Julian Adam Parker, putra sulung dan satu-satunya keturunan dari Alexander Parker, adik dari mendiang Alan Parker.
Hidupnya selalu berpindah-pindah dari satu wanita kepada wanita yang lainnya. Sang Casanova, begitulah julukan yang melekat pada dirinya. Namun, dari banyaknya wanita yang menjadi teman kencannya tak ada satupun wanita yang ia kenalkan kepada sang ayah.
Pagi ini ia mendadak mengatakan jika ia tengah dalam usaha menaklukkan hati seseorang, dan yang membuat sang ayah kesusahan menelan salivanya sendiri adalah, orang tersebut adalah seorang perempuan.Perempuan yang terlarang untuk ia cintai apalagi untuk ia miliki. Ya, dia adalah Sarah Adelio Parker, yang tak lain adalah sepupunya sendiri.
"Perempuan? Kupu-kupu malam?" ucap Alexander Parker masih berjibaku dengan pikirannya.
Julian Parker menarik ujung bibirnya, memutar bola matanya malas sekali. Pertanyaan sang ayah sungguh telah meruntuhkan kharismanya sebagai seorang Parker.
"Ayah! Aku adalah seorang Parker. Bagaimana bisa Ayah merendahkan diriku serendah itu? Ayolah Ayah, uangku tak berseri jika ingin mendapatkan perawan yang masih ori . Kenapa harus kupu-kupu malam ?" protesnya kesal atas pertanyaan ayahnya itu.
Alexander Parker terkekeh mendengar gerutuan sang putra.
"Sorry, my son, Papa hanya sedang mengira- ngira, jika ternyata perkiraan Papa salah, tentu Papa sangatlah bahagia. Putraku belum kehilangan pesonanya," ucapnya menepuk pelan punggung tangan Julian.
"Siapa perempuan itu? Bolehkah Papa mengetahuinya?" tanya Alexander sedikit berbisik di telinga sang putra.
Julian mendongak memperhatikan raut wajah sang ayah yang terlihat sangat serius kali ini.
"Tentu saja, Pa."
"Kapan kamu akan mengajaknya untuk bertemu Papa, hmm?"
"Secepatnya!"
Alexander tersenyum bahagia mendengar penuturan putranya itu. Ia masih sangat disibukan dengan semua urusan Metrocorp yang kini sudah diambil alih olehnya.
*
*
Sarah sudah bersiap untuk pulang ke rumahnya, saat sebuah Rolls-Royce berwarna hitam metallic berhenti di depannya. Seseorang tampak turun dari dalam kendaraan tersebut, memutar langkah kakinya mendekati dirinya.
"Tuan Julian Parker," ucap Sarah pelan yang dijawab dengan senyum manis oleh orang yang disapanya.
"Apakah tawaranku pagi tadi, masih boleh kuusahakan?" ucapnya dengan mengambil posisi berdiri di depan Sarah.
Sarah melihat ke sekelilingnya, takut-takut ada orang yang melihat mereka saat ini.
"Kenapa Anda nekat sekali, Tuan? Anda membahayakan diri Anda sendiri." Sarah menjauhkan tubuhnya dari Julian.Namun, hal yang tak terduga yang kini terjadi. Julian Parker meraih satu tangannya, lalu ia bawa masuk ke dalam Rolls-Royce miliknya.
Sarah ingin sekali berteriak. Namun, tidak ada siapapun di sini. Dia sadar jika hal itu sampai ia lakukan, maka bukan hanya pria ini yang akan terkena dampaknya, melainkan dirinya juga pasti akan merasakan imbas dari tindakannya itu. Bahkan bisa jadi hal yang lebih buruk yang akan dialaminya. Dikeluarkan dari Metrocorp? Sungguh itu adalah hal yang sangat dihindarinya.
"Anda membuat saya bingung, Tuan. Kenapa?"
"Maaf, sudah membuatmu merasa tak nyaman. Aku hanya tengah menghindari kamera para pencari berita," jawabnya dengan kembali fokus pada kemudinya.
"Wartawan? Anda anti dengan awak media?"
"Jika bisa dihindari, maka lebih baik pergi."
Sarah mengangguk mengerti atas ketidaknyamanan Julian.
"Bisakah ikut denganku malam ini?" ucapnya memecah keheningan diantara keduanya.
"Saya?" tanya Sarah dengan menunjuk kepada dirinya sendiri.
"Tentu saja kamu. Apakah ada orang lain selain kita dalam kendaraan ini?" ucap Julian dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
"Untuk apa? Apa ada masalah pekerjaan yang harus diselesaikan?"
"Ya! Aku ingin kamu menjadi pengacara pribadiku. Karena aku mulai merasa tidak nyaman dengan semua pemberitaan di luar sana tentang ayahku dan perusahaan yang dipimpinnya saat ini."
"Metrocorp bukan perusahaan kecil, Tuan. Kenapa harus saya? Saya hanya bagian dari tim kuasa hukum di perusahaan Tuan."
"Kamu hanya bekerja untukku, bukan untuk Metrocorp," imbuhnya memberi penjelasan atas kebingungan Sarah.
"Hanya untuk Anda?"
"Betul!"
"Saya belum mengerti maksud Anda, Tuan Julian Parker."
"Aku akan menjelaskannya malam ini. Aku akan menjemputmu pukul 7 malam ini. Apa kau bersedia?"
