15. Elena

Elena terbangun dari tidurnya, ia masih merasa sangat pusing. Cukup lama sampai Elena benar-benar tersadar, ia pun duduk dan memandang ke sekeliling ruangan.

"Dimana ini?" Elena yang baru tersadar segera memeriksa pakaiannya.

Pakaian yang ia kenakan masih lengkap, barang-barangnya tidak ada yang hilang. Elena akhirnya merebahkan tubuhnya kembali, ia mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.

...🍀🍀🍀...

Julian membalikan tubuhnya ke arah sumber suara, Elena. Ternyata gadis itu telah berdiri di belakangnya dengan tatapan yang aneh.

"Bukankah seharusnya kau berterima kasih terlebih dahulu!" ucap Julian datar.

"Beri aku nomor rekening milikmu! Aku akan membayarmu 3 kali lipat, oh tidak 5 kali lipat sekaligus biaya karena sudah menggendongku," ledeknya sambil duduk di samping Julian.

Julian mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu, ia menatap gadis itu tajam. Jarak mereka yang sangat dekat membuat mereka dapat merasakan nafas satu sama lain.

Elena sedikit takut, Julian menatapnya tajam seolah akan menelannya hidup-hidup. Julian sempat mengakui bahwa gadis di depannya ini cukup cantik. Namun, sikap gafis ini yang tampak sangat arogan membuat Julian menyesal telah sempat memujinya.

Julian segera bangun dan melangkahkan kakinya meninggalkan Elena yang masih duduk terpaku.

"Harusnya aku lakukan saja semalam, kalau ternyata begini jadinya," batin Julian.

Elena segera mengejar Julian, ia tak mengira respon laki-laki itu akan seperti ini. Elena berjalan cepat agar tidak kehilangan sosok Julian yang telah berjalan lebih dahulu.

"Kenapa kau marah? Apa kau mau mencobanya sekarang? Kemarilah!" kekeh Elena sambil tertawa seolah mengejek.

Entah mengapa Julian benar-benar tersulit emosi kali ini, ia menghentikan jalannya dan berbalik ke arah gadis itu. Elena dengan santai melipatkan kedua tangannya seolah-olah menantang Julian.

Julian dengan segera menarik Elena ke sudut area parkir, kondisi parkiran yang sangat sepi memudahkan Julian untuk melancarkan aksinya.

Tubuh Elena membentur dinding dengan sedikit keras, Julian dengan kasar mencium Elena yang saat itu tengah terkejut dengan aksi yang tiba-tiba itu. 

Elena mencoba mendorong Julian, Julian yang tengah tersulut emosi terus saja melanjutkan aksinya. Julian menarik paksa blus putih yang dikenakan Elena sampai 2 kancing atasnya terlepas. 

"Bukankah kau yang menawarkan diri?" bisik Julian nakal dan menurunkan ciumannya ke dada gadis itu.

"Tugas Selesai," batin Julian merasa menang.

Julian menghentikan aksinya, menatap wajah cantik Elena yang ketakutan membuat Julian merasa bersalah.

"Sebelumnya kau hanya perlu berterima kasih, tetapi karena terlalu sombong dan banyak bicara sekarang aku yang akan berterima kasih!" ujar Julian dengan nafasnya yang masih memburu dan tatapan yang tepat ke mata Elena.

"Terima kasih!" bisik Julian kemudian berbalik meninggalkan Elena.

Julian melajukan motornya dengan penuh amarah dan sedikit rasa penyesalan. Apakah yang ia lakukan berlebihan, tapi gadis itu yang terus menyulit emosinya. 

Seperti biasa, Julian segera membersihkan diri begitu tiba di apartemennya. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk dan nyaman setelah seharian berkelana.

[Selamat tuan, anda berhasil menyelesaikan tugas khusus]

[Anda menerima 2000 poin dan uang tunai sebesar seratus lima puluh juta yang langsung masuk ke rekening anda]

[Sebagai bonus anda menerima uang lima puluh juta karena telah menyelesaikan misi kurang dari waktu yang ditentukan].

