Pertemuan yang tak menyenangkan.

Langit yang gelap kini berubah menjadi terang. Suara kicau burung terdengar begitu riang menyambut sang mentari yang datang di balik dedaunan.

Entah sejak kapan mereka berdua tertidur setelah seharian berbincang berbagi keluh kesah. Tetapi yang pasti, Senja terbangun dengan matanya yang sembab dan sedikit bengkak.

Sementara Ginela terburu-buru bersiap-siap. Kemudian pergi dulu ke kafe yang menjadi sumber mata pencariannya. Meninggalkan Senja yang menghabiskan waktunya hanya untuk melamun di dalam kamar.

Senja sempat meminta ikut pada sahabatnya. Tetapi Ginela melarang setelah melihat kondisi Senja yang masih kacau. Panas tubuhnya baru saja mereda, Ginela tak ingin memaksakan yang nantinya membuat kondisi Senja semakin buruk kembali.

Senja mulai merasa bosan.Tak banyak yang bisa dia lakukan di rumah minimalis itu. Tubuhnya mulai sedikit membungkuk ke depan dengan tangan terlipat di atas kusen kayu yang menjadi penopang dagunya. Tatapan mata kosong menatap ke depan.

Semangat hidupnya terasa lenyap begitu saja. Duduk melamun di balik jendela sembari menatap bunga matahari yang tengah mekar kini menjadi hobby dadakan untuknya. Seraya mengumpulkan puing-puing hati yang berserakan dan menyatukannya kembali bagai parzel.

Halaman samping rumah Ginela sebenarnya cukup luas dan dapat ditanami berbagai bunga yang indah. Tetapi Ginela justru hanya menanamnya dengan bunga matahari. Hingga kelopaknya yang lebar tegak berdiri kokoh menantang.

"Hah!" Lagi-lagi hanya helaan napas itu kembali terdengar, entah sudah keberapa kalinya.

Begitu dalam beban  hidup yang gadis itu jalani hingga sempat terlintas, untuk apa dia dilahirkan? Apakah mati bisa membuat hidupnya bahagia? Tanpa beban dan tanpa penderitaan.

Tepat pukul dua siang, perut ratanya yang tak terisi dari semalam mulai terasa melilit. Senja beranjak menuju ke dapur, berharap ada bahan makanan yang bisa dia olah menjadi makanan. Setahunya Ginela kerap membawa sisa masakan di kafe untuk Ginela makan sendiri di rumah.

Kulkas dua pintu itu terbuka, kening mulus Senja pun bertekuk dalam melihat isi kulkas yang bersih tak seperti biasanya.

"Tumben kosong? Ginela simpan di mana isi kulkasnya, kenapa hanya ada beberapa makanan yang sudah tak layak konsumsi ini? Masa iya Ginela tak memiliki makanan apa pun yang bisa aku makan?" ucap Senja heran.

Sepertinya takdir belum juga puas menguji kesabarannya. Kedua bahu itu terjatuh lemas. Senja yang kecewa kembali menutup pintu kulkas. Melangkahkan kaki menuju meja makan sambil merogoh isi saku celananya yang barus saja selesai dicuci dan dia pakai kembali.

Dia berharap ada lembaran rupiah yang dia miliki walau dirinya tak bisa berharap penuh. Karena saat pergi dari rumah kemarin dia tak membawa tas ataupun dompet selain ponsel yang selalu standby di kantongnya.

"Hanya uang segini yang aku punya?" tanyanya sendu pada diri sendiri.

Senja kecewa memandangi  kertas hijau gambar pria berdasi yang terasa tersenyum kecut mengejek dirinya. Bukannya tak bersyukur, hanya saja dia tersadarkan akan kenyataan betapa miskinnya dirinya saat ini. Helaan napas kasar pun kembali terdengar.

"Sudah miskin, kini penggangguran." Senja tertawa menertawakan dirinya sendiri sejenak. Kemudian dia kembali disadarkan dengan rasa sakit yang kembali meliliti perut ratanya.

"Ya ... setidaknya aku masih bisa makan siang ini. Tapi makanan apa yang cukup dengan uang segini?" Senja menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya kasar, lalu bersandar malas. 

"Aku bisa menelpon Ginela. Aku yakin dia pasti akan datang membawakan makanan jika aku pinta. Tapi ... tak tahu diri sekali diri ini. Sudah numpang, kini malah menyuruh-nyuruh!" gumam Senja bermonolog seorang diri.

Kepalanya yang pusing semakin pening tujuh keliling. Selama ini uang yang dia hasilkan selalu dia berikan pada Darsih hingga tak tersisa sedikit pun untuk tabungan. Dan celakanya uang itu berakhir pada Santoso di meja judi yang semakin membuat Senja geram jika mengingatnya.

"Apa aku beli nasi bungkus di warung sederhana yang ada di ujung jalan besar sana saja ya? Lumayan masih sisa lima ribu. Tapi jaraknya?" pikir gadis cantik itu seakan ragu dengan apa yang dia ucapkan.

