"Ok my little Girls, sebentar lagi kesayanganmu ini akan sampai," ujar lelaki berambut hitam kebiruan dengan gaya merayunya yang khas, pada gadis yang ada di seberang sana lewat bluetooth yang terpasang di telinga.
Matanya fokus pada jalan raya yang tidak terlalu ramai. Tak jauh mendekati taman kota, dia mulai merasakan ada yang tak beres pada mobilnya.
"My little Girls, aku tutup dulu. Sepertinya ada masalah dengan mobilku," jelas lelaki yang tak lain adalah Noah tersebut.
Noah memastikan sambungan teleponnya secara sepihak tanpa menunggu jawaban. Dia menepikan mobilnya segera.
Di sekitar taman ada dua pemuda yang tengah duduk. Pakaiannya mereka berantakan dan juga pandangan mata mereka sayu menatap ke arah mobil hitamnya.
Lelaki tinggi putih itu keluar, matanya membulat dengan hati yang kesal saat mendapati ban mobil sebelah kiri bagian belakang kempes begitu saja.
"Sial! Bisa-bisanya kempes di tempat seperti ini! Di sekitar sini mana mungkin ada bengkel mobil," sungutnya seorang diri.
Noah kembali menyibakkan rambut biru kehitamannya secara kasar. Matanya mengedar melihat ke sekeliling hingga pandangannya terpatri pada dua orang pemuda berandalan yang masih santai dengan batang rokok di tangan.
Salah satu pemuda yang sedari tadi duduk membuang puntung rokoknya ke tanah kemudian menginjaknya kasar. Kemudian berbisik pada temannya membuat sudut bibir temannya terangkat membentuk sebuah seringai.
Mereka berdua pun berdiri mendekati Noah. Entah apa yang mereka rencanakan.
"Ada apa Bro? Ada yang bisa kami bantu?" sapa si tindik hitam di telinga kiri.
Noah sontak menoleh. Memperhatikan dua orang di hadapannya dengan ragu.
"Ban mobilku bocor. Apa kalian bisa membantuku untuk mengganti ban itu dengan ban serep. Nanti akan aku berikan uang upah," tawar Noah setelah berpikir sejenak.
Dia tentu tak memakai tenaga orang lain secara gratis dan juga tak mungkin dirinya mengganti ban mobil itu seorang diri, pastinya pakaiannya akan kotor.
Padahal dirinya berencana menemui seorang wanita yang dekat dengannya beberapa bulan terakhir ini. Wanita itu ulang tahun dan untuk menyennagkan hati kekasihnya tersebut, Noah membelikan sesuatu yang pasti akan disukai oleh banyak wanita.
"Boleh!" jawab mereka berdua serentak dan saling melempar pandangan penuh arti.
Noah berjalan menuju bagasi belakang bersama pria bertindik untuk mengambil peralatan montir yang dibutuhkan beserta ban serep yang sempat ia lihat ada di belakang. Melihat penampilan keduanya sempat terbesit keraguan di hatinya. Namun keadaan sekitar yang sepi membuatnya tak ada pilihan lain.
Saat melihat Noah lengah. Pria yang bertindik itu memberi kode pada temannya untuk melihat ke arah kaca mobil bagian depan yang terbuka setengah.
Pria kurus dengan wajah penuh jerawat itu pun menjulurkan tangan mengambil paperbag kecil yang tergeletak begitu saja di atas kursi sebelah kemudi.
Tangan hitam dekilnya begitu lincah mengeluarkan isi dari paperbag itu, seraya matanya sesekali melirik Noah yang masih berkutat di depan bak bagasi mobil bersama temannya.
Mata pemuda kurus itu melebar sempurna melihat sebuah kalung panjang dengan mainan batu permata berbentuk huruf V yang menyatu langsung pada rantai. Kilau batu permata yang ada di kalung itu begitu menggoda mata.
