Sarah Parker tidak mengetahui jika ia tinggal bersama musuh besar mendiang ayahnya.
Mr. Black Michael.
Berbagai macam cara sudah ia lakukan untuk merongrong perusahaan milik Alan Parker. Namun, sepertinya keberuntungan memang tidak berpihak terhadap niat jahatnya. Alan Parker tidak semudah itu dapat digulingkan, hingga sebuah rencana yang paling picik pun ia terapkan.
Memanfaatkan orang yang memang bekerja terhadap Alan Parker, Mr. Black Michael menggunakan uangnya untuk melancarkan aksi super kejihnya. Hal yang membuat Sarah Parker menjadi seorang anak yatim piatu saat ini.
Sudah 10 tahun sejak sang ayah pergi meninggalkan dirinya, Sarah Parker kini tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik jelita, tangguh dan cerdas di bawah didikan dan asuhan Mr. Black, yang ia panggil dengan sebutan paman.
Pagi hari di kediaman Mr. Black Michael.
"Sayang, apa saja jadwalmu hari ini?" ucap Mr. Black di sela-sela aktivitas makan paginya bersama Sarah.
"Aku banyak kegiatan di sekolah, Paman. Menjelang kelulusan ini aku sangat sibuk," jawabnya, lalu melanjutkan sarapannya.
"Sudah menemukan bidang yang akan kaupilih di perguruan tinggi,nanti?"
Sarah mengangguk mengiyakan.
"Apa?" ucap Mr. Black,lagi.
"Aku ingin menjadi seorang pengacara Paman," jawabnya tegas tak terbantahkan.
"Bagus! Paman sangat mendukung pilihanmu itu. Kamu harus bisa menjadi wanita yang kuat, tangguh dan juga cerdas. Gunakan semua apa yang telah ditakdirkan untukmu sebagai cambuk semangat meraih mimpi dan keinginanmu. Tak ada yang instan di dunia ini."
"Semua yang telah ditakdirkan untukku, maksud Paman, apa?" ucapnya bingung.
"Kecantikan dan kecerdasanmu, itu adalah investasi berharga, sayang. Manfaatkan dengan sebaik mungkin! Jangan termakan bujuk rayu para pria yang hanya bermodalkan wajah yang tampan dan suapan harta dari orang tuanya! Paman benci akan hal itu," ucap Mr. Black dengan menoleh sekilas terhadap Sarah yang juga tengah menatapnya.
"Paman mencurigaiku?"
"Tidak! Paman hanya tidak ingin kariermu berantakan hanya karena hal yang tidak penting seperti itu," jawabnya tanpa menoleh lagi kepada Sarah.
"Hubungan antara pria dan wanita itu penting, Paman. Bagaimana bisa Paman bilang itu bukanlah hal yang penting? Bahkan dirimu ada karena hubungan itu," ucap Sarah coba mematahkan argumen Mr. Black yang kini berdecak kagum atas ucapannya barusan.
"Paman tidak akan pernah menang jika beradu argumen denganmu, anak cerdas. Intinya jauhi hal- hal yang tidak mendatangkan keuntungan untuk kita. Oke?"
"Jika ada pria yang mendekatiku?" tanya Sarah seraya meletakan sendok dan garpunya.
"Tanyakan apa visi dan misinya!"
"Uhuk, uhuk." Sarah buru-buru meneguk air putih di depannya saat mendengar jawaban sang paman.
"Kenapa? Apa ada pria yang saat ini tengah dekat denganmu?" ucap Mr. Black memastikan. Dia curiga dengan reaksi Sarah tersebut.
"Bahkan sudah lebih dari satu, Paman," jawab Sarah dengan menampilkan senyum manisnya.
Mr. Black menoleh dengan ekspresi tak percaya .
"Sungguh?"
"Hmm."
"Lalu, apa reaksimu terhadap mereka?"
"Aku hanya menganggap mereka sebagai teman, Paman. Tidak lebih," ucapnya dengan wajah tertunduk. Ada kesedihan saat ia mengucapkan hal itu. Entahlah! Namun, pada kenyataannya wajah pak sopir sekaligus pengawalnya itu masih saja tertinggal dalam ingatannya, meskipun nyatanya mereka sudah tidak pernah lagi bertemu wajah setelah kejadian yang menyedihkan itu.
"Kamu mencintai lelaki lain, sayang?" tanya Mr. Black, berharap Sarah akan menggelengkan kepalanya. Mematahkan dugaannya. Namun, Sarah hanya diam dan memilih meninggalkan meja makan begitu saja.
"Aku akan ke sekolah pukul 4 sore nanti, Paman," ucapnya sebelum benar-benar hilang di balik pintu kamarnya.
"Semenjak dulu, percintaan memang selalu menjadi momok untuk meraih kesuksesan. Ditinggal menikah, gila. Diputusin, prustasi. Tidak direstui orang tua, lari. Selamanya akan seperti itu, tidak ada keuntungan yang didapat dari berpacaran." Mr. Black ikut melangkah menuju ruang tamu.
"Metrocorp semakin maju dibawah kendali saudara laki-laki Alan Parker, Tuan," ucap seseorang dari ujung teleponnya terhadap Mr. Black.
"Semua sudah kupersiapkan dengan matang. Sebentar lagi Sarah akan resmi menjadi seorang pengacara handal di kota ini. Aku akan menjadikan dia sebagai senjata andalanku untuk masuk ke dalam perusahaan milik ayahnya itu."
"Ide yang sangat cemerlang, Tuan. Saya yakin, Tuan akan dengan mudah merongrong Metrocorp melalui gadis itu."