Tak ada kendaraan membuatnya mati langkah. Jarak yang akan dia tempuh sekitar satu kilo meter dengan berjalan kaki keluar dari komplek perumahan terlebih dahulu. Sekitar 15-20 menit waktu yang ia butuhkan, jika dalam keadaan lapar seperti ini.

Apa bisa dia sampai ke warung nasi itu tanpa tergeletak di pinggir jalan terlebih dahulu, yang akhirnya akan menggemparkan seluruh orang yang ada di jalan nantinya?

"Tapi kalau nggak ke sana, aku mau makan apa? Nggak mungkin aku harus nahan lapar sampai Ginela pulang," ucapnya kembali masih dipenuhi kebimbangan hati.

Senja tak mau ambil pusing, tak ada pilihan membuatnya mulai melangkahkan kaki tak semangat. Perutnya yang harus diisi lebih penting dari rasa malas yang dia miliki.

Senja berjalan dengan penuh peluh di bawah matahari terik, akhirnya rasa lelah Senja terbayarkan dengan sebungkus nasi padang yang begitu wangi menggoda.

Suasana warung nasi yang begitu ramai serta uang yang tak seberapa membuatnya tak punya pilihan lain untuk membungkus makanan itu untuk dinikmati di rumah.

Langkah kaki itu sekarang begitu cepat dengan senyum yang terukir di wajahnya. Dia sudah tak sabar untuk sampai di rumah. Seperti motor habis bensin, namun terus di gas agar cepat sampai di pengisian sebelum akhirnya benar-benar mati total.

Entah apa yang sedang dipikirkan gadis itu, hanya kerena diberi bonus kerupuk sebungkus seharga dua ribuan saja sudah membuat hatinya senang. Begitu receh sekali.

Buk!

Dua orang lelaki dari arah samping tiba-tiba muncul dan salah satunya yang berada di belakang menumbur dirinya, hingga bungkusan nasi yang sedang Senja bawa pun terjatuh ke tanah. Dan celakanya lelaki berbaju hitam itu pun pergi begitu saja, kaki lelaki itu pun menginjak bungkusan yang begitu Senja jaga sepenuh hati.

"Nasi 15 ribuku!" seru Senja histeris.  Nasib sial seakan terus membuntutinya dan tak ingin pergi sedikit pun.

Senja melongo menatap tak terima  bungkusan miliknya yang tergeletak dengan keadaan pecah dan berceceran isinya ke tanah. Sudah  tak layak lagi dikonsumsi. Hatinya sakit sakit mengalahkan sakitnya di tinggal kekasih hati yang pergi menikah dengan wanita lain.

Senja beralih menatap tajam dua lelaki yang berlalu pergi meninggalkannya begitu saja dan saling berkejar-kejaran di depan sana.

Reflek Senja mengambil bungkus itu cepat dan ikut berlari mengejar mereka dari belakang. Pernah memenangkan kejuaran lari jarak jauh tingkat provinsi saat dibangku SMP membuat Senja tak kesulitan untuk mengejar mereka dengan kaki jenjangnya.

"Hey breng-sek! Jangan lari!" teriak Senja geram. Dua lelaki itu tak menoleh seolah suaranya seakan tersapu angin begitu saja.

Dengan kekuatan penuh Senja melemparkan bungkusan nasi itu ke arah depan. Seperti ujung tombak yang melesat jauh dan tepat mengenai pada buruan.

Buk!

"Rasakan lelaki breng-sek!" teriak Senja puas.

