Julian Adam Parker cukup terkejut atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah. Alan Aaron Parker adalah pamannya, jelas dia sangat tahu dan mengenal sosok sang paman. Kendatipun semua yang ia ketahui mengenai sosok pamannya itu adalah semua tentang sisi buruknya. Tidak ada kebaikan sang paman yang diceritakan oleh ayahnya. Ia didoktrin untuk selalu membenci seorang Alan Parker.
"Alan Parker?" ucapnya menyebut kembali nama sang paman.
"Ya," jawab Sarah merasa jika Julian terlalu lama berdurasi dalam menjawab tanyanya.
"Tentu saja aku sangat mengenalinya, dia adalah adik dari ayahku, pamanku, Sarah," ucap Julian menjawab tanya Sarah.
"Paman? Di mana beliau saat ini?" tanya Sarah semakin ingin mengetahui tentang silsilah keluarga Parker.
Julian tampak terlebih dulu menandaskan minuman dari gelas kristalnya sebelum kembali menjawab pertanyaan dari Sarah.
"Ehm," Julian tampak mengontrol nafasnya.
"Alan Parker adalah pamanku, Sarah. Dan dia sudah meninggal dalam kecelakaan tunggal yang menimpanya."
Degh!
Jantung Sarah serasa berhenti berdetak saat mendengar penjelasan Julian.
"Meninggal dalam kecelakaan tunggal?" tanyanya lirih seakan ucapannya itu memang telah sanggup memutar kembali ingatannya tentang kecelakaan tragis yang merenggut nyawa sang ayah, 15 tahun yang lalu.
"Betul! Aku sendiri tidak bisa mengingat kejadian itu, bahkan aku belum pernah berjumpa dengan pamanku itu, pernah satu kali aku bertemu dengan putrinya."
"Pamanmu juga memiliki seorang putri?" tanya Sarah seolah dirinyalah yang tengah ia pertanyakan.
"Ya, dia memiliki seorang putri yang cantik dan cerdas. Aku biasa memanggilnya Lio," jawab Julian dengan terus memperhatikan wajah Sarah yang terlihat terus berubah-ubah ekspresinya.
"Kenapa? Apa kamu mengetahui sesuatu tentang pamanku itu?"
Sarah menggeleng, pikirannya sungguh kacau saat ini.
"Lio? Lalu di mana dia sekarang?" Sarah semakin serius dengan penyelidikannya.
"Aku tidak tahu, Sarah. Setelah kepergian ayahnya, Lio juga ikut pergi meninggalkan kami, keluarganya yang masih tersisa."
"Apakah Anda pernah mencari keberadaan sepupu Anda itu, Tuan?"
Julian menggeleng. Sungguhpun keinginan untuk mencari sepupunya yang hilang itu pernah ada, namun ayahnya jelas sangat menentang keinginannya itu.
"Kenapa? Bukankah dia adalah sepupu Anda satu- satunya?" ucap Sarah heran.
"Ayah sangat menentang keinginanku itu. Aku. hanya perlu menjadi anak penurut untuknya," pungkas Julian.
Sarah terdiam, sebuah kemungkinan yang kini ada dalam benaknya.
"Pasti ada masalah besar dalam keluarga mereka. Aku dapat mencium aroma- aroma permusuhan dalam keluarga besar Parker. Bagus! Satu fakta yang kudapat hari ini," bathinnya, lalu bermaksud mengakhiri obrolannya kali ini.
"Sarah," ucap Julian memecah lamunan Sarah.
Sarah mendongak kepadanya.
"Ada apa?" tanyanya santai, walau pikirannya sudah sangat diburu untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi. Namun, ia tidak ingin membuat Julian curiga terhadap dirinya jika ia terus saja bertanya.
"Ada apa? Kenapa tiba-tiba berubah sedih?" tanya Julian coba memberi perhatian terhadap Sarah.
"Tidak, aku hanya sedang mengenang kisahku sendiri, Tuan,"
"Li, panggil aku, Ly. Tanpa sebutan Tuan!" pintanya merasa keberatan dengan panggilan yang disematkan Sarah untuk dirinya.
Sarah tersenyum mendengar Julian mengoreksi panggilannya.
"Anda jangan menjadikan saya sebagai orang yang tidak tahu diri, Tuan. Jelas itu melanggar norma-norma kesopanan. Saya tidak akan menuruti permintaan Anda itu," tolaknya untuk permintaan Julian yang terkesan memaksa.
"Malam minggu ini aku akan menjemputmu," Julian mendekatkan kursinya agar bisa lebih dekat lagi terhadap Sarah.
"Malam minggu? Apakah dia akan melamarku di malam pertambahan usianya nanti?" monolognya dalam hati.
"Dalam rangka apa? Kita bukanlah sepasang kekasih yang identik dengan malam panjang itu, Tuan." Sarah mencoba menolak keinginan Julian dengan status merka.
"Apakah kau bersedia menjadi pacarku?" ucap Julian secara tiba-tiba mengambil inisiatif untuk menanyakan hal itu terhadap Sarah.
Sarah sungguh terkejut, sungguh dia tidak menyangka jika Julian akan memintanya seperti itu.
"Aku tidak ingin membuang- buang waktuku dengan hal tidak berguna seperti itu," ucapnya menolak permintaan Julian.
"Apakah itu artinya, dirimu lebih senang jika aku langsung memintamu untuk menjadi istriku?" Julian benar-benar bersemangat menanggapi penolakan Sarah dengan sesuatu yang lebih serius lagi.
"Menjadi istrimu? Maksud Anda menikah?" tanya Sarah dengan raut wajah tak percaya. Bisa- bisanya Julian berpikiran seinstan itu, langsung sah saja. Semua butuh proses bro!
"Tentu saja iya, Sarah. Apa dirimu lebih suka kita bersama tanpa ikatan pernikahan?"
Brakk!
Sarah menggebrak mejanya cukup keras hingga para pengunjung kafe itu beralih memperhatikan mereka.
"Saya bukan hewan, Tuan! Bukan pula seorang wanita penghibur yang hanya dibayar dengan lembaran mata uang! Saya lebih baik menjadi perawan tua seumur hidup saya, daripada harus menjalani hubungan layaknya hewan, seperti yang Anda sebutkan tadi." Sarah benar-benar kehilangan kesabarannya. Ia sudah tidak peduli jika setelah ini Julian akan marah kepadanya, lalu mengeluarkan dirinya dari Metrocorp.
"Aku tahu itu, Sarah. Lalu salahkah jika aku memintamu untuk menjadi istriku?"
Sarah mulai menyadari kecerobohannya. Semua rencananya akan berantakan jika ia nekat mengikuti emosinya.
"Saya butuh waktu, Tuan. Tolong jangan terburu-buru. Menikah bukanlah hal yang sepele. Menyatukan dua kepribadian yang tidak mungkin sama itu adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah. Akan lebih mudah menyatukan dua perusahaan yang walaupun memiliki misi yang berbeda. Uang dan kekuasaan akan menjadi penengahnya. Akan tetapi tidak dengan pernikahan. Banyak hal yang tidak dapat diselesaikan dengan uang dalam suatu pernikahan."
"Aku tidak memintamu untuk menjawabnya sekarang, Sarah. Persiapkanlah dirimu malam minggu ini. Aku akan datang menjemputmu."
*
*
Sarah merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Mr. Black benar-benar tidak memiliki waktu untuk diajaknya bertukar pikiran.
"Aku harus segera menemukan benang merah dalam penyelidikanku ini. Apa sebenarnya yang tengah dikerjakan oleh Paman Black, hingga ia terlihat begitu sibuk akhir- akhir ini?"
Keesokan paginya.
"Julian memintaku datang ke pestanya, Paman. Bagaimana?" tanya Sarah saat sang paman baru saja akan melangkah keluar dari kamarnya.
"Datanglah! Lakukan pendekatan sesering mungkin kepada mereka. Itu akan lebih memudahkan rencana kita," jawab Mr. Black seraya mengelus puncak kepala Sarah.
"Apakah Paman akan membiarkanku berjalan seorang diri dalam misi kita ini?" ucap Sarah dengan berjalan meninggalkan sang paman yang kini berjalan cepat mengikutinya.
"Apa maksudmu, sayang? Apakah kamu meragukan kekuasan pamanmu ini?"
"Tentu saja tidak. Paman hanya terlalu sibuk akhir- akhir ini. Aku merasa semua beban benar-benar ditanggungkan di pundakku sendiri."
Sarah menghentikan langkah kakinya saat sang paman sudah berdiri tegak di hadapannya.
"Maafkan Paman, sayang. Paman selalu memantaumu lewat orang-orang kepercayaan Paman. Tidak perlu merasa sendiri," ucap Mr. Black dengan intonasi rendah dan suara yang ia lembutkan.
"Sebenarnya apa yang tengah Paman lakukan? Urusan bisnis atau urusan yang lainnya?"
"Urusanku adalah menghancurkan Metrocorp dan semua yang berhubungan dengan nama itu."
🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
Mas Jul nggak ngeh kalau mereka sodara?
2023-09-26
1
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Ada dendam apa sebenarnya ini, kenapa rumit seperti nya ya 🤔
2023-09-23
1
🍒⃞⃟🦅🥑⃟uyulᵂᴬᴸᴵᴰ𝐕⃝⃟🏴☠️
tba² mngungkapkn prsaan ooii
2023-09-20
2