"Arkkkhhh!" teriak kedua wanita itu histeris sembari memejamkan mata. Tetapi kursi yang terlempar lagi-lagi hanya menghantam tembok di sampingnya.
"Banyak sekali omong kosong!" Santoso mengalihkan pandangan menatap anak buahnya.
"Cepat kamu tarik gadis itu Jon! Sebelum Tuan Albert murka karena sudah menunggunya terlalu lama!" titah Santoso pada lelaki tinggi hitam yang sedari tadi hanya diam memperhatikan. Seringai jahat terbit di sudut bibir hitam pria bernama Joni tersebut.
"Stop! Langkahi mayatku lebih dahulu, baru kalian bisa membawanya dariku!" ancam Darsih dengan wajah yang mulai panik. Membentangkan kedua tangannya untuk melindungi.
Matanya liar mencari sesuatu yang dapat dia gunakan sebagai pertahanan. Tenaga yang dia miliki tak cukup mampu melawan seorang lelaki saja, apalagi dua sekaligus seperti ini.
Sebuah botol yang kebetulan ada di sudut dinding dia raih. Lalu dia hempaskan ke dinding sedikit di bagian tumpul bawah botol itu untuk menjadi beberapa bagian runcing.
Darsih mengacungkan botol yang tajam itu ke depannya. Ujung botol yang pecah itu sangat cukup menembus perut salah satu dari kedua lelaki tersebut jika tetap nekat mendekat.
Ibu mana yang tega melepas anak gadisnya untuk diserahkan sebagai pemuas nafsu be-jat lelaki lain yang tak jelas siapa. Darsih menatap waspada pada pria hitam tinggi yang mulai mendekat perlahan tanpa rasa takut.
Darsih mundur sambil memeluk kepala putrinya seraya membisikkan sesuatu. Tak ada lagi yang dapat mereka berdua lakukan saat ini selain lari jika apa yang dia lakukan saat ini tak cukup untuk melindungi mereka.
Tubuh mereka dan tenaga mereka yang lemah tak akan mampu jika harus melawan dua orang lelaki dengan tubuh besar yang mereka hadapi saat ini.
"Berlarilah yang kencang dan apa pun yang terjadi, kamu jangan pernah kembali, Nak! Ambillah sesuatu yang Mama tinggalkan untukmu pada Bude Tari."
Senja mengangkat kepalanya menatap Darsih dengan mata yang berkaca-kaca. Ia merasakan firasat tak enak yang tak mampu dia jabarkan.
"Ma, jangan membuatku takut. Mama berucap seakan-akan ini adalah pesan terakhir saja."
"Mama sayang padamu Senja. Lakukan apa yang Mama katakan," tekan Darsih dengan suara yang begitu pelan. Namun penuh kesan tak terbantahkan.
"Gadis cantik, kamu harus ikut denganku. Aku janji kamu akan senang setelah tahu siapa bossku itu. Pria kaya yang perkasa. Aku yakin akan membuatmu terpuaskan!" Jon terkekeh.
Tangan kasar berotot itu menarik lengan Senja hingga pelukan gadis itu terlepas dari Darsih. Cengkraman Jon yang cukup kuat membuat Senja meringis merasakan lengannya seakan remuk dengan sekali remasan.
Layaknya induk ayam yang berang melihat anaknya diganggu, Darsih tak rela tangan kotor itu menyentuh kulit putri satu-satunya tersebut. Dia langsung mengibaskan botol di tangannya hingga melukai lengan kekar Jon, darah segar mulai bercucuran.
"Menjauhlah dari putriku! Dasar lelaki bang-sat! Jangan sentuh putriku dengan tangan hina kalian itu!" raung Darsih marah. Dia kembali menodongkan botol yang menjadi senjatanya.
Jon cepat-cepat menyobek kain bajunya untuk menutupi luka sobek di tangannya. Tatapan matanya menajam penuh permusuhan dan dendam.
Senja yang berdiri di balik punggung Darsih pun menelan ludah. Untuk pertama kalinya dia melihat Darsih menggila seperti itu. Hatinya kalut memikirkan apa yang akan terjadi pada mereka berdua selanjutnya. Apakah mereka masih hidup atau berakhir tinggal nama.
Santoso yang mulai sadar dari mabuknya terkesiap, otaknya begitu cepat memikirkan tindakan apa yang harus dia lakukan. Santoso kemudian diam-diam melepaskan sepatunya. Menunggu Darsih yang lengah dan langsung melemparkan sepatunya itu tepat mengenai tangan Darsih hingga botol di tangan wanita itu terlepas.
Santoso pun dengan cepat mendekat, dia menarik tubuh Darsih untuk menjauh dari putrinya agar Joni bisa lebih leluasa membawa Senja pergi.
"Cepat kamu bawa gadis itu, Jon!" titah Santoso.
Joni sigap hendak menangkap Senja yang bersiap-siap ingin kabur. Sementara Darsih meronta-ronta dalam dekapan erat tubuh Santoso yang menahannya.
"Jangan ikut campur kamu Darsih. Biarkan Senja pergi dengan Joni. Lagian juga nggak akan lama, dia pergi untuk bersenang-senang!" ucap Santoso sembari tertawa membayangkan makna 'bersenang-senang' yang dia maksud.
"Gila kamu, Mas! Mana ada orang tua yang tega menjual anaknya sendiri selain kamu. Cukup kamu menghancurkan hidupku. Tapi tidak dengan putriku. Keterlaluan kamu Mas! Kamu keterlaluan!" raung Darsih tak terima. Dia terus meronta-ronta agar bisa terlepas dari tangan suaminya.
Semakin dia meronta, tangan Santoso semakin kuat menahan tubuh Darsih agar tidak terlepas.
Darsih yang terjepit akhirnya menggigit lengan Santoso kuat, hingga laki-laki paruh baya itu menjerit kesakitan. Pelukan tangan Santoso di tubuhnya terlepas.
Darsih cekatan kembali menyambar botol bir yang masih tersisa di tempat sebelumnya. Kemudian mengejar Joni dari belakang, dengan sekali hentakan botol itu ia hempaskan ke kepala lelaki hitam yang terus menyeret putrinya.
Senja tersentak kaget seraya menutup mulutnya. Dia terdiam bagai patung dengan retina yang melebar. Joni terduduk di lantai dengan darah segar mengalir di kepalanya. Kemudian lelaki kekar itu limbung terkapar di balik pintu.
"A-apa dia mati?" gumam Senja syok.
"Darsih!" murka Santoso melihat ajudannya yang tak lