Alan Aaron Parker, Sarah mengamati dengan detail sebuah nama yang tertera pada data sebuah perusahaan dari dalam lemari milik sang paman.
"Nama yang sama. Namun, tidak dengan nama belakangnya." Sarah terdiam memikirkan apa yang baru saja dilihatnya itu.
Baru saja ia akan membuka kembali lembaran berikutnya, suara deru kendaraan terdengar di garasi rumahnya.
"Aku harus segera keluar, Paman bisa marah besar jika mengetahui aku masuk tanpa izin ke dalam kamarnya seperti ini," ucapnya, lalu berjalan cepat meninggalkan kamar sang paman.
"Sarah!"
Terdengar suara Mr. Black memanggil namanya. Sarah segera saja keluar dari dalam kamarnya.
"Paman," ucapnya santai, seolah tidak ada yang dilakukannya di kamar Mr. Black, tadi.
"Baru bangun? Libur hari ini?" tanya Mr. Black terlihat terburu-buru menaiki tangga, lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Paman mencurigakan sekali," pikirnya. Ia akan kembali masuk ke kamarnya. Namun, suara deringan di ponselnya membuatnya mengurungkan niatannya tersebut.
Julian Parker. Itulah nama yang muncul pada layar ponselnya. Untuk beberapa saat Sarah membiarkan panggilan itu tanpa berniat menjawabnya. Namun, pada detik berikutnya, Sarah membelalakan bola matanya, saat ia menyadari sesuatu di balik nama Julian Parker.
"Julian Parker, Alan Parker? Jelas ini bukanlah suatu kebetulan belaka. Nama belakang mereka cukup menjadi bukti hubungan yang terjalin antara keduanya."
Sarah belum juga menjawab panggilan dari Julian. Ia masih berkutat dengan pertanyaan- pertanyaan yang kini bercokol di kepalanya.
"Siapa Alan Parker? Kenapa namanya tercantum dalam berkas milik paman Black, apa hubungan antara mereka bertiga?"
Saat Sarah masih sibuk mencari jawab atas tanyanya, Mr. Black tampak keluar dengan membawa file yang sempat dibaca oleh Sarah sebelumnya tadi.
"Paman akan sering pulang larut malam akhir- akhir ini, sayang. Maafkan Paman ya, tidak bisa menemani akhir pekanmu," ujarnya dengan berjalan cepat, lalu sesekali memeriksa file yang ada di tangannya.
Setelah Mr. Black benar-benar sudah keluar dari rumahnya, Sarah bergegas naik ke lantai atas menuju ruang kerja sang paman.
"Aku harus segera menyelidiki semua ini. Aku tidak mungkin menanyakan hal ini kepada Paman Black. Jelas dia tidak akan memberitahu tentang hal ini."
Metrocorp. Nama itu terpampang jelas ketika Sarah membuka pintu ruang kerja milik sang paman yang memang tidak dikunci itu. Tentu saja Sarah paham akan arti tulisan yang tercetak tebal dan besar itu. Sebesar dendam sang paman terhadap Julian dan juga Alexander.
"Semoga aku bisa menemukan sesuatu yang berkaitan dengan penemuanku pagi tadi di kamar Paman."
Sarah mulai menyisir setiap sudut ruangan kerja sang paman.
Alan Parker. Sarah kembali menemukan nama tersebut di ruangan kerja ini. Namun, hanya nama itu tidak ada nama-nama yang lainnya.
"Siapa Anda sebenarnya?" ucapnya dengan mengusap tulisan nama tersebut yang terukir dalam pahatan kayu dan di bawah tulisan nama Alan Parker terdapat tulisan, Direktur Utama.
"Direktur utama, apa dia orang yang menyebabkan kehancuran perusahaan milik paman Black? Lalu, di mana dia saat ini, mungkinkah dia adalah adik dari Tuan Alex? Ah! Sepertinya prioritasku saat ini adalah menemukan silsilah keluarga Parker. Semoga saja dua, tiga pulau bisa langsung kulampaui, dengan sekali mendayung. Aamiin," ujarnya dengan terus membuka beberapa laci yang terdapat berkas- berkas perusahaan milik Mr. Black.
Keesokan harinya.
"Sarah!" Sarah langsung menghentikan langkahnya yang akan menuju ke ruangannya.
"Pak Alex. Ada apa, Pak?" tanyanya sopan dan ramah.
"Bisa temani saya hari ini? Saya ada janji untuk bertemu dengan beberapa rekan bisnis," ucapnya penuh harap.
"Tentu saja, Pak. Kapan kita akan berangkat?" tanya Sarah penuh semangat.
