...༻◊༺...
Arga dan Agni menjadi pasangan yang pulang lebih dulu. Kini keduanya sedang berada di mobil.
Sambil mengemudi, Arga memikirkan Laras. Dia tidak tahu kenapa perempuan itu terus memenuhi pikirannya. Arga bahkan merasa berat hati saat berpisah dari Laras.
'Apa yang kau pikirkan, Arga? Sukma hanyalah orang asing. Terlebih dia terlihat bahagia sekali dengan suaminya yang kaya raya itu,' batin Arga.
Di sebelahnya, sejak tadi Agni bicara. Namun tidak ada satu pun ucapannya yang didengarkan oleh Arga.
"Mas! Mas Arga!" panggil Agni.
"I-iya?" Arga akhirnya sadar dari lamunan.
"Kau mikirin apa sih? Kan aku tadi bilang singgah sebentar di warung makan ayam! Sekarang sudah kelewatan tempatnya," keluh Agni.
"Ah, benar. Maaf! Aku akan putar balik." Arga segera membelokkan mobilnya dan berhenti di warung ayam yang di inginkan Agni.
"Kau aneh sekali sejak di acara pernikahan tadi. Jangan bilang ini karena Hery?" selidik Agni sembari melipat tangan ke depan dada. Dia baru saja kembali ke mobil setelah membeli ayam goreng.
Arga terkekeh. Dia lega Agni sama sekali tak mencurigainya dengan Laras.
"Iya. Kau terlihat akrab sekali dengannya," kilah Arga. Dia bersikap seolah-olah cemburu akan hubungan Agni dan Hery.
"Ayolah, Mas. Sejak kapan kau cemburu dengan klienku? Baru kali ini kau begini. Apa ini efek dari kehamilanku?" Agni menatap Arga dengan sudut matanya.
"Mungkin. Aku harap kau bisa secepatnya menyelesaikan kasus milik Hery. Aku tak mau kita bertemu dengannya lagi." Arga berbicara dengan ekspresi serius. Tetapi dia memang benar-benar tidak mau mengulang lagi pertemuannya dengan Laras seperti tadi.
Agni tergelak kecil. "Ah... Kau lucu sekali saat cemburu begini. Aku suka!" komentarnya seraya memeluk Arga dari arah samping.
"Aku jadi pengen main," tambah Agni berbisik.
Arga memegangi tangan Agni. "Nanti kita lakukan di rumah," tanggapnya. Mereka lantas berciuman bibir secara singkat.
Sementara itu, Laras juga dalam perjalanan pulang bersama Hery. Sama seperti Arga, dia juga terus memikirkan pertemuan tak terduga tadi. Jantung Laras berdegup kencang ketika mengingat perlakuan Arga menangani lukanya.
"Setelah mengantarmu aku akan langsung pergi. Kebetulan ada rapat mendesak," imbuh Hery.
Laras sontak tersadar. Dahinya berkerut samar. "Sekarang? Bahkan di hari minggu?" tanyanya.
"Maafkan aku, Sayang. Ini sudah kewajibanku." Hery menggenggam tangan Laras. Berharap istrinya mengerti.
"Aku tak bisa berbuat apa-apa. Berhati-hatilah." Laras tak bisa menghentikan kepergian Hery. Sungguh, dia selalu merasa kesepian saat ditinggal sendirian di rumah.
"Aku mencintaimu," ucap Hery seraya mengusap puncak kepala Laras. Ia menghentikan mobil saat sudah tiba di depan rumah.
Laras segera turun dari mobil. Membiarkan suaminya pergi lagi. Ia menghela nafas panjang. Lalu melangkah masuk ke rumah dengan malas.
"Bi! Tolong siapkan air hangat di bath up untukku!" Laras ingin menenangkan diri dengan berendam di air hangat.
"Baik, Nyonya!" sahut Bi Iyem.
"Oh iya. Kau tidak perlu menambahkan sabun. Tambahkan saja bunga," ujar Laras.
"Bu-bunga?" Pupil mata Bi Iyem membesar. Sebab Laras tidak pernah mandi dengan bunga sebelumnya.
"Iya, bunga. Kenapa?" tanggap Laras dengan dahi berkerut. "Aku akhir-akhir ini menyukai wewangian yang alami," tambahnya memberi alasan.
"Baiklah, Nyonya. Tapi bunga apa yang harus aku masukkan?" tanya Bi Iyem.
"Bunga apapun asalkan harum!" perintah Laras.
"Kalau begitu aku akan membelinya terlebih dahulu," kata Bi Iyem sembari beranjak.
"Tidak perlu repot-repot beli! Minta saja ke tetangga kita. Aku lihat dia memiliki bunga mawar!" kata Laras.
"Baik, Nyonya! Permisi..." tanggap Bi Iyem.
Laras tak hirau lagi. Ia merebahkan diri ke sofa dan memikirkan tentang Arga. Kegiatan intim yang pernah dilakukannya dengan lelaki itu juga tak luput dari ingatan.
"Sial!" Laras mencengkeram rambutnya. Sementara satu tangan dia yang lain menyentuh bagian alat vital. Gairahnya tiba-tiba muncul sendiri.
Akan tetapi Laras buru-buru menjauhkan tangan dari organ intim saat Bi Iyem datang. Wanita paruh baya itu masuk ke kamar mandi untuk menyiapkan bath up.
Laras berusaha bersikap normal, dia bisa berendam setelah Bi Iyem rampung menyiapkan semuanya. Kini Laras menyendiri di kamar mandi. Ia masuk ke bath up yang dipenuhi dengan bunga mawar.
Awalnya Laras mengenakan baju renang. Namun dia melepas pakaian tersebut karena gairahnya muncul lagi. Bahkan lebih kuat dibanding tadi.
Alhasil Laras memuaskan hasratnya sendirian. Entah kenapa dia semakin bergairah ketika mengingat malam panas bersama Arga kemarin.
Bersamaan dengan itu, awan di luar tampak menggelap. Selanjutnya hujan turun dengan deras.
Laras yang telah selesai memuaskan diri, melemas di dalam bath up. "Ini tak boleh terjadi," gumamnya yang merasa miris dengan diri sendiri.
"Aku harus melakukannya dengan Mas Hery agar bisa melupakan malam itu. Jika kali ini aku hamil, aku akan mengakhiri ritualnya," tambah Laras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Supriyanto Toto
makin seru
2025-01-15
0
fiendry🇵🇸
sepertinya perasaan mereka sdh mulai terikat kali ya
2023-10-04
2