Sepenggal kisah pilu.

Bryan mendorong pintu kaca bening di hadapannya secara perlahan. Bunyi lonceng berdenting di atas pintu terdengar bersamaan saat pintu tersebut terbuka.

Para pelayan pun menoleh. Mereka mengenakan seragam celemek hitam yang terpasang di pinggang sebagai pembeda dengan para tamu yang hadir dan ingin makan di sana.

Salah satu pelayan perempuan berhijab mendekat. Perempuan manis itu sudah biasa bertemu dengan Bryan, hingga dia tahu pasti kedatangannya ke tempat tersebut tentu saja tak hanya sekedar memesan makanan atau minuman saja. Melainkan mencari keberadaan seseorang.

"Selamat siang Mas Bryan. Silakan duduk!" Pelayan manis menunjuk meja kosong yang berada di belakangnya dekat jendela yang memamerkan pemandangan taman samping penuh bunga.

Tangan berotot itu menarik kursi pelan lalu duduk. Bryan tak sedikit pun menyentuh daftar menu layaknya pengunjung lainnya, mungkin apa yang tertulis di daftar menu sudah tercatat di dalam otaknya. Matanya sedikit lincah mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.

"Di mana Senja?" tanyanya membuka suara.

"Mas Bryan mau pesan apa? Biar aku siapkan," balas gadis itu mengalihkan pembicaraan. Wanita manis teringat pesan bosnya untuk menyembunyikan apa yang tengah terjadi dari pria yang ada di hadapannya.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku Bella. Di mana Senja?" ucap Bryan kembali mengulang pertanyaannya dengan tatapan dingin menusuk.

Wanita yang bernama Bella itu menelan ludah yang susah payah mengalir dalam tenggorokannya. Otaknya berputar mencari jawaban yang pas agar dapat menyelamatkan dirinya dari amarah yang mungkin saja sewaktu-waktu akan meledak di depannya.

"Hmm ... Senja sedang pergi Mas. Beberapa hari ini dia tidak datang ke kafe ini," jawab Bella mencoba setenang mungkin.

Bryan mengernyitkan dahinya. Tatapan matanya dalam pada wajah wanita manis yang memiliki tahi lalat di ujung dagu itu. Hati kecilnya mendapati keraguan atas jawaban yang diberikan.

"Apa alasannya dia tidak datang? Bukankah biasanya Senja rajin datang ke kafe. Apa ada masalah atau dia sakit?"

Bella menggelengkan kepala pelan. "Aku tidak tahu Mas Bryan. Senja tidak mengatakan apa-apa."

"Tapi aku tidak menemukannya di rumahnya ataupun rumah bosmu itu. Ponselnya pun tak dapat di hubungi!" cecar Bryan kembali. Dia masih tak puas atas jawaban yang dirinya terima.

"Senja hanya mengatakan kalau dia ada urusan sedikit, Mas. Dan dia juga bilang jangan khawatir pada kami semua. Sepertinya Senja dapat pekerjaan baru. Iya ... Dia bilang kemarin dia ada kerjaan baru yang gajinya cukup lumayan," jelas Bella sedikit berbohong.

Senja memang pernah mengatakan ingin mencari pekerjaan sampingan setelah gadis itu keluar dari tempat kerjanya yang sebelumnya. Namun Bella tak tahu Senja sudah mendapatkan atau belum.

Pandangan mata Bryan berubah kecewa. Sudah beberapa hari dirinya tidak bertemu dengan wanita yang kini tengah mengisi penuh relung hatinya hingga tak bersisa. Terakhir pria itu bertemu dua minggu yang lalu di mana dia harus pergi ke luar kota karena tugas kantor.

Waktu itu pun mereka berdua masih bisa berhubungan melalui ponsel dengan baik. Tetapi berbeda dengan beberapa hari belakangan ini. Senja tak hanya sulit dihubungi, wanita itu juga tak dapat dia temui.

"Di mana Ginela?" tanya Pria berkemeja biru itu kembali. Bryan menyenderkan punggungnya yang terasa pegal ke sandaran kursi. Ramai pengunjung yang memenuhi kafe membuat suara di ruangan itu terdengar sedikit berisik bagai tawon yang berdengung.

"Bos lagi keluar, Mas. Belanja kebutuhan kafe di suplayer," jawab Bella cepat. Dalam hati dia memohon pada Tuhan atas dosa yang telah dia buat siang ini karena sudah beberapa kali berbohong dalam hitungan detik saja.

"Soalnya ini suplayer baru, sedangkan yang lama tak bisa masuk barang karena ada sesuatu yang aku pun tak tahu. Jadi Mbak Ginela perlu mengecek barangnya langsung sebelum di kirim," lanjut Bella menjelaskan agar lebih menyakinkan karena melihat raut tak percaya Noah.

