Sarah benar-benar terkejut mendengar jawaban Jimmi.
Mencintai istri musuhnya sendiri? Kalau mencintai istri sahabatku sendiri sih masih mendinglah ya, lah ini istri musuh kok dicintai, benar-benar nggak ada gunanya itu duit yang bergelung manja di rekening, wajahnya juga termasuk dalam kategori lumayan bukan standar. Lalu, kenapa istri orang yang diidolakan?
Sarah mengerutkan keningnya menajamkan pandangan matanya saat mendengar jawaban dari sang pengawal.
"Saya tidak sedang mengada-ada, Nona. Selama berpuluh-puluh tahun dia hidup dalam kesengsaraan bathin karena menderita di atas kebahagiaan musuhnya," ucap Jimmi menegaskan lagi karena melihat raut wajah Sarah yang cenderung bingung, aneh dan terlihat sedikit ragu.
"Miris sekali kisah percintaan Paman Black. Lalu bagaimana kisah selanjutnya?" tanya Sarah semakin penasaran.
"Ya, namanya juga cinta terlarang, Non. Kalau nggak mencintai secara sembunyi-sembunyi pasti ujung-ujungnya sakit hati," jawabnya lagi.
Sarah semakin penasaran dengan jawaban pengawalnya ini.
"Siapa sebenarnya wanita yang telah sanggup membuat seorang Black Michael tergila-gila seperti itu?" tanya Sarah dalam hati.
"Lalu akhirnya?" tanya Sarah lagi.
"Wanita itu rupanya tipe istri idaman, Non. Dia tetap setia kepada sang suami, meskipun Tuan Black terus menerus merayu dan mengiming-iminginya dengan harta dan kasih sayang yang sepertinya tidak wanita itu dapatkan dari suaminya."
Sarah mengerutkan keningnya, "Maksud Paman? Suaminya itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya atau bisnisnya?"
"Begitulah, Non. Namun, Tuan Black tidak begitu saja menerima kenyataan cintanya yang harus bertepuk sebelah tangan. Dia nekat mencelakai wanita itu hingga si wanita akhirnya meninggal dunia dalam kecelakaan tragis yang sudah ia rencanakan sebelumnya."
"Ternyata dia seorang psikopat," monolog Sarah dalam hatinya.
"Ternyata aku benar-benar tinggal bersama seorang pembunuh. Pandainya dia bersandiwara dengan semua perlakuan dan kasih sayangnya yang seolah-olah dia lakukan tanpa ada niat jahat yang terselubung di sebaliknya terhadap diriku. Aku benar-benar dalam bahaya saat ini, tinggal satu atap bersama seekor harimau yang sewaktu-waktu bisa saja menerkamku," ucapnya dalam hati.
"Nona Sarah tidak perlu takut dan khawatir, Tuan Black sangat amat menyayangi Nona, dia tidak mungkin mencelakai Anda, Nona," ucap Jimmi meyakinkan Sarah.
"Aku sangat percaya itu, Paman. Aku hanya kasihan terhadap Paman Black, hidupnya tidaklah sesukses karirnya," bohongnya.
"Apa Paman tahu siapa wanita itu?" tanyanya lagi.
"Jika melihat wajahnya saya pasti mengenalinya, Nona. Akan tetapi saya tidak tahu siapa wanita bersuami yang membuat Tuan Black gelap mata itu." Sarah sedikit kecewa dengan jawaban Jimmi, dia tengah menghubungkan semua kejadian itu dengan gaun pengantin bertuliskan nama sang ibu di sebaliknya yang ia lihat di gudang penyimpanan milik Mr. Black kemarin.
"Kuharap apa yang ada dalam pikiranku ini tidak akan menjadi nyata," batinnya.
Sarah menyudahi sesi tanya jawabnya bersama Jimmi, karena dia pikir tidak baik jika terus menerus bertanya seperti ini terhadapnya, ia khawatir Jimmi akan curiga hingga memilih tutup mulut saja untuk informasi yang selanjutnya. Ya, selanjutnya, karena yang kini menjadi perkiraannya adalah jika wanita yang dimaksud Jimmi itu ternyata adalah ibunya, maka besar kemungkinan ayahnya meninggal karena rencana jahat Mr. Black. Biarlah dia akan menanyakannya dalam waktu dekat ini.
Jimmi sudah pergi menemani Mr. Black bertemu rekan bisnisnya. Sarah duduk seorang diri di taman samping rumah Mr. Black ini.
"Kenapa tiba-tiba aku teringat Pak Andre sih, dia apa kabar ya? Pasti rambutnya udah berubah warna atau mungkin dia sekarang sudah menjadi suaminya orang. Ah Pak Andre, Sarah kangen sama Pak Andre, kapan ya kita bisa bertemu?" Sarah merebahkan tubuh lelahnya di atas sofa empuk yang terdapat di taman itu. Melupakan sejenak keruwetan pikirannya saat ini, akhirnya ia memilih pergi ke taman kota dengan mengendarai roda duanya.
Sementara itu di sebuah hunian mewah, seorang pria dengan tubuh atletisnya tampak tengah sibuk memeriksa beberapa barang yang akan diantar kepada beberapa konsumen melalui jasa ekspedisi.
Sekilas ia membaca nama pembeli yang tercetak di halaman box-nya.
"Sarah Adelio Michael?" ucapnya dengan mengambil kotak pesanan tersebut.
"Apakah orang yang sama? Akan tetapi nama belakangnya bukan Parker melainkan Michael. Apa Nona Sarah sudah mengganti namanya tidak lagi menyandang nama belakang ayahnya Alan Aaron Parker?" Andreas berniat meletakan kembali kotak tersebut. Namun, sejurus kemudian ia melihat alamat yang tertera di sana. Ia segera menyimpan alamat tersebut ke dalam ponselnya.
"Akan kuselidiki, semoga ini benar alamat Nona Sarah. Tapi aku seperti tidak asing dengan alamat ini. Tuan Alan sering menyebut alamat ini ketika membahas musuh bebuyutannya itu, ya Mr. Black Michael." Andreas tiba-tiba menyadari satu hal yang kini membuat jantungnya berdetak lebih kencang.
"Jika benar orang yang kumaksud ini adalah Nona Sarah yang kini mengganti namanya menjadi Sarah Michael, itu artinya dia sedang dalam kekuasaan musuh terbesar ayahnya sendiri. Ah, Nona muda, apakah takdir masih berpihak terhadap kita?" Andreas segera memacu kendaraannya menuju alamat yang baru ia lihat dalam pesanan atas nama Sarah Michael tadi.
Ia sudah tiba di depan pintu gerbang kediaman Mr. Black. Seorang petugas keamanan datang menghampirinya.
"Ada perlu apa?" tanyanya dengan wajah yang sama sekali tidak bersahabat itu. Andreas sudah terbiasa dengan sikap orang yang numpang minum di gelas mewah majikannya, sombongnya udah melebihi yang punya gelas, minumnya aja pakai sedotan nggak mau bekas bibir orang.
"Apa benar ini kediaman Sarah Adelio Par..., a, maksud saya Michael?" hampir saja Andreas salah berucap.
"Lancang sekali Anda memanggilnya hanya dengan nama. Dia Nona muda di sini,panggil dia Nona Sarah!" ucap pria itu, dan lagi masih dengan nada congkaknya.
Andreas tersenyum sambil menggaruk hidung mancungnya yang tiba-tiba saja gagal bersin, duh rasanyakan odading kucing banget.
"Iya maaf. Maksud saya, apakah benar ini kediaman Nona Sarah Michael?" ulangnya lagi dengan merendahkan nada bicaranya. Orang yang sok sugeh itu kebanyakan gila hormat, Andreas hapal betul akan hal itu, beberapa tahun bekerja sebagai sopir dan pengawal pada Alan Aaron Parker, sedikit banyaknya ia sudah tahu tabiat orang-orang modelan irus nasi seperti pria di depannya ini.
Inginnya dihormati akan tetapi kerjaannya merendahkan dan menghina orang lain. Hidup itu filosofinya terima kasih, apa yang kita terima tergantung dari apa yang kita kasih. Kalau ngasihnya sedikit ya jangan mengharap dapat banyak dong! Kalau sukanya menghina ya nggak usah marah kalau orang lain memandang rendah terhadap dirimu. Namun, Andreas sepertinya harus membuang prinsip itu untuk beberapa waktu ke depan. Biarlah ia merendah di depan orang yang sok berkedudukan tinggi di depannya ini, semua demi satu fakta yang kini menjadi prioritasnya.
"Betul, Nona Sarah Michael tinggal di rumah ini. Ada keperluan apa Anda menanyakan hal itu?"
"Saya akan menjemputnya pulang. Ini bukan rumahnya!" Rasanya Andreas ingin sekali mengatakan hal ini kepada pria sudra sok brahmana ini, akan tetapi dia memilih untuk tidak.
Laksana mencari jarum dalam tumpukan jerami, perbuatan yang sia-sia.
Pasti petugas keamanan itu tidak akan mempercayai ucapannya.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
〈⎳ HIATUS
Sok Sugih Ya Allah humorku anjlok
2023-10-11
1
〈⎳ HIATUS
Heh Odading Opo wi Ya Allah
2023-10-11
0
〈⎳ HIATUS
Tenang Mas Author selalu berpihak padamyuuu
2023-10-11
0