Dijual cepat tanpa perantara.

Pria tua itu menyeringai menatap Senja. Dia tak datang seorang diri. Namun bersama pria hitam tinggi di sebelahnya yang memakai perban di kepala.

Mereka berdua sudah seharian menunggu di luar kafe dari balik pohon rindang agar tak mudah ketahuan orang lain.

"Tunggu apalagi kau Jon. Bawa gadis nakal ini sekarang juga!" titah pria itu yang tak lain adalah Santoso.

Pria hitam itu pun bergegas mendekat, dia langsung mengambil alih mencengkram erat tangan Senja hingga gadis berkemeja kotak berwarna kuning itu meringis.

"Papa!" seru Senja tak percaya jika Santoso akan menemukannya secepat itu. Walau itu bukanlah hal yang mustahil  bagi lelaki tua licik seperti Santoso.

"Mau lari kemana lagi kamu, gadis cantik? Sekarang kamu ikut dengan kami!" ujar Joni. Senyum di bibir hitam pekat itu membuat Senja jijik.

Senja memberontak. Tetapi semakin dia mencoba untuk melepaskan diri, maka semakin kuat pula tangan kasar Joni mencengkram lengannya. Tangan ramping itu terasa remuk.

Ginela sempat terpaku di tempat untuk sesaat. Namun suara Senja spontan membuyarkan lamunannya. dia dengan berani mendekati Joni serta menepis tangan lelaki itu kuat. Tetapi ternyata tenaganya kalah kuat dari tenaga pria yang menatapnya mengejek.

Santoso menatap Ginela gram. Tatapan matanya seakan ingin ******* tubuh gadis berambut pendek tersebut hingga hancur karena sudah berani ikut campur urusan.

"Diam kamu! Atau kamu mau aku menyuruh anak buahku yang lain untuk menghancurkan tempatmu ini sekalian!" ancam Santoso berang.

Ginela reflek menggelengkan kepala pelan mengeras suara berat Santoso yang menusuk telinga menjalar ke hati dan mendatangkan ketakutan yang mendera. Dia ingin mundur, tetapi dia juga tak tega menatap binar mata meminta tolong Senja padanya.

"Pa, lepaskan aku. Aku mohon lepaskan aku!" Senja meronta-ronta. Kakinya tertahan di semen paping blok, sementara tangan satunya lagi menggengam tangan Ginela erat.

"Om, lepaskan Senja. Lepaskan dia atau aku akan panggil orang-orang untuk mengusir Om dari sini!" ancam Ginela berani. Dia tak bisa hanya diam saja melihat sahabatnya dibawa dengan paksa ke tempat yang tentunya akan membuat hidup Senja hancur berantakan.

Joni menghentikan aksinya menarik tangan Senja. Dia pun berbalik dan melepaskan tangan Senja setelah mendapatkan kode dari bosnya.

Senja bernapas lega sesaat sembari mengusap lengannya yang memerah, Jejak tangan Joni terlihat tergambar melingkar dengan jelas di pergelangan tangannya. Senja mengernyit hatinya sedikit curiga. Mana mungkin papanya yang kejam mau berbelas kasih padanya dengan begitu mudahnya.

Santoso menarik sudut bibirnya ke atas menjadi sebuah lengkungan yang cukup membuat siapa saja yang melihat merinding, dia kembali menatap penuh makna pada Joni.

Joni yang paham langsung berbalik arah mendekat wanita berambut pendek tersebut, tentu Ginela bergerak mundur perlahan melihat tatapan Joni yang terlihat begitu kejam.

Brak!

"Arkkkhhh," Senja menjerit tercekat melihat Joni yang begit cepat melayangkan tangannya pada leher bagian bawah dekat bahu Ginela hingga tubuh sahabatnya terkapar begitu saja di tanah.

"Itu balasan untuk gadis sok tahu dan suka ikut campur sepertinya," ujar Santoso puas.

Pria tinggi hitam kembali beralih mendekati tubuh Senja yang gemetar. Gadis itu berjalan mundur dengan tatapan yang begitu awas, matanya menatap kafe yang jaraknya sedikit jauh dari mereka.

Anehnya tak ada satu pun yang menatap ke arahnya. Jalanan yang biasanya begitu ramai kini pun tampak begitu sepi tanpa adanya satu kendaraan pun yang lewat.