"Berlian," tebak pemuda itu seraya tersenyum lebar. Layaknya perompak yang menemukan mangsa besar. Pemuda kurus itu memberi kode pada temannya apa yabg telah mereka dapatkan.
Noah melirik. Dia yang merasa curiga langsung bergegas bergeser dari depan bagasi mobilnya.
"Ada apa Bro? Ayo kita bongkar ban mobilmu," ujar pria bertindik berbasa-basi. Di tangannya sudah ada ban serep dan kunci-kunci.
Noah memicingkan matanya menatap sesuatu yang pria kurus itu sembunyikan di balik punggungnya.
"Keluarkan yang kamu sembunyikan di belakang punggungmu itu!" Noah maju secara perlahan dengan tatapan tajam. Pria kurus itu mundur dan melirik temannya yang ada di belakang Noah.
Dalam hitungan ketiga. Pria bertindik melemparkan ban ke arah Noah hingga tubuh Noah terjatuh. Lalu mereka berdua pun berlari dengan cepat.
Noah yang terduduk di aspal tersentak melihat paperbag yang begitu ia kenal.
"Hey! Kembalikan perhiasan itu. Sial!" umpat Noah kesal. Dia langsung berdiri dan mengejar mereka dari belakang dengan cepat.
Sesampainya di persimpangan dua orang itu berpencar untuk pengalihan. Noah tidak bodoh, dia tanda pemuda mana yang memegang barangnya. Tentu saja dia mengikuti pemuda yang memegang perhiasan miliknya.
Buk!
Di tengah jalan Noah tak sengaja menumbur seorang gadis yang melintas di hadapan mereka hingga plastik yang dipegang gadis itu pun terjatuh.
Noah tak memperdulikan gadis itu, dia langsung berdiri dan tak sengaja menginjak sesuatu di tanah. Namun matanya tetap awas menatap pencuri itu agar tidak lepas.
Noah merasa rugi jika kalung yang dia beli dengan harga puluhan juta raib begitu saja.
"Nasi 15 ribuku!" seru Senja histeris.
Matanya menatap tak terima pada bungkusan yang dia bawa tadi telah gepeng dengan isi yang keluar berantakan. Kemudian matanya dengan cepat beralih pada lelaki yang masih berlari mengejar pria di depannya.
Reflek Senja mengambil bungkus itu cepat dan ikut berlari mengejar mereka dari belakang. Pernah memenangkan kejuaran lari jarak jauh tingkat provinsi saat dibangku SMP membuat Senja tak kesulitan untuk mengejar mereka dengan kaki jenjangnya.
"Hey breng-sek! Jangan lari!" teriak Senja kesal. Dua lelaki itu tak menoleh seakan suaranya tersapu angin begitu saja.
Dengan kekuatan penuh Senja melemparkan bungkusan nasi itu ke arah depan. Seperti ujung tombak yang melesat jauh dan tepat mengenai pada buruan.
Buk!
"Rasakan lelaki breng-sek!" teriak Senja puas.
Noah seketika berhenti saat merasakan sesuatu menghantam kepala belakangnya.
Tak terlalu kuat hanya saja harga dirinya yang tersentil. Noah menoleh ke belakang dan menatap Senja tajam, seperti seekor singa yang marah karena telah diganggu tudurnya.
"Apa kamu gila? Apa yang kamu lakukan, hah!" sungutnya berbalik menghampiri.
"Jika aku gila berarti kamu lelaki setan yang tak tahu sopan santun yang pernah aku temui. Kamu tahu, karena kamu nasi milikku terinjak dan tak dapat di makan. Sementara kamu tak sedikit pun meminta maaf padaku!" balas Senja tak kalah menantang.
Noah mengedarkan pandangan mencari benda yang disebutkan Senja. Ia berdecih melihat bungkusan putih dengan isi dalamnya yang telah tercerai berai berantakan di tanah.