Sarah terdiam. Semua ini begitu cepat untuk dirinya. Kenapa dia tiba-tiba langsung mengajak dirinya kencan malam nanti. Tak adakah mukadimah atau pembukaan terlebih dahulu, jangan ujug-ujug begini dong! Langsung ke ide pokoknya aja. Mi instan saja harus dimasak terlebih dahulu baru bisa dimakan. Lah, ini kok langsung hap saja.
"Kenapa diam? Orang tuamu tidak mengizinkan kamu pergi dengan seorang lelaki?" tanya Julian lagi.
Air mata Sarah akhirnya berderai lagi, saat Julian membahas tentang kedua orang tuanya yang sudah tiada. Sekuat dan setangguh apapun dirinya, namun jika sudah menyangkut mendiang orang tuanya, maka air mata adalah awal dan akhir dari ungkapan perasaannya. Julian yang menyadari perubahan sikap Sarah itu pun menghentikan laju kendaraannya. Ia kemudian menepi di bahu jalan.
"Kamu menangis? Apa aku sudah salah berucap?" ucapnya bingung dengan gerakan berniat menghapus air mata Sarah. Namun, Sarah menepisnya.
"Aku sudah tidak memiliki kedua orang tua," jawabnya dengan menyeka air mata menggunakan ibu jarinya.
Julian terkejut, ia memiringkan posisi duduknya menghadap Sarah yang kini melihat ke arah luar jendela.
"Maaf, sudah membuatmu bersedih. Aku sungguh tidak mengetahuinya."
"Tidak perlu meminta maaf. Hal yang wajar terjadi. Saya yang terlalu terbawa suasana."
"Dengan siapa dirimu tinggal saat ini?" ucap Julian coba mengulik sisi kecil tentang wanita yang kini memenuhi ruang di hatinya.
"Aku tinggal dan dibesarkan oleh Pamanku. Paman Black Michael."
*
*
*
Setelah Sarah masuk ke dalam pintu gerbang pagar rumahnya, Julian masih memperhatikan suasana tempat tinggal gadis itu.
"Sepertinya dia berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayah pasti sangat menyukai hal ini," monolognya sebelum meninggalkan kediaman Sarah.
Sarah masuk ke rumahnya dengan disambut sang paman yang memang tengah menunggu dirinya pulang sore ini.
"Siapa yang mengantarkanmu tadi, sayang?"
Sarah terkejut saat sang paman tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Teman di kantor, Paman. Kebetulan kita satu arah, jadi barengan deh," jawab Sarah. Namun, Mr. Black tidak mau percaya begitu saja. Ia selalu mengirim orang kepercayaannya untuk mengawasi Sarah setiap harinya. Dia tidak ingin Sarah mengetahui jika Metrocorp itu ternyata adalah perusahaan milik ayahnya, dan hal itu bisa menjadi penghancur rencananya untuk menjadikan Sarah sebagai jembatann mencapai keinginan jahatnya itu, menghancurkan Metrocorp.
"Kamu masih ingat dengan permintaan Paman, sayang?" ucapnya, lalu menemani Sarah yang kini duduk di sofa minimalisnya.
"Membalaskan dendam Paman terhadap Metrocorp? Tentu itu adalah tujuan utamaku masuk ke dalam perusahaan itu Paman. Paman tidak perlu khawatir, aku bukan kacang yang lupa akan kulitnya, bukan pula Malin kundang yang tidak mengakui ibunya," ucapnya panjang lebar.
Mr. Black tersenyum puas atas jawaban Sarah.
"Siapa pemuda yang pulang bersamamu tadi? Paman melihatnya. Kenapa tidak berkata jujur kepada Paman?"
Sarah menoleh melihat kepada Mr. Black Michael.
"Paman sudah mengetahuinya. Lalu untuk apa pertanyaan tadi Paman tanyakan padaku?"
"Paman ingin kamu bisa selalu jujur kepada Paman. Jangan ada lagi yang kamu sembunyikan!"
"Namanya Julian Parker, Paman. Dia adalah anak dari Alexander Parker, pemilik Metrocorp saat ini." Mr. Black Michael cukup terkejut akan jawaban Sarah. Namun, ia buru-buru menyadari sikapnya yang bisa saja menimbulkan kecurigaan bagi Sarah. Mr. Black tersenyum, senyum seringai yang membuat Sarah memandang bingung kepadanya.
"Sudah lama sekali aku tidak melihat senyuman jahat itu di wajah Paman. Ada apa? Paman merencanakan sesuatu?" tanyanya yang ditanggapi dengan anggukan kepala oleh sang paman.
"Apa?"
"Manfaatkan dia sebagai jalan untuk memuluskan rencana kita menghancurkan Metrocorp dari dalam, sayang!"
"Apa aku harus berpura-pura menjadi kekasihnya, Paman?"
"Itu ide yang bagus, sayang. Manfaatkan kecantikan dan tubuh seksimu. Wajah cantikmu itu adalah investasi, manfaatkan sebaik mungkin."
"Tidak dengan tubuhku, Paman. Aku tidak sudi!" tolaknya dengan seringai di bibirnya.
"Hahahaaa." tawa Mr. Black membahana mendengar ucapan Sarah.
"Tubuhmu terlalu murah jika harus kauserahkan pada cecunguk seperti mereka, sayang. Paman yakin pada kemampuan dan kecerdasaanmu."
☘️☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
ingin ku mengumpat dengan merdu padamu Pak
2023-09-13
2
〈⎳ HIATUS
semoga niatmu tidak direstui Tuhan Pak Tua
2023-09-13
2
〈⎳ HIATUS
ITU BUKAN PAMAN KAMU SARAH
2023-09-13
2