POV Sarah Parker.
Aku tiba di sebuah tempat pendistribusian bahan baku yang sedang bermasalah. Tuan Alexander Parker mempercayakan penyelesaian masalah ini kepadaku, tentu aku menerimanya dengan hati yang super duper bahagia. Satu langkahku berhasil dengan mudah kudapatkan, yaitu mendapatkan kepercayaan dari mereka.
Aku berjalan cepat menuju ruangan divisi yang ditunjuk oleh Julian Parker.
"Apakah Anda belum menemukan kejanggalan di sini , Tuan?" tanyaku sebelum mengetuk pintu ruangan tersebut.
"Entahlah, aku belum pernah menemui kasus yang cukup berat seperti ini. Aku sangat mengandalkan dirimu, Sarah," ucapnya, menoleh kepadaku.
Aku mengangguk mengerti.
"Pasti yang selama ini dia tahu hanyalah uang, uang dan uang," ucapku dalam hati.
"Selamat siang, Pak Andra," ucapku tanpa meminta persetujuan dari Julian terlebih dulu.
"Siang. Silakan duduk, Nona dan Tuan Julian, terima kasih, sudah menyempatkan datang ke divisi kami," ucapnya tersenyum ramah.
*
*
"Semua barang sudah sukses dikirim kepada mereka,Tuan. Akan tetapi tiba-tiba beredar kabar, jika bahan yang kita gunakan itu belum teruji kehalalannya. Mereka berniat membatalkan semua transaksinya. Bagaimana ini?" tanyanya dengan tak sekalipun melihat kepadaku.
Julian mengangkat satu alisnya, meminta penyelesaian dariku.
"Bisa kami lihat database divisi ini, Pak?" ucapku mengambil alih semua wewenang Julian. Jujur dia hanya kuanggap sebagai bawang goreng saja di sini, kehadirannya hanya sebagai pelengkap perusahaan. Jangan bawang iris ya! Bawang iris bikin nangis.
Aku membuka semua file tentang bahan baku, baik itu barang masuk, keluar, atau pun barang returan. Aku menyipitkan kedua mataku saat melihat data mutasi bahan baku dua minggu yang lalu yang sepertinya tidak masuk dalam database perusahaan, namun, lolos keluar melalui divisi ini.
"Ada kejanggalan di tanggal ini, Tuan Julian Parker," ucapku dengan menunjuk layar monitor yang menampilkan tanggal kejadian dua minggu yang lalu itu.
"Maksudmu?" tanyanya bingung.
"Dasar, buaya buntung! Kalau membahas wanita aja, kamu langsung turn on!" bathinku dengan tetap menampilkan wajah santai menghadapi orang seperti dia.
"Saya butuh data ini. Saya akan membawanya ke kantor direktur utama," ucapku yakin dengan penemuan ini. Pasti ada udang di balik rempeyek ini, apalagi kalau bukan uang!
Tanpa penolakan,pria yang menjabat sebagai ketua divisi tersebut merelakan laptopnya kini ada di tanganku.
"Mintalah orang kepercayaan Pak Alex untuk mengawasi orang tadi. Aku curiga dia adalah dalang dibalik rumor tentang bahan baku dari perusahaan kita," ucapku sebelum duduk di kursi penumpang di samping Julian.
Sesampainya di Metrocorp, kami segera menemui Tuan Alexander. Dia tampak mengerti dengan apa yang baru saja kukatakan.
"Sebaiknya Anda bergerak cepat, Pak! Sebelum semuanya menjadi lebih parah," saranku yang ditanggapi dengan anggukan kepala olehnya.
Beberapa hari setelah penyelidikan terhadap semua file- file pada laptop yang kubawa,polisi menangkap Andra Wicaksono sebagai tersangka kasus penggelapan dana untuk proses sertifikasi halal pada bahan baku yang kini sudah kembali berjalan pengoperasiannya itu.
Satu kepercayaan berhasil kubuktikan, kini tinggal menyusun rencana untuk menghancurkan perusahaan ini dari dalam. Akan kumulai dengan memberi salam manis kepada sang pewaris, Julian Adam Parker.
Hari ini aku ada janji untuk menemani Julian menghadiri pesta pernikahan saudara jauhnya.
"Sepertinya hubunganmu dengan anak tikus dekil itu semakin dekat saja, sayang," ucap Paman Black saat aku berjalan menuruni tangga.
"Tidak ada hal yang lebih penting selain membalaskan dendam Paman," jawabku sebelum keluar dari rumah besar ini.
