Julian yang kala itu sedang berusaha mendaratkan bibirnya di punggung Michelle terkejut mendengar perkataan sang gadis.
Bagaimana bisa gadis ini marah setelah diselamatkan dari kematian, Julian melepaskan pelukannya dan menatap gadis itu dalam.
"Apa kau pikir penderitaanmu akan berakhir kalau kau bunuh diri?" ketus Julian.
Ponsel Julian berbunyi, dengan segera ia mengangkat telepon yang ternyata dari dealer tempat ia mengambil motor. Mereka mengabarkan bahwa motornya telah diantarkan ke apartemen.
Setelah menerima telepon Julian duduk di samping ranjang Michelle, gadis itu terlihat kosong dan memandang keluar. Julian yang merasa lapar segera memesan makanan melalui aplikasi pesan antar, ia merasa sedikit ragu meninggalkan gadis ini.
"Michelle," Panggil Julian.
Michelle menatap Julian kesal, Julian pun memberanikan diri untuk mendekat sambil tersenyum ramah.
"Ayo kita bermain game, kamu hanya perlu mengikuti instruksi dariku!" ucap Julian sedikit kikuk.
Michelle tampak malas, tetapi ia tetap mengikuti instruksi Julian. Julian mulai menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri beberapa kali diikuti oleh pandangan Michelle yang terfokus pada tangan itu.
Julian mulai melontarkan kalimat-kalimat positif untuk mensugesti Michelle, ia berharap Michelle tidak lagi memikirkan cara untuk mengakhiri hidupnya.
"Lupakan semua yang kelam, jadi pribadi yang lebih ceria karena hal-hal baik akan selalu mengelilingimu!" Julian menjentikkan jarinya diikuti oleh senyum manis Michelle yang terlukis di bibirnya.
Makanan pesanannya pun tiba, mereka makan dengan lahap sambil bertukar cerita. Julian memandangi Michelle yang tampak sedikit berbeda dengan gadis yang ia lihat semalam, lebih ceria.
...🍀🍀🍀...
Julian telah memindahkan beberapa barangnya ke apartemen. Ternyata hanya dua dus berukuran sedang dan satu ransel, sisanya seperti rice cooker, kipas angin dan beberapa barang lain ia tinggalkan di kos lamanya.
Sebelumnya ia juga sudah berpamitan dengan Pak Beni pemilik minimarket tempat ia dulu bekerja. Libur yang tidak disengaja ini, ia sempatkan untuk mengambil beberapa barangnya yang memang tak banyak.
Julian membuka kulkas, ia tersenyum memandangi kulkasnya yang telah terisi penuh. Ini merupakan impiannya sejak kecil, memiliki kulkas yang terisi penuh seperti yang ada di televisi dan majalah-majalah yang sering ia lihat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Julian penasaran bagaimana keadaan Michelle. Julian pun memutuskan untuk menjenguk gadis itu ke rumah sakit, ia ingin memastikan bahwa hipnotisnya benar-benar berpengaruh atau tidak.
Sesampainya di rumah sakit Julian terkejut karena saat memasuki ruangan tempat Michelle dirawat ternyata telah digantikan oleh orang lain. Julian tidak punya nomor ponsel Michelle, ia mencoba menghubungi Bu Susi atasannya yang merupakan kakak gadis itu.
Ternyata Michelle memaksa untuk pulang dan berarti sekarang ia sudah di apartemennya. Julian dengan segera memeriksa ke apartemen tempat gadis itu tinggal.
"Hai, ayo masuk," sapa Michelle menatap Julian yang berdiri di depan pintu apartemennya.
Julian mengekor dari belakang, ia menatap aneh pada Michelle. Mereka baru saja bertemu, bahkan belum 24 jam, tetapi entah kenapa Julian merasa sangat kasihan dengan kondisi gadis ini.
"Tadi aku ke rumah sakit, tapi kamu sudah pulang," jelas Julian sambil memberikan kantong buah yang ia bawa sejak tadi.
"Aku tidak bisa membayangkan berlama-lama dengannya dalam satu ruangan. Lebih baik aku beristirahat disini," jawab Michelle.
Julian sedikit penasaran dengan hubungan kedua adik kakak ini tetapi ia mengurungkan niatnya, karena memang itu bukan ranahnya.
"Beri aku nomor ponselmu, hubungi aku saat kamu butuh sesuatu ya adik kecil," canda Julian sambil merebut ponsel Michelle.