Sarah dan Alexander tiba di sebuah tempat yang telah ditunjuk oleh Alex untuk pertemuannya kali ini.
"Sarah," ucapnya saat mereka hanya diam seraya menunggu rekan bisnis Alexander yang belum juga datang.
"Apakah kamu sudah memiliki seorang kekasih? Atau seorang calon suami?" tanya Alexander dengan sesekali ujung retinanya melihat ke sekeliling, memastikan bahwa tidak ada yang mendengar kalimatnya barusan.
"Saya sangat anti dengan hal-hal seperti itu, Pak," jawab Sarah terlihat bingung atas pernyataan atasannya ini.
"Apa kau bersedia jika ada pria yang menginginkan dirimu untuk menjadi pendamping hidupnya?"
Sarah menyipitkan kedua matanya, saat kembali mendapat pertanyaan yang malah lebih parah dari sebelumnya.
"Maksud Bapak, Bapak ingin melamar saya?" tanyanya dengan sesekali menggeleng pelan.
"Bukan saya, akan tetapi anak saya. Julian Adam Parker," pungkasnya yang membuat Sarah menelan salivanya berulang- ulang.
"Dasar bayi! Untuk sekedar mengungkapkan keinginannya saja dia masih mengandalkan ayahnya. Lalu, jika dia menjadi suamiku, aku harus bersandar pada siapa?" monolog Sarah dalam hatinya, ia kemudian menyesap minuman hangatnya.
"Anda jangan salah sangka, Nona! Julian sama sekali tidak mengetahui tentang hal ini. Saya berniat memberikan kejutan di hari ulang tahunnya minggu ini, dengan menjadikan Anda sebagai kado terindah untuknya. Karena saya tahu dia sangat mencintai Anda, Nona Sarah," ujarnya menyampaikan semua niat awal dan juga rencana yang disusunnya.
"Saya akan memberikan jawaban sebelum hari bahagia Tuan Julian itu tiba, Pak." Sarah merasa lega atas jawaban yang diberikannya, ya walaupun terdengar klasik, namun, mampu membuat Alexander tersenyum lega.
"Terima kasih, untuk pertimbangannya, Sarah. Kuharap kamu tidak terlalu lama mengambil keputusan," ucapnya lagi.
Setelah menunggu hingga hampir 30 menit, tak ada siapa pun yang datang menemui mereka, Sarah sudah berkali-kali melihat jarum jam di tangannya.
"Sepertinya mereka membatalkan janji bertemu dengan kita, Sarah. Bagaimana jika kita segera pulang ke kantor. Banyak hal yang belum kita selesaikan."
"Dasar kecoa! Bisa- bisanya membohongiku dengan dalih membuat kejutan untuk anaknya. Tunggu pembalasan dariku. Akan kubuat kalian malu di depan khalayak umum," ucapnya kesal karena merasa telah dipecundangi oleh Alexander.
Mereka sudah tiba di Metrocorp. Sarah coba mencari tahu tentang hubungan antara Alan Parker dan juga Alexander Parker. Akan tetapi di mana? Saat sedang bingung itulah, Julian Parker muncul di hadapannya.
"Hai, manis, bagaimana kabarmu hari ini?" tanyanya dengan posisi menunduk di depan meja kerja Sarah.
"Hai juga Tuan Julian Adam Parker yang tampan dan juga hartawan. Ada yang bisa saya bantu hari ini?" jawabnya dengan senyum manis sekali.
Sarah tiba-tiba menemukan sebuah ide saat melihat wajah Julian Parker muncul di hadapannya.
"Dia adalah jawabnya. Dia adalah bukunya, aku harus mengulik lebih banyak lagi melalui pria ingusan ini," ucapnya dalam hati.
Julian mengajaknya makan siang di sebuah restoran mewah di kota tersebut. Saat tengah menikmati makan siangnya itulah, Sarah melaksanakan niatannya tadi.
"Boleh saya bertanya, Tuan Julian Parker?" ucapnya memulai investigasinya kali ini.
Seketika Julian Parker menghentikan aktivitas makan siangnya.
"Tentu saja boleh," jawabnya tanpa ragu.
"Apakah Anda mengenal seseorang yang bernama Alan Aaron Parker?"
☘️☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Seperti ada rahasia besar yang akan terungkap, siapkan diri mu mbak Sarah yg gampang emosi hehehe
2023-09-22
1
〈⎳ HIATUS
emang paman Blacky itu jahat nak
2023-09-16
1
〈⎳ HIATUS
itu ayahmu mbak Sar
2023-09-16
1