Sebelum kami pergi ke pesta pernikahan itu, Julian mengajakku untuk singgah sejenak di rumahnya. Aku masuk dengan langkah santai. Dan lagi, aku melihat ayahku dalam pigura besar yang terpampang di dinding ruang tamu rumah ini.
"Ada apa? Kamu melihat sesuatu?" tanya Julian saat melihatku terdiam seraya memandangi wajah orang-orang yang terdapat dalam pigura besar tersebut.
"Ah, tidak apa- apa. Aku hanya sedang teringat pada ayahku," ucapku coba menutupi rasa penasaran ini. Kenapa mereka identik sekali? Siapa sebenarnya orang yang ada di dalam pigura itu?" tanyaku dalam hati.
"Apa karena gambar itu?" tunjuknya pada pigura tersebut.
Aku menggeleng.
"Apa kau ingin berziarah ke makam Ayahmu?" tanyanya lagi. Aku menoleh antara bahagia dan juga sedih. Sedih karena kenangan sedih itu harus berputar lagi dalam ingatanku. Bahagia saat orang lain peduli dengan perasaanku. Namun, aku memilih tidak.
"Lain waktu saja Tuan. Hari ini saya sudah berjanji untuk menemani Anda."
"Itu bisa nanti, setelah kita pulang dari makam ayahmu," ucapnya lagi.
Akhirnya aku menyetujui sarannya untuk berziarah ke makam Ayah dan juga Ibuku.
"Alan Aaron Michael, Jeane Paula Michael?" ucap Julian dengan mengusap nisan Ayah dan juga Ibu secara bergantian. Aku mengangguk mengiyakan.
"Apakah mereka pergi dalam kurun waktu yang berdekatan, Sarah?" tanyanya lagi dengan meletakan satu karangan bunga di atas pusara Ibu.
"Tidak, Ibu terlebih dulu pergi meninggalkanku,"
*
*
*
Setelah mengganti gaun dengan yang baru, kini kami sudah tiba pada pesta yang sepertinya tengah berlangsung tersebut.
Julian memberikan tangannya untuk kugandeng.
"Apakah harus seperti ini?" tanyaku risih.
"Tentu saja iya! Mereka akan mengenalmu sebagai pasanganku." Aku menurut saja dengan berjalan mendampingi dirinya hingga kini duduk di sebuah kursi yang masih kosong.
"Hai, Ly! Kenapa hanya diam di sini? Apakah calon Kakak iparku ini sedikit pemalu orangnya?" ucapnya dengan meraihh gelas cocktail yang berisi minuman dingin itu.
Julian menatapku, memintaku untuk menanggapi ucapan saudara perempuannya itu.
"Saya terlalu terbawa suasana. Pesta ini terkesan sangat mewah dan berkelas, dan orang berkelas akan lebih banyak diam ketimbang membicarakan sesuatu yang tidak penting," ucapku kesal.
"Waw! Teman wanitamu ini ternyata bukan wanita sembarangan Ly."
Tentu saja aku bukan wanita sembarangan, dan misiku mendekati keluarga ini juga bukanlah misi yang sembarangan juga.
Keesokan paginya.
Paman Black sudah pergi pagi- pagi sekali, beliau tampak sangat sibuk akhir- akhir ini, hingga aku tak memiliki kesempatan untuk berbagi cerita dengan dirinya tentang Metrocorp yang terus ditimpa masalah, dan aku menjadi hero di dalamnya.
Aku mendengar suara handphone berdering dari arah kamar Paman Black.
"Apa Paman sengaja meninggalkan ponselnya?" ucapku dengan berjalan cepat menuju kamarnya yang kebetulan tidak terkunci.
Kulihat nama Chandra Lee di layar ponselnya, perlahan kugulirkan warna hijau menjawab panggilan tersebut.
"Mr.Black.Bagaimana rencana kita? Apakah sudah mulai menemui kabar bagus?" tanyanya tanpa bertanya dulu siapa yang tengah berbicara dengannya ini.
Segera kututup ponsel milik Paman Black, aku tak ingin terlalu jauh mencampuri urusan mereka. Saat aku akan melangkah keluar, bola mataku menangkap sesuatu yang menyembul di balik lemari brangkas miliknya.
"Apa ini?" mengenyahkan semua kata sopan saat membuka milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, aku terus membuka lembar demi lembar kertas yang ada dalam map tersebut.
"Alan Aaron Parker?"
🌿🌿🌿🌿
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
kaya nama YouTubers ya 😅
2023-09-16
1
〈⎳ HIATUS
Bawang kotong mah nek orang Jawa tuh
2023-09-14
1
〈⎳ HIATUS
wah nggak lulus sertifikasi halal ini opo hayooo???
2023-09-14
1