Terpopuler

Comments

Dewi Sri Wahyuni

Dewi Sri Wahyuni

semangat berkarya thor 🤗
baca dr awal yang istri 108kg.👍👍

2023-10-11

0

lihat semua
Episodes
1 Jangan jual aku Papa!
2 Berlari sejauh mungkin.
3 Nasib badan.
4 Bumerang
5 Pertemuan yang tak menyenangkan.
6 15 ribu vs 186 juta!
7 186 juta bukan 186 ribu!
8 Dijual cepat tanpa perantara.
9 Pertemuan kedua.
10 Sebatang kara.
11 Tak bisa berkutik.
12 Rasa yang tersimpan.
13 Sepenggal kisah pilu.
14 Mendadak menjadi hutang.
15 Makan hati
16 Hati yang terasa penat.
17 Kembali ke neraka.
18 Cemburu itu cinta.
19 Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20 Hati yang menderita.
21 Tiga saudara beda watak.
22 Firasat Buruk.
23 Mimpi buruk yang terulang.
24 Buntu Akal.
25 Kesepakatan yang terjalin.
26 Akulah Senja.
27 Aku mau putus.
28 Tak rela.
29 Cinta itu menyiksa.
30 Olah raga jantung di pagi hari.
31 Panas tapi bukan api.
32 Nasehat teman.
33 Nenek tua yang ikut campur.
34 Memulai rencana.
35 Jangan sebut namanya di depanku!
36 Jiwa yang terguncang.
37 Kenyataan yang menyakitkan.
38 Maju satu langkah.
39 Cari-cari kesempatan.
40 Butir bening di ujung mata.
41 Menagih janji
42 Sepenggal kisah masa lalu.
43 Misi pertama.
44 Menang sebelum perang.
45 Sebuah lamaran.
46 Cinta yang rumit.
47 Kekhawatiran Senja.
48 Penolakan Jelita
49 Sikap yang mulai berubah.
50 Ungkapan kasih sayang.
51 Protes Yonna akan sikap Jelita.
52 Terbongkarnya Rahasia.
53 Penolakan Bryan.
54 Masalah Baru yang Muncul.
55 Tabir Masa Lalu.
56 Di Mana Dia?
57 Suara Hati Ginela.
58 Ada Apa dengannya?
59 Seandainya!
60 Terima Kasih Luka.
61 Luka Itu Perih.
62 Campur Tangan Jelita.
63 Merubah Haluan Hati.
64 Cinta Itu Luka
65 Sabar dan Tahan!
66 Balada Black Card.
67 Jatuh Dapat Bonus.
68 Penilaian Sebatas Mata.
69 Liontin Kenangan.
70 Planning Orang Tua.
71 Memulai Rencana.
72 Pagi yang Menggemparkan.
73 Tidur Bersama.
74 Sidang Dosa.
75 Jatuh Tertimpa Tangga.
76 Dilema Hati.
77 Pelampiasan Hati.
78 Singa Salah Kandang.
79 Keterkejutan Yonna.
80 Ultimatum Seorang Ibu.
81 Ayo Memulainya dari Awal!
82 Hari Pernikahan.
83 Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84 Menuntut Talak.
85 Hati yang membiru.
86 Mutasi.
87 Duka Nestapa.
88 Hilang sandaran hidup.
89 Ada yang panas.
90 Fakta yang Mengejutkan
91 Kenyataan itu luka.
92 Rumah tangga sakinah.
93 Liburan ke Eropa.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Jangan jual aku Papa!
2
Berlari sejauh mungkin.
3
Nasib badan.
4
Bumerang
5
Pertemuan yang tak menyenangkan.
6
15 ribu vs 186 juta!
7
186 juta bukan 186 ribu!
8
Dijual cepat tanpa perantara.
9
Pertemuan kedua.
10
Sebatang kara.
11
Tak bisa berkutik.
12
Rasa yang tersimpan.
13
Sepenggal kisah pilu.
14
Mendadak menjadi hutang.
15
Makan hati
16
Hati yang terasa penat.
17
Kembali ke neraka.
18
Cemburu itu cinta.
19
Cinta? Kamu pikir aku percaya?
20
Hati yang menderita.
21
Tiga saudara beda watak.
22
Firasat Buruk.
23
Mimpi buruk yang terulang.
24
Buntu Akal.
25
Kesepakatan yang terjalin.
26
Akulah Senja.
27
Aku mau putus.
28
Tak rela.
29
Cinta itu menyiksa.
30
Olah raga jantung di pagi hari.
31
Panas tapi bukan api.
32
Nasehat teman.
33
Nenek tua yang ikut campur.
34
Memulai rencana.
35
Jangan sebut namanya di depanku!
36
Jiwa yang terguncang.
37
Kenyataan yang menyakitkan.
38
Maju satu langkah.
39
Cari-cari kesempatan.
40
Butir bening di ujung mata.
41
Menagih janji
42
Sepenggal kisah masa lalu.
43
Misi pertama.
44
Menang sebelum perang.
45
Sebuah lamaran.
46
Cinta yang rumit.
47
Kekhawatiran Senja.
48
Penolakan Jelita
49
Sikap yang mulai berubah.
50
Ungkapan kasih sayang.
51
Protes Yonna akan sikap Jelita.
52
Terbongkarnya Rahasia.
53
Penolakan Bryan.
54
Masalah Baru yang Muncul.
55
Tabir Masa Lalu.
56
Di Mana Dia?
57
Suara Hati Ginela.
58
Ada Apa dengannya?
59
Seandainya!
60
Terima Kasih Luka.
61
Luka Itu Perih.
62
Campur Tangan Jelita.
63
Merubah Haluan Hati.
64
Cinta Itu Luka
65
Sabar dan Tahan!
66
Balada Black Card.
67
Jatuh Dapat Bonus.
68
Penilaian Sebatas Mata.
69
Liontin Kenangan.
70
Planning Orang Tua.
71
Memulai Rencana.
72
Pagi yang Menggemparkan.
73
Tidur Bersama.
74
Sidang Dosa.
75
Jatuh Tertimpa Tangga.
76
Dilema Hati.
77
Pelampiasan Hati.
78
Singa Salah Kandang.
79
Keterkejutan Yonna.
80
Ultimatum Seorang Ibu.
81
Ayo Memulainya dari Awal!
82
Hari Pernikahan.
83
Pengakuan yang Menyesakkan Dada.
84
Menuntut Talak.
85
Hati yang membiru.
86
Mutasi.
87
Duka Nestapa.
88
Hilang sandaran hidup.
89
Ada yang panas.
90
Fakta yang Mengejutkan
91
Kenyataan itu luka.
92
Rumah tangga sakinah.
93
Liburan ke Eropa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!