"Bungkusan murahan itu yang kamu lemparkan ke kepalaku? Lancang sekali kamu. Apa kamu tahu barang milikku yang dicuri thug itu jauh lebih beharga berpuluh-puluh kali lipat. Dan karena kamu ba-jingan itu pergi!" ujar Noah murka. Wajahnya meemrah bagai bara api yang menyala.
"Loh ... loh. Kenapa jadi kamu yang menyalahkan aku, emang itu kesalahanku? Kamu yang menabrakku hingga bungkus nasi yang sedang aku pegang tadi jadi terjatuh kemudian kamu injak hingga hancur!" debat Senja tak mau kalah.
Rasa laparnya tertutupi dengan amarah, tubuh lemasnya seolah tercas secara tiba-tiba karena rasa kesal yang melanda.
Senja tak merasa dirinya salah, tentu saja dia tak terima jika dipojokkan. Sementara Noah yang dianggap tersangka justru tak meminta maaf sedikit pun padanya.
"Dasar wanita, sudah salah tak mau disalahkan. Coba saja kamu tidak melemparku dengan bungkusan sampah itu. Maka penjahat itu tidak akan kabur membawa perhiasan yang akan aku hadiahkan pada seseorang. Apa kamu tahu berapa harga perhiasan itu?" geram Noah tak terbendung lagi.
Andai saja yang dihadapannya saat ini bukanlah wanita, mungkin tangannya sudah melayang ke udara dan mendarat pada wajah untuk pelampiasan rasa jengkelnya.
Suaranya bass miliknya naik dua oktaf lebih tinggi sukses membuat Senja tercengang.
"Kenapa jadi pria itu yang lebih galak darinya?" pikir Senja yang tak menyangka.
"Memangnya berapa?" tanya Senja bersikap arogan hanya untuk menutupi rasa cemas di dada. Kalau sudah berbau dengan uang, jantung gadis itu selalu memompa dengan cepat.
"Seratus delapan puluh enam juta! Aku tidak mau tahu, itu semua harus kamu ganti atau kalau tidak ...," Noah menjeda ucapannya sejenak. Melihat ekspresi wajah Senja yang terkesiap membuatnya tersenyum sinis.
"A-apa? Seratus delapan puluh enam juta?" Senja terkejut mendengar nominal yang menurutnya fantastis hanya untuk sebuah harga kalung.
Gadis itu mulai menghitung dengan kedua jarinya nominal uang yang Noah sebutkan. Dalam hati dia panik, ginjalnya dijual baru bisa menutupi uang sebanyak itu yang tak pernah dia pegang.
Jangankan megang uang banyak, untuk makan beberapa hari ke depan saja dia masih bingung bagaimana mendapatkannya.
"Nggak, ini kan bukan salahku. Jadi kenapa harus aku yang menggantinya. Ogah!" sanggah Senja cepat berusaha menyelamatkan diri dari tuntutan ganti rugi.
"Oh, jadi kamu mau lepas dari tanggung jawab. Apa mau aku lanjutkan urusan ini hingga ke kantor polisi, agar polisi itu juga yang memastikan kamu benar atau salah!" ancam Noah kembali.
Lelaki itu menekan setiap kalimat yang dia lontarkan pada Senja hingga membuat tubuh ramping gadis itu sedikit gemetaran.
"Mati aku! Kalau sampai ke kantor polisi, bagaimana nasibku selanjutnya? Tuhan, belum selesai masalah satu. Sudah datang masalah lainnya!" batin Senja gusar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Alivaaaa
Noah ketemu jodoh sesungguhnya ya, yg dari bayi udah di cap miliknya Noah 🤭🤣🤣🤣
2024-03-09
0
Nurhasanah
mgkn kah senja anak gisel..kan td santoso bilg istri y mandul
2023-10-17
0
Hasbi Asidiqi
noah ketemu jodohnya......
2023-10-16
0