Bagi Sarah Andreas bukan hanya sekedar sopir dan pengawal untuk dirinya, Andreas lebih dari itu. Saat Sarah merajuk, dia akan dengan sabar membujuk dan memujuk, saat Sarah marah dia akan selalu ada sebagai tempatnya meluapkan amarahnya. Bahkan saat pintanya sudah melewati batas normal, maka Andreas akan mudah sekali ia rayu dengan segudang janji-janjinya yang terbilang palsu dan lebih manis dari madu.
Sayangnya sang pengawal yang penyabar itu tidak bertahan lama menjadi sahabatnya, waktu telah memisahkan mereka untuk waktu yang terbilang cukup lama. Namun, hari ini saat dia menggemakan ungkapan hatinya, kenapa tiba-tiba suara itu ada dan membalas ungkapan rindunya?
Ah, Sarah ingin sekali bahwa semua ini bukanlah mimpi di siang hari. Dia berharap Pak Andre yang dinanti dan dirinduinya itu memang ada. Dan lihatlah kini betapa Sarah berkali-kali mengusap matanya, menepuki pipinya berkali-kali dan saat ia akan mencubit lengan Andreas, jari jemarinya itu telah lebih dulu digenggam oleh sang pengawal.
Andreas tersenyum manis menatap sang nona muda yang kini telah tumbuh menjadi sosok gadis yang cantik jelita. Biarpun begitu, ingatannya tentang wajah Sarah jelas tidak akan pernah hilang dari dalam benaknya. Hidung mancung, rambut emas dan mata birunya adalah hal yang sangat dirinduinya.
"Ini saya, Nona. Kevin Andreas," ucapnya dengan membawa Sarah untuk duduk kembali di kursinya. Sarah masih tak bergeming, sesungguhnya dia sangat bahagia dengan kenyataan hidup yang baru saja dialaminya. Angannya menjadi nyata, rindunya ternyata terbalas.
"Kenapa diam?" tanya Andreas dengan tak melepas pandangan matanya terhadap Sarah, ia usap perlahan bulir bening yang kini mengalir tanpa suara. Namun, ada gurat kesedihan yang teramat dalam yang ingin diucapkan oleh sang pemilik mata.
Sarah menggeleng membiarkan tangan kekar itu membawa tubuhnya hingga kini nyaman dalam dekapan sang pengawal. Andreas masih menempatkan diri sebagai pengawal bagi Sarah. Kendatipun rasa yang lain memang sudah bertahta di dalam hatinya.
"Pak Andre," ucap Sarah dengan pandangan mata lurus ke depan.
"Iya," jawab Andreas, lalu melepas pegangan tangannya pada bahu Sarah.
"Maaf, sudah lancang terhadap Nona," ucapnya dengan tersenyum kikuk. Dia masih menganggap Nona mudanya itu sebagai si kecil Sarah Adelio Parker yang akan berhenti menangis jika sudah ia berikan tepukan lembut di bahunya, pelukan sayang yang menenangkannya. Namun, itu dulu saat Sarah masih balita. Jika sekarang tentu saja agak berbeda rasanya. Kayak permen nano-nano ya? Iya, akan tetapi lebih dominan ke manisnya.
Sarah membenahi posisi duduknya, melihat Andreas lebih jelas dan lama.
"Kenapa nggak berubah?" tanyanya dengan senyum manis yang menghadirkan lekukan lesung pipinya.
Andreas sibuk memindahi penampilannya kini. Dari rambut, wajah, hingga jari jemari tangannya.
"Nona tidak ingin melihat saya seperti ini?" tanyanya bingung.
Sarah menggeleng, lalu meraih tangan kekar Andreas. "Bapak terlihat lebih tampan dan seksi sekarang," ucapnya tanpa rasa canggung memuji lawan jenisnya itu. Sementara yang dipuji? Duh, tolong dong jangan berlebihan dalam memuji penampilannya. Kalau nggak kuat iman, imin dan imun, bisa tumbang kena gejala stroke ringan, nggak bisa mingkem nih!
"Nona terlalu berlebihan dalam menilai penampilan saya."
"Istrinya mana, Pak? Kok sendirian?" tanya Sarah dengan ujung matanya yang menukik mencari jawab atas tanyanya.
Andreas tersenyum, lalu menggeleng pelan.
"Nggak ikut?" tanya Sarah lagi.
"Saya bukan pria beristri Nona!" tegasnya, membuat Sarah cukup terkejut dengan pengakuannya itu.
"Bapak duda?" tanyanya lagi masih belum percaya dengan ucapan Andreas.
Andreas tertawa tanpa suara, bahunya bergetar karena tawa tertahannya itu.
"Kok ketawa, lucu ya?" tanya Sarah sedikit kesal. Kenapa tertawa? Apakah pertanyaannya termasuk dalam kategori stand up comedy?
"Saya masih seperti yang Nona temui dulu," jawab Andreas seraya menepuki punggung tangan Sarah pelan dan berulang.
"Bapak belum menikah? Masih bujangan?" Sarah bertanya dengan nada tak percaya. Namun, ada bahagia saat mengetahui jika tebakannya ternyata benar.
Andreas mengangguk mengiyakan.
"Nona tinggal di mana dan bersama siapa saat ini?"
"Aku tinggal bersama Paman Black Michael, Pak," jawabnya dengan raut wajah yang berubah sendu.
Andreas terdiam, ternyata benar dugaannya. Nona mudanya ini tinggal di dalam sarang harimau, yang sewaktu-waktu bisa saja menerkam dirinya. Ya, sarang harimau, karena dia tahu bahwa Mr. Black Michael tersebut adalah musuh Alan Aaron Parker.
"Sejak kapan Nona mengganti nama belakang Nona menjadi Michael?" tanya Andreas.
Sarah memiringkan tubuhnya, melihat lebih jelas wajah Andreas dengan pertanyaannya yang tiba-tiba itu.
"Pak Andre mengetahuinya?" ucapnya dengan mendekatkan wajahnya dan berbicara lebih pelan. Andreas mengangguk, hal yang membuat Sarah membelalakkan kedua bola matanya.
"Jangan tanya dari mana saya bisa mengetahui tentang hal itu. Sekarang katakan! Apakah Nona tahu dengan siapa Nona tinggal saat ini?" Andreas menggengam tangan Sarah.
"Selama berpuluh-puluh tahun aku tinggal di rumah itu, aku tidak pernah menyangka bahwa aku tinggal dalam sarang musuh ayahku, Pak," jawabnya dengan pandangan mata tertunduk.
"Sekarang, apa rencana yang akan Nona lakukan?"
"Aku masih berpura-pura dengan ketidaktahuanku saja, Pak. Banyak hal yang harus kuungkapkan. Dari kematian kedua orang tuaku yang aku yakini bahwa kecelakaan yang menimpa mereka memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Banyak hal yang kutemukan di rumah itu, Pak," jawabnya yang kini mendongak memandang Andreas.
"Apa saja kejanggalan yang Nona temukan di sana?"
"Nama ayahku selalu ada dalam daftar orang-orang yang aku yakin bahwa nama-nama itu adalah daftar orang yang akan menjadi target Paman Black selanjutnya."
"Berhenti memanggilnya Paman, Nona. Dia musuh kita!" ucap Andreas mengoreksi panggilan yang disematkan Sarah untuk Mr. Black.
"Iya, tapi tidak saat di depannya."
"Apakah dia menulis namamu juga?" tanya Andreas lagi.
Sarah mengangguk. Namun, sejurus kemudian dia tiba-tiba teringat sesuatu. Ada nama Andreas dalam daftar nama-nama itu.
"Kenapa?" tanya Andreas saat melihat keterkejutan di wajah Sarah.
"Ada nama Bapak juga di sana," tambahnya lagi. Hal yang membuat Andreas menarik ujung bibirnya lalu tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya pelan.
"Saya sudah menduganya, Nona. Black Michael pasti akan menyingkirkan orang-orang Alan Aaron Parker yang terbukti masih setia dan menolak untuk bergabung dengan dirinya. Saya adalah salah satunya."
"Hanya Anda, Pak!" ucap Sarah menegaskan bahwa tidak ada nama yang lain selain Andreas setelah namanya.
"Itu artinya hanya saya yang masih setia dengan keluarga Nona," jawabnya terlihat sedih. Sedih karena ternyata kesetiaan para orang kepercayaan Alan Aaron Parker bisa ditukar dengan uang dan kekuasaan.
"Aku bangga padamu, Pak. Terima kasih masih setia, padahal tidak ada satu hal pun yang bisa Bapak dapatkan dengan kesetiaan itu."
"Bahkan yang akan saya dapatkan melebihi dari uang dan kekuasaan, Nona," jawabnya membantah argumen sang nona.
"Melebihi uang dan juga kekuasaan? Apa?" tanyanya bertubi-tubi.
Andreas tersenyum menatap wajah anggun Sarah Adelio Parker. Tak ada jawaban yang tertuang dari bibirnya. Sarah terkejut saat Andreas meraih satu tangannya, lalu menciumnya lama.
"Ini adalah jawabnya."
Selamat membaca.
Goreng nasi nggak pakai minyak
Terima kasih banyak-banyak.
🌿🌿🌿🌿☘️☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
Ngakak 🤣
2023-10-11
0
〈⎳ HIATUS
Astaghfirullah istighfar Non
2023-10-11
1
〈⎳ HIATUS
buaya betina
2023-10-11
1