil tersenyum dan mengambil pizza pesanannya.

Alex akan tiba sebentar lagi, Julian pun berinisiatif menjamu tamu pertamanya itu dengan baik.

Saat menuju ke kamar, Julian tak sengaja berpapasan dengan beberapa kurir pindahan yang ternyata mengantarkan barang ke apartemen yang berada tepat di sebelah apartemennya.

"Ada tetangga baru," batin Julian sambil memasuki apartemennya.

Julian menatap 2 box pizza 1 cola dan beberapa snack yang ada di depannya. Dulu makanan ini adalah makanan langka yang mungkin setahun sekali belum tentu ia bisa memakannya.

"enak!" Julian menikmati tiap gigitan pizza yang masuk ke mulutnya.

"Ting.. Tong." suara bel apartemen Julian berbunyi.

"Silahkan masuk tuan muda," canda Julian saat menatap Alex yang berada tepat di depan pintunya.

"Bro, berapa gaji?" lirih Alex sambil menatap ke sekeliling apartemen Julian.

Julian hanya terkekeh geli, ia paham betul pasti sahabatnya itu terkejut melihat tempat tinggalnya sekarang. 

Julian yang semula hanya tinggal di kost berukuran 3 kali 4 meter, itu pun dengan kerja serabutan yang tak terhitung banyaknya. Namun, kini Julian bisa tinggal di apartemen yang bisa dibilang cukup mewah.

Julian dan Alex menghabiskan waktu dengan membahas banyak hal mulai dari pekerjaan Julian, proyek yang saat ini ia kerjakan sampai kendala perkuliahan yang dialami Alex.

"Malem ini gue nginep sini aja lah ya," rengek Alex sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Anggap rumah sendiri, jangan sungkan ya nak," jawab Julian sambil tertawa. Ia teringat saat dulu ia sering menginap di rumah Alex dan orang tua Alex selalu berkata begitu.

"Ting.. Tong." bel apartemen Julian kembali berbunyi.

Mereka berdua berpandangan, Julian tidak pernah sama sekali menerima tamu bahkan hanya Alex yang tau alamatnya sejauh ini. 

Alex dengan cepat berlari ke arah pintu karena penasaran, ia membuka pintu dan terpaku.

"Boleh kak boleh, silahkan masuk!" kata Alex dengan senyum mengembang.

Julian yang sama penasarannya memutuskan untuk menyusul ke arah pintu. Seketika Julian mematung saat ia menyadari siapa yang saat itu berbicara dengan Alex.

"Elena!" Julian terpaku menatap sosok perempuan dari balik pintu yang baru saja masuk ke rumahnya.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

the Amay one

the Amay one

👍🏿👍🏿👍🏿

2023-09-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!