Hari sudah mulai malam, Julian pun berpamitan untuk pulang. Sedikit banyak, Julian agak ragu meninggalkan gadis ini. Namun, tampaknya kondisinya memang sudah lebih baik dari sebelumya.
Julian membaringkan tubuhnya di kasur barunya, ternyata begini rasanya memiliki tempat yang nyaman. Julian mengeluarkan ponselnya dan memeriksa si rabbit, aplikasi aneh yang telah mengubah hidupnya beberapa hari terakhir.
[Selamat tuan, anda berhasil menyelesaikan tugas acak]
[Anda berhasil melakukan skinship dengan lawan jenis dan menerima 1000 poin serta uang tunai sebesar tiga puluh juta yang langsung masuk ke rekening anda]
[Anda berhasil meningkatkan ketertarikan target, Michelle dan menerima 1000 poin serta uang tunai sebesar empat puluh lima juta yang langsung masuk ke rekening anda]
[Sebagai bonus anda menerima uang lima puluh juta karena telah menyelesaikan misi acak]
Julian akhirnya paham bahwa tugas dari misi ini tidak selalu keluar. Tugas harian hanya keluar saat ada kesempatan, tugas acak hanya sesekali dan tanpa pemberitahuan kemudian tugas khusus yang mencengangkan.
[Nama : Julian Ferdinand]
[Usia : 22 tahun]
[Pekerjaan : Karyawan]
[Level Privilege : 11 ]
[Soft Skill : 80/100]
[Hard Skill : 40/100]
[Stamina : 50%]
[Poin : 2350]
[Saldo Rekening : 205.000.000]
Julian penasaran bagaimana aplikasi ini menentukan level privilege, walaupun skillnya sudah meningkat drastis tetapi levelnya bahkan hampir tidak bergerak.
Saat Julian yang kala itu sedang sibuk memeriksa aplikasinya tiba-tiba ia dikejutkan dengan pesan dan missed call dari Michelle.
[Bisa bantu aku? Nial datang, dan aku sedikit takut]
Julian langsung bergegas bangkit begitu membaca pesan dari Michelle. Ia beberapa kali mencoba menelpon, tetapi Michelle sudah tidak mengangatnya.
Bukankah seharusnya laki-laki itu sudah ditahan, bagaimana ia bisa dia berkeliaran bahkan berani mendatangi Michelle.
Dengan terengah-engah Julian sampai di pos security yang ada di gedung apartemen Michelle. Nafasnya yang memburu membuat para security tidak paham dengan apa yang dikatakan Julian.
"Teman saya yang kemarin diserang, laki-laki itu datang lagi. Ini hanya untuk memastikan, tolong dampingi saya memeriksa ke atas," jelas Julian mencoba menjabarkan.
Akhirnya Julian didampingi oleh satu security menuju ke kamar Michelle. Setelah beberapa kali bel ditekan, tidak ada jawaban dari dalam.
Julian dengan sengaja menutup door viewer untuk mengecoh orang di dalam. Jika memang Michelle baik-baik saja tentu ia akan langsung membuka pintu ini pikir Julian.
Satpam menyarankan untuk membuka pintu apartemen Michelle dengan kunci lain yang dimiliki pihak apartemen. Namun, itu memiliki prosedur yang panjang.
Julian yang sudah tidak tahan, berusaha sekuat tenaga untuk mendobrak pintu itu. Beberapa kali ia mencoba mendobrak sampai akhirnya pintu itu terbuka.
Benar saja, emosi Julian memuncak manakala saat pintu terbuka ia mendapati Nial sedang mencoba melecehkan Michelle.
Michelle dengan mata sayu tampak tak sadarkan diri terbaring di atas sofa dengan hanya mengenakan bra. Nial yang saat itu berada di atas Michelle tampak terkejut saat tiba-tiba pintu itu terbuka.
Dengan amarah menggebu-gebu dan emosi tak terkendali, Julian berlari dan menghadiahi Nial beberapa pukulan di wajahnya. Security yang saat itu ada di sana segera melerai Julian dan mengamankan Nial.
Julian yang tersadar dengan segera membuka kemejanya untuk menutupi tubuh Michelle yang terekspos.
"TOLONG JANGAN BIARKAN SI BRENGSEK INI BERKELIARAN LAGI DI SINI!" bentak Julian penuh amarah.
Bersabung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
the Amay one
👍🏿👍🏿
2023-09-09
1
Aster
semangat author ditunggu kelanjutannya
2023-08-27
3
Razali Azli
kasihan si gadis
2023-08-27
3