"Stop di situ atau aku akan berteriak. Arkkk!" ujar Senja mengancam.

Belum sempat Senja melarikan diri, Santoso sudah lebih dulu membekap mulutnya dari belakang dengan sapu tangan yang sudah dia persiapkan sebelumnya.

Tak berapa lama, Senja yang berontak kini mulai kehilangan kesadarannya akibat bau yang begitu menusuk hidungnya.

Melihat tubuh Senja yang lemas tak berdaya, Santoso langsung mengangkat tubuh putrinya dengan mudah ke dalam mobil dengan cepat sebelum ada orang-orang yang menyadarinya.

~ ~ ~

Bulu mata lentik Senja terangkat secara perlahan. Salah satu tangannya memegangi kepala yang terasa berdentum kuat. Senja meringis. Namun detik kemudian dirinya terperanjat dengan kenyataan yang mengguncang jiwanya.

Hal pertama kali yang dia lihat di depan matanya adalah sesosok lelaki tua dengan perut buncit yang kini tengah berusaha menghimpit tubuhnya.

Senja terasa sesak, sesuatu yang mengeras di bawah sana dan terasa menekan pusat intinya membuat Senja histeris.Pandangan mata lelaki itu di penuhi kabut dan seakan siap untuk menerkamnya.

"Kamu sudah bangun Baby! Baguslah, permainan ini akan jauh lebih menyenangkan jika kamu sadar seperti ini," ucap lelaki itu terdengar begitu menjijikkan di telinga.

Senja mual. Akan tetapi kepanikan melanda gadis itu. Ketakutan akan kehormatan yang sebentar lagi hanya tinggal penyesalan membuatnya berpikir keras untuk bebas, seraya berusaha mendorong tubuh lelaki yang pantas menjadi bapaknya itu menyingkir dari atas tubuhnya.

Bagian bawah yang semakin mengeras dan mendorong masuk cukup membuat alam bawah sadar Senja sontak mengirimkan alarm pertanda bahaya. Untung saja saat ini Senja masih menggunakan penutup bawah walau bagian atasnya sudah tak tertutup helaian benang.

"Oh ... ternyata gadis cantik ini ingin memberontak, tapi sayangnya malam ini kamu tak bisa pergi kemana-mana selain menjerit nikmat di bawahku," ucap lelaki itu kembali seraya terkekeh. Memuakkan.

Tubuh Senja bergetar dengan rasa sesak yang memenuhi dadanya. Matanya kian berkaca-kaca. Harga dirinya terkoyak tak tersisa.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku tak rela kehormatan yang aku jaga seumur hidupku ini harus hilang terenggut oleh lelaki bau tanah dan jelek ini. Bantu aku Tuhan," batin Senja menjerit.

Jika 'mati' adalah pilihan akhir, maka Senja akan melakukan dengan senang hati tanpa adanya penyesalan daripada dirinya hidup dalam kehinaan.

Senja semakin liar memberontak dengan mengalihkan wajahnya ke kiri dan ke kanan saat lelaki tua berusaha mencumbunya dengan paksa. Peluh membasahi pelipis dengan rasa mual yang bergejolak di perutnya.

"Lepaskan aku pak tua! Kau benar-benar menjijikkan! Lepaskan aku!" maki Senja dengan suara yang meninggi.

Bukannya tersinggung lelaki tua dengan perut buncit itu justru tertawa berderai. Dia tak peduli, yang terpenting sebentar lagi dia akan mereguk kenikmatan akan indahnya tubuh gadis di bawahnya. Pusat inti pria itu semakin berdenyut ingin segera di tuntaskan.

"Aku yakin kau akan menarik ucapanmu memanggilku dengan sebutan Pak tua setelah merasakan kepuasan berada di bawahku, gadis cantik. Gadis cantik liar seperti ini membuatku semakin berga-irah."

Lelaki itu semakin gencar mencumbunya. Tangan nakal itu pun semakin liar meremas gunung kembarnya yang membuat Senja semakin takut.

Tak sengaja pandangan matanya menangkap sebuah lampu hias yang ada di atas nakas tak jauh dari tubuhnya. Tak banyak pikir panjang, Senja langsung mengambil benda keras tersebut dengan susah payah, kemudian menghempaskannya secara kuat ke atas kepala lelaki tua bangka.

"Arggkk!" Lelaki tua menjerit. Pria buncit beranjak dari tubuh Senja seraya memegang kepalanya yang mulai mengalir darah segar hingga ke pelipis.

Senja pun berdiri. Pandangan matanya terserobok dengan pandangan lelaki tua itu yang kini tengah menatapnya tajam sembari menahan rasa nyeri.

"Dasar ja-lang. Beraninya kamu melukaiku!" ujar pria tua itu geram.

Gerakan pria itu yang hendak beranjak menjauh dari ranjang cukup membuat Senja semakin panik. Senja takut jika lelaki buruk tersebut memanggil orang lain atau anak buahnya yang mungkin saja berdiri di luar sana dan kembali mengurungnya.

Mata Senja bergerak liar memandangi seluruh penjuru ruangan tanpa memperdulikan kondisinya yang masih setengah telanjang. Dia mencari sesuatu yang dapat dijadikan senjata untuk melindungi diri.

Laci nakas yang menarik perhatiannya langsung Senja tarik hingga terlepas dari tempatnya. Dia menggunakan laci yang terbuat dari kayu untuk memukul kepala pria tua kembali tak kalah kerasnya. Dua kali hentakan cukup membuat pria tua terkapar di atas lantai tak berdaya. Darah semakin bersimbah deras.

Dada Senja naik-turun dengan cepat. Nafasnya pun terdengar terengah-engah dengan keringat dingin yang mengalir di pelipis. dia sudah seperti pembunuh berdarah dingin yang sadis. Darah yang memercik ke wajahnya membawa aroma amis yang juga menguar di seluruh penjuru ruangan.

Cahaya rembulan yang masuk melalui hordeng jendela membuat malam itu terasa begitu mencekam.

"A-apa di-dia mati?" lirih Senja dengan tubuh bergetar. Sontak Senja menghempaskan benda di tangannya ke bawah begitu saja.

"A-aku bukan pem-pembunuh. Ti-dak, bu-bukan aku pembunuhnya!" gumam Senja terbata dengan derai air mata yang membasahi wajah.

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

kasihan Senja

2024-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Jangan jual aku Papa!
2 Berlari sejauh mungkin.
3 Nasib badan.
4 Bumerang
5 Pertemuan yang tak menyenangkan.
6 15 ribu vs 186 juta!
7 186 juta bukan 186 ribu!
8 Dijual cepat tanpa perantara.
9 Pertemuan kedua.
10 Sebatang kara.
11 Tak bisa berkutik.
12 Rasa yang tersimpan.
13 Sepenggal kisah pilu.
14 Mendadak menjadi hutang.
15 Makan hati
16 Hati yang terasa penat.
17 Kembali ke neraka.
18 Cemburu itu cinta.
19 Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20 Hati yang menderita.
21 Tiga saudara beda watak.
22 Firasat Buruk.
23 Mimpi buruk yang terulang.
24 Buntu Akal.
25 Kesepakatan yang terjalin.
26 Akulah Senja.
27 Aku mau putus.
28 Tak rela.
29 Cinta itu menyiksa.
30 Olah raga jantung di pagi hari.
31 Panas tapi bukan api.
32 Nasehat teman.
33 Nenek tua yang ikut campur.
34 Memulai rencana.
35 Jangan sebut namanya di depanku!
36 Jiwa yang terguncang.
37 Kenyataan yang menyakitkan.
38 Maju satu langkah.
39 Cari-cari kesempatan.
40 Butir bening di ujung mata.
41 Menagih janji
42 Sepenggal kisah masa lalu.
43 Misi pertama.
44 Menang sebelum perang.
45 Sebuah lamaran.
46 Cinta yang rumit.
47 Kekhawatiran Senja.
48 Penolakan Jelita
49 Sikap yang mulai berubah.
50 Ungkapan kasih sayang.
51 Protes Yonna akan sikap Jelita.
52 Terbongkarnya Rahasia.
53 Penolakan Bryan.
54 Masalah Baru yang Muncul.
55 Tabir Masa Lalu.
56 Di Mana Dia?
57 Suara Hati Ginela.
58 Ada Apa dengannya?
59 Seandainya!
60 Terima Kasih Luka.
61 Luka Itu Perih.
62 Campur Tangan Jelita.
63 Merubah Haluan Hati.
64 Cinta Itu Luka
65 Sabar dan Tahan!
66 Balada Black Card.
67 Jatuh Dapat Bonus.
68 Penilaian Sebatas Mata.
69 Liontin Kenangan.
70 Planning Orang Tua.
71 Memulai Rencana.
72 Pagi yang Menggemparkan.
73 Tidur Bersama.
74 Sidang Dosa.
75 Jatuh Tertimpa Tangga.
76 Dilema Hati.
77 Pelampiasan Hati.
78 Singa Salah Kandang.
79 Keterkejutan Yonna.
80 Ultimatum Seorang Ibu.
81 Ayo Memulainya dari Awal!
82 Hari Pernikahan.
83 Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84 Menuntut Talak.
85 Hati yang membiru.
86 Mutasi.
87 Duka Nestapa.
88 Hilang sandaran hidup.
89 Ada yang panas.
90 Fakta yang Mengejutkan
91 Kenyataan itu luka.
92 Rumah tangga sakinah.
93 Liburan ke Eropa.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Jangan jual aku Papa!
2
Berlari sejauh mungkin.
3
Nasib badan.
4
Bumerang
5
Pertemuan yang tak menyenangkan.
6
15 ribu vs 186 juta!
7
186 juta bukan 186 ribu!
8
Dijual cepat tanpa perantara.
9
Pertemuan kedua.
10
Sebatang kara.
11
Tak bisa berkutik.
12
Rasa yang tersimpan.
13
Sepenggal kisah pilu.
14
Mendadak menjadi hutang.
15
Makan hati
16
Hati yang terasa penat.
17
Kembali ke neraka.
18
Cemburu itu cinta.
19
Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20
Hati yang menderita.
21
Tiga saudara beda watak.
22
Firasat Buruk.
23
Mimpi buruk yang terulang.
24
Buntu Akal.
25
Kesepakatan yang terjalin.
26
Akulah Senja.
27
Aku mau putus.
28
Tak rela.
29
Cinta itu menyiksa.
30
Olah raga jantung di pagi hari.
31
Panas tapi bukan api.
32
Nasehat teman.
33
Nenek tua yang ikut campur.
34
Memulai rencana.
35
Jangan sebut namanya di depanku!
36
Jiwa yang terguncang.
37
Kenyataan yang menyakitkan.
38
Maju satu langkah.
39
Cari-cari kesempatan.
40
Butir bening di ujung mata.
41
Menagih janji
42
Sepenggal kisah masa lalu.
43
Misi pertama.
44
Menang sebelum perang.
45
Sebuah lamaran.
46
Cinta yang rumit.
47
Kekhawatiran Senja.
48
Penolakan Jelita
49
Sikap yang mulai berubah.
50
Ungkapan kasih sayang.
51
Protes Yonna akan sikap Jelita.
52
Terbongkarnya Rahasia.
53
Penolakan Bryan.
54
Masalah Baru yang Muncul.
55
Tabir Masa Lalu.
56
Di Mana Dia?
57
Suara Hati Ginela.
58
Ada Apa dengannya?
59
Seandainya!
60
Terima Kasih Luka.
61
Luka Itu Perih.
62
Campur Tangan Jelita.
63
Merubah Haluan Hati.
64
Cinta Itu Luka
65
Sabar dan Tahan!
66
Balada Black Card.
67
Jatuh Dapat Bonus.
68
Penilaian Sebatas Mata.
69
Liontin Kenangan.
70
Planning Orang Tua.
71
Memulai Rencana.
72
Pagi yang Menggemparkan.
73
Tidur Bersama.
74
Sidang Dosa.
75
Jatuh Tertimpa Tangga.
76
Dilema Hati.
77
Pelampiasan Hati.
78
Singa Salah Kandang.
79
Keterkejutan Yonna.
80
Ultimatum Seorang Ibu.
81
Ayo Memulainya dari Awal!
82
Hari Pernikahan.
83
Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84
Menuntut Talak.
85
Hati yang membiru.
86
Mutasi.
87
Duka Nestapa.
88
Hilang sandaran hidup.
89
Ada yang panas.
90
Fakta yang Mengejutkan
91
Kenyataan itu luka.
92
Rumah tangga sakinah.
93
Liburan ke Eropa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!