Julian menatap hologram yang ada di depannya, ia sedikit merasa bersalah dengan apa yang telah diperbuatnya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. 

[PROFIL TARGET]

[Nama : Elena Morris]

[Usia : 25 tahun]

[Level Privilege : 21]

[Tinggi/Berat Badan : 170/52]

[Status : Single ]

[Lokasi saat ini: The Mars Hotel]

Julian memeriksa kembali profil dari gadis yang menjadi target keduanya itu. Level privilege yang dimiliki gadis itu 21, cukup tinggi. Bahkan lebih tinggi dari dari Malik dan Michelle.

"Semoga kami tidak akan pernah bertemu lagi!" batin Julian.

[Nama : Julian Ferdinand]

[Usia : 22 tahun]

[Pekerjaan : Karyawan]

[Level Privilege : 18 ]

[Soft Skill : 80/100]

[Hard Skill : 40/100]

[Stamina : 30%]

[Poin : 6350]

[Saldo Rekening : 550.000.000]

Poin yang telah dikumpulkan oleh Julian cukup banyak, ia pun berniat menukarkannya dengan beberapa hard skill untuk meningkatkan kemampuanya.

"Rabbit," panggil Julian.

[Halo tuan, ada yang bisa saya bantu?]

"Apakah hard skill yang bisa aku beli hanya ini?" tanya Julian antusias.

[Untuk sementara hanya ini tuan, Jika tuan sudah menguasai semua maka tuan akan diberikan uang tunai yang lebih besar]

"Kenapa seperti itu?" Julian sedikit bingung.

[Pendidikan langsung di bangku kuliah lebih di sarankan, sehingga sistem akan mengalihkan poin menjadi uang tunai sebagai sarana penunjang. Selain itu interaksi sosial juga merupakan bagian dari privilege]

"Baiklah, terima kasih!" ujar Julian paham.

Setelah dipikir, memang benar. Interaksi sosial juga merupakan privilege. Bersama siapa kita bergaul dan berinteraksi akan menentukan ruang lingkup pertemanan dan topik pembicaraan tentunya.

Besok adalah hari sabtu, ia akan libur dengan tenang besok. Setelah memilah beberapa skill yang dirasa Julian akan ia butuhkan kedepanya, ia pun memutuskan memeluk guling kesayangannya dan pergi tidur.

Julian teringat sesuatu, ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas dan mencoba menghubungi Alex. 

Julian melirik jam dinding, pukul 01.40 dini hari. Alex mungkin masih terlalu sibuk dengan dunia malamnya, Julian pun memutuskan untuk segera tidur.

...🍀🍀🍀...

Smentara itu, di sebuah lokasi yang berbeda. Elena terbaring di ranjang yang sama dengan ranjang tadi pagi . Kejadian barusan benar-benar membuatnya syok, jantungnya bahkan masih berdebar hebat mengingat kejadian itu.

Pria itu terlihat lebih muda darinya, awalnya Elena hanya ingin mengerjainya tapi ternyata justru ia yang dikerjai.

Ini adalah hari ketiganya tidak pulang kerumah, tetapi tidak ada yang mencarinya. Elena merindukan ayahnya, kenapa ayahnya pergi lebih cepat. 

Elena merasa sangat lelah meladeni obsesi ibunya, ibunya terlalu terobsesi dengan pandangan orang-orang dan ia merasa sangat terkekang.

"Aku akan mencari tempat tinggal dan mulai hidup sendiri!" tegas Elena memberi semangat pada dirinya.

Elena melirik sebuah jaket yang berada di sudut ranjang. Ia tersenyum.

"Adik kecil, aku pastikan kita akan bertemu lagi nanti!" bisik Elena sambil memejamkan matanya.

Bersambung..

Terpopuler

Comments

Sak. Lim

Sak. Lim

lebaaaay

2023-09-19

0

the Amay one

the Amay one

one san

2023-09-09

2

the Amay one

the Amay one

👍🏿👍🏿

2023-09-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!