Waktu berjalan begitu cepat.Sarah Adelio Parker sudah menyelesaikan pendidikan di universitas ternama di Kota Metroultimate, dia telah berhasil menjadi seorang pengacara handal di sana.
"Aku ada wawancara kerja hari ini, Paman," ucap Sarah saat mereka tengah berbincang santai di taman samping kediaman Mr. Black ini.
Mr. Black menoleh, ia tersenyum tipis.
"Interview? Di mana?" ucap Mr. Black seraya membenahi posisi duduknya.
"Metrocorp, Paman. Apa Paman tahu dengan nama perusahaan itu?"
Mr. Black menatap tak percaya akan jawaban Sarah.
"Siapa yang tidak tahu dengan perusahaan sukses sekelas Metrocorp, sayang. Hanya orang-orang dengan pengetahuan minim," imbuhnya lagi.
"Itu betul, Paman! Aku bahkan sudah memimpikan untuk bisa menjadi bagian dalam perusahaan itu jauh sebelum gelar ini akhirnya ada di belakang namaku."
"Paman bangga padamu, sayang."
Sarah benar-benar diterima bekerja di Metrocorp, yang tak lain adalah perusahaan ayahnya sendiri.
Di perusahaan itu tidak ada satupun orang yang tahu tentang identitas Sarah. Mr. Black telah menghapus nama belakangnya lalu ia ganti dengan nama belakang miliknya,yaitu Sarah Adelio Michael.
"Selamat pagi, Nona Sarah Michael." Seorang pria dengan jas mewahnya tiba-tiba ada di depan Sarah yang tengah menunggu di depan pintu lift menuju ke ruangannya.
"Selamat pagi juga. Apakah kita satu tujuan?" tanya Sarah dengan tersenyum manis membalas sapaan pria tersebut.
"Perkenalkan aku, Julian Parker," ucap pria tersebut mengulurkan tangannya. Sarah melihatnya cukup lama sebelum membalas uluran tangan pria tersebut.
"Anda keluarga dari pemilik Metrocorp?"
"Ya, aku anak dari Alexander Parker. Direktur utama di perusahaan ini," jawab pria tersebut dengan nada congkaknya.
"Sekarang aku tahu alasan Paman Black melarangku berhubungan dengan para kaum adam, ternyata dia adalah salah satunya,bangga dengan kekuasaan dan harta orang tuanya. Kautahu, aku lebih menyukai seorang kuli panggul yang menghasilkan uang dari cucuran keringatnya sendiri, ketimbang jas mewah yang kaudapat dari uang Ayahmu," monolognya dalam hati.
Mereka tiba di lantai yang sama, namun di ruangan yang berbeda.
"Bolehkah aku mengantarkanmu pulang hari ini, Nona Sarah Michael?" ucapnya menawarkan diri sebelum Sarah masuk ke dalam ruangannya.
"Kita berbeda, Tuan, umpama budak dengan Tuannya, Anda terlalu rendah menunduk untuk hanya sekedar menatap saya. Banyak hal lain yang bisa dengan mudah Anda sejajarkan dengan kedudukan Anda di sini, bukan dengan saya," ucap Sarah menolak secara halus tawaran Julian Parker.
"Tidak ada yang harus direndahkan, Nona. Kita sama, dirimulah yang menganggap perbedaan itu seolah- olah nyata. Kenapa?"
"Saya hanya sedang mengukur baju saya sendiri, Tuan Julian Parker," jawabnya, lalu bergegas masuk ke dalam ruangannya.
"Semakin kau menjauh, maka semakin gencar aku akan mengejarmu. Aku suka dengan kepribadianmu itu, Nona," ucapnya, lalu ikut masuk ke dalam ruangannya yang berada persis di samping ruang kerja Sarah.
"Selamat pagi, Pa," ucap Julian menyapa ayahnya yang tengah fokus pada setumpuk berkas di meja kerjanya.
"Pagi juga, Li," ucap sang ayah menoleh kepada putranya tersebut. Ia melihat wajah Julian Parker yang terlihat berbeda pagi ini.
"Apa gerangan yang menjadi penyebab putra mahkotaku ini terlihat sangat bersemangat hari ini?" tanyanya dengan menutup terlebih dulu berkas yang baru saja dibukanya.
"Papa ngomong apa? Setiap hari aku selalu bersemangat, Pa. Bukan hanya hari ini, akan tetapi untuk seterusnya," ucapnya mantap dengan senyum mengembang sempurna di bibirnya.
"Sepertinya Papa harus meminta bantuan asisten pribadi Papa untuk menyelidiki hal ini."
"Maksudnya? Papa mencurigaiku?"
"Karena kamu sudah mulai tidak terbuka kepada orang tuamu sendiri. Kenapa?"
"Jika semuanya sudah jelas, Aku pasti akan menceritakan hal ini terhadap Papa. Sabar ya Pa. Aku sedang berusaha menaklukan hatinya," ucapnya, lalu duduk di depan laptopnya.
"Hatinya? Lelaki atau perempuan?" tanya sang Papa sedikit khawatir. Dia takut putra sewata wayangnya ini tengah terlibat percekcokan dengan anak lawan bisnisnya.
"Perempuan, Pa."
☘️☘️☘️☘️☘️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Akari
wkwk, tenggelam di lautan fakta
2023-09-26
1
🥀⃟ʙʟᴀᴄᴋʀᴏsᴇ
dia ingin menjadi pengacara biar bisa menghukum mu Mr black
2023-09-26
1
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
astaga, dimana² ada penjahat
2023-09-23
1