"Ya sudah. Buatkan aku minuman dan cemilan seperti biasa!" pinta Noah akhirnya. Dia butuh sesuatu untuk membuat dirinya sedikit rileks dari ketegangan hati.

"Baik Mas. Capuccino latte dan warffle bergian tanpa taburan gula halus. Akan aku siapkan," ucap Bella memastikan pesanan Noah sebelum berlalu pamit pergi dengan lega.

Bryan kembali mengeluarkan ponselnya. Dia menghubungi seseorang yang menurutnya pasti tahu dengan pasti di mana keberadaan Senja.

Kedua rahang Bryan mengeras, lagi-lagi hanya suara operator yang menyapanya untuk kesekian kali. Dia kembali gelisah, hingga tak memperdulikan pelayan yang kembali hadir untuk menghidangkan pesanannya.

"Ada apa dengan mereka berdua. Kenapa kompak sekali susah untuk dihubungi," rutuknya seorang diri.

Senja sudah seperti obat yang membuatnya candu. Tak bertemu Senja selama beberapa hari sudah membuatnya kelabakan. Bryan rindu senyum yang selalu membuat hatinya menghangat.

Bryan meraih gelas minuman di hadapannya. Meminumnya dengan pikiran yang sedang berperang di dalam kepala. Lelaki tinggi itu mencoba mengingat pertemuan terakhir mereka, apa ada kesalahan yang telah dia lakukan tanpa sengaja membuat Senja menjauhinya. Namun Bryan merasa dirinya tak melakukan kesalahan apa pun.

Jika Bryan masih pusing mencari jawaban apa yang tengah dirinya pikirkan. Di lain tempat, Senja justru tengah gelisah menungggu kedatangan sahabatnya Ginela. Senja tak memiliki pilihan lain selain menghubungi satu-satunya teman yang dia miliki.

Ginela membuka pintu cepat. Nafasnya yang terengah-engah cukup menjelaskan jika dia datang dalam keadaan terburu-buru. Rasa cemas di hati Ginela kini sirna tergantikan rasa senang melihat kondisi Senja yang baik-baik saja.

Senja yang sedang berbaring menatap langit-langit kamar sontak langsung menoleh. Dia langsung menegakkan punggungnya dan tersenyum.

"Gi, aku pikir kamu nggak akan datang?" sapa Senja senang.

Ginela mendekat dan langsung memeluk sahabatnya itu. Mereka berdua seakan sudah terpisah dalam waktu yang cukup lama saja.

"Bagaimana mungkin aku tak datang setelah mendengar kabar darimu. Aku justru tak bisa tidur karena terus memikirkanmu," jawab Ginela jujur seraya menguraikan pelukan mereka.

Hati Senja tak hanya menghangat, tapi dadanya dipenuhi perasaan bahagia hingga tak sadar dia menitikkan air mata. Cengeng sekali dia.

Di saat hidupnya kacau dan tak tahu harus bergantung pada siapa, hadir seseorang yang selalu ada untuknya. Ginela yang tersenyum lembut padanya saat ini, bak malaikat yang turun dengan karunianya.

Ginela menanyakan pada Senja apa saja yang terjadi padanya saat itu. Pikirannya saat ini terus bergelut membayangkan hal terburuk yang mungkin saja menimpa gadis dengan wajah pucat yang ada di hadapannya itu. Senja tentu saja menjawab semua rasa penasaran Ginela tanpa ada yang dia sembunyikan.

"Benarkah? Sungguh kamu tidak di apa-apa kan sama mereka?" tanya Ginela menyelidik. Bukan berarti dia tak percaya pada Senja, namun terkadang gadis itu sanggup menyembunyikan deritanya hanya untuk tidak membuatnya cemas.

"Aku tak bohong. Tuhan masih sayang padaku sehingga aku berhasil kabur dan diselamatkan seseorang hingga berakhir di rumah sakit ini," jelas Senja membuat Ginela bernapas lega

"Untunglah. Kau tahu, sejak kejadian itu aku tak bisa tidur tenang. Tapi sekarang aku nggak perlu khawatir lagi."

"Tapi, Gi. Aku masih takut jika nanti Papa datang dan menangkapku lagi. Ka-karena aku su-sudah membunuh lelaki tua itu." aku Senja terbata.

Tubuhnya mulai bergetar mengingat kejadian malam terkutuk yang telah dia lalui.

"Apa! Kamu membunuh seseorang? Kok bisa?" Jantung Ginela terasa mau copot.

Senja belum menceritakan bagian itu. Hari ini Ginela mendapatkan dua kali kejutan, satu kejutan bahagia bisa bertemu dengan Senja. Sementara satunya lagi, kejutan yang membuatnya menelan ludah.

"Maksudku ... apa kamu yakin orang itu mati? Bisa saja kan dia cuma pingsan!" tanya Ginela kembali untuk memastikan.

"Hik ... hik!" Bukannya menjawab Senja justru menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sembari menangis terisak. Ginela langsung kembali memeluk tubuh sahabatnya. Kali ini Senja yang begitu tegar terlihat begitu rapuh.

Gadis yang selalu menutupi kesedihannya dengan senyuman kini bahkan tak mampu untuk menegakkan kepalanya sendiri. Sakit, perih dan malu. Tak ada perumpamaan yang mampu menggambarkan bagaimana rasa hati Senja.

"It's ok. Jangan takut, kamu tidak sendirian, ada aku di sini. Aku akan selalu menolongmu. don't cry, ok!" bujuk Ginela lembut. Senja semakin mengeratkan pelukannya. Senja semakin terisak pilu.

Jika orang lain yang tak memiliki hubungan keluarga dengannya saja mampu menjaganya seperti ini. Lalu kenapa lelaki yang seharusnya menjadi tempatnya bersandar justru tega menyakiti hatinya hingga hancur berderai?

"Terima kasih, Gi. Terima kasih karena kamu selalu ada untukku. Aku tak akan pernah tahu bagaimana nasibku jika tak ada kamu. Mungkin aku kan memilih untuk mati saja," ujar Senja putus asa.

Ginela kembali mengurai pelukan mereka. Dia mengusap lembut air mata yang membanjiri pipi putih Senja yang pucat

"Husttt ... jangan bicara seperti itu. Tak baik. Sekarang yang terpenting kamu baik-baik saja."

Ginela pun ikut menitikkan air mata melihat kesedihan sahabatnya. Mungkin takdir begitu kejam pada Senja, menghadirkan badai yang tak berkesudahan hingga dirinya tak mampu lagi untuk tertawa. Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang mendengarkan dalam diam apa yang mereka bicarakan dari balik pintu.

Sosok itu tertegun dengan segala yang tengah berputar di dalam benaknya. Apa yang orang itu dengar saat ini adalah hal yang tak pernah dirinya sangka.

"Jadi dia di jual oleh ayahnya sendiri dan hampir diperkosa? Kenapa dia diam saja dan tak melapor justru malah bungkam. Apa dia malu atau takut?" gumam sosok itu berasumsi sendiri. Dia seakan tak percaya ada seorang Bapak yang sekejam itu pada anak kandungnya sendiri.

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

kasihan Bryan, mencintai Senja yg tanpa dia tau kalo dia mencintai adiknya sendiri 😔

2024-03-09

0

Ulfa Zumaroh

Ulfa Zumaroh

jadi Brian cinta sama senja...wah itu adikmu sendiri

2023-10-05

0

lihat semua
Episodes
1 Jangan jual aku Papa!
2 Berlari sejauh mungkin.
3 Nasib badan.
4 Bumerang
5 Pertemuan yang tak menyenangkan.
6 15 ribu vs 186 juta!
7 186 juta bukan 186 ribu!
8 Dijual cepat tanpa perantara.
9 Pertemuan kedua.
10 Sebatang kara.
11 Tak bisa berkutik.
12 Rasa yang tersimpan.
13 Sepenggal kisah pilu.
14 Mendadak menjadi hutang.
15 Makan hati
16 Hati yang terasa penat.
17 Kembali ke neraka.
18 Cemburu itu cinta.
19 Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20 Hati yang menderita.
21 Tiga saudara beda watak.
22 Firasat Buruk.
23 Mimpi buruk yang terulang.
24 Buntu Akal.
25 Kesepakatan yang terjalin.
26 Akulah Senja.
27 Aku mau putus.
28 Tak rela.
29 Cinta itu menyiksa.
30 Olah raga jantung di pagi hari.
31 Panas tapi bukan api.
32 Nasehat teman.
33 Nenek tua yang ikut campur.
34 Memulai rencana.
35 Jangan sebut namanya di depanku!
36 Jiwa yang terguncang.
37 Kenyataan yang menyakitkan.
38 Maju satu langkah.
39 Cari-cari kesempatan.
40 Butir bening di ujung mata.
41 Menagih janji
42 Sepenggal kisah masa lalu.
43 Misi pertama.
44 Menang sebelum perang.
45 Sebuah lamaran.
46 Cinta yang rumit.
47 Kekhawatiran Senja.
48 Penolakan Jelita
49 Sikap yang mulai berubah.
50 Ungkapan kasih sayang.
51 Protes Yonna akan sikap Jelita.
52 Terbongkarnya Rahasia.
53 Penolakan Bryan.
54 Masalah Baru yang Muncul.
55 Tabir Masa Lalu.
56 Di Mana Dia?
57 Suara Hati Ginela.
58 Ada Apa dengannya?
59 Seandainya!
60 Terima Kasih Luka.
61 Luka Itu Perih.
62 Campur Tangan Jelita.
63 Merubah Haluan Hati.
64 Cinta Itu Luka
65 Sabar dan Tahan!
66 Balada Black Card.
67 Jatuh Dapat Bonus.
68 Penilaian Sebatas Mata.
69 Liontin Kenangan.
70 Planning Orang Tua.
71 Memulai Rencana.
72 Pagi yang Menggemparkan.
73 Tidur Bersama.
74 Sidang Dosa.
75 Jatuh Tertimpa Tangga.
76 Dilema Hati.
77 Pelampiasan Hati.
78 Singa Salah Kandang.
79 Keterkejutan Yonna.
80 Ultimatum Seorang Ibu.
81 Ayo Memulainya dari Awal!
82 Hari Pernikahan.
83 Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84 Menuntut Talak.
85 Hati yang membiru.
86 Mutasi.
87 Duka Nestapa.
88 Hilang sandaran hidup.
89 Ada yang panas.
90 Fakta yang Mengejutkan
91 Kenyataan itu luka.
92 Rumah tangga sakinah.
93 Liburan ke Eropa.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Jangan jual aku Papa!
2
Berlari sejauh mungkin.
3
Nasib badan.
4
Bumerang
5
Pertemuan yang tak menyenangkan.
6
15 ribu vs 186 juta!
7
186 juta bukan 186 ribu!
8
Dijual cepat tanpa perantara.
9
Pertemuan kedua.
10
Sebatang kara.
11
Tak bisa berkutik.
12
Rasa yang tersimpan.
13
Sepenggal kisah pilu.
14
Mendadak menjadi hutang.
15
Makan hati
16
Hati yang terasa penat.
17
Kembali ke neraka.
18
Cemburu itu cinta.
19
Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20
Hati yang menderita.
21
Tiga saudara beda watak.
22
Firasat Buruk.
23
Mimpi buruk yang terulang.
24
Buntu Akal.
25
Kesepakatan yang terjalin.
26
Akulah Senja.
27
Aku mau putus.
28
Tak rela.
29
Cinta itu menyiksa.
30
Olah raga jantung di pagi hari.
31
Panas tapi bukan api.
32
Nasehat teman.
33
Nenek tua yang ikut campur.
34
Memulai rencana.
35
Jangan sebut namanya di depanku!
36
Jiwa yang terguncang.
37
Kenyataan yang menyakitkan.
38
Maju satu langkah.
39
Cari-cari kesempatan.
40
Butir bening di ujung mata.
41
Menagih janji
42
Sepenggal kisah masa lalu.
43
Misi pertama.
44
Menang sebelum perang.
45
Sebuah lamaran.
46
Cinta yang rumit.
47
Kekhawatiran Senja.
48
Penolakan Jelita
49
Sikap yang mulai berubah.
50
Ungkapan kasih sayang.
51
Protes Yonna akan sikap Jelita.
52
Terbongkarnya Rahasia.
53
Penolakan Bryan.
54
Masalah Baru yang Muncul.
55
Tabir Masa Lalu.
56
Di Mana Dia?
57
Suara Hati Ginela.
58
Ada Apa dengannya?
59
Seandainya!
60
Terima Kasih Luka.
61
Luka Itu Perih.
62
Campur Tangan Jelita.
63
Merubah Haluan Hati.
64
Cinta Itu Luka
65
Sabar dan Tahan!
66
Balada Black Card.
67
Jatuh Dapat Bonus.
68
Penilaian Sebatas Mata.
69
Liontin Kenangan.
70
Planning Orang Tua.
71
Memulai Rencana.
72
Pagi yang Menggemparkan.
73
Tidur Bersama.
74
Sidang Dosa.
75
Jatuh Tertimpa Tangga.
76
Dilema Hati.
77
Pelampiasan Hati.
78
Singa Salah Kandang.
79
Keterkejutan Yonna.
80
Ultimatum Seorang Ibu.
81
Ayo Memulainya dari Awal!
82
Hari Pernikahan.
83
Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84
Menuntut Talak.
85
Hati yang membiru.
86
Mutasi.
87
Duka Nestapa.
88
Hilang sandaran hidup.
89
Ada yang panas.
90
Fakta yang Mengejutkan
91
Kenyataan itu luka.
92
Rumah tangga sakinah.
93
Liburan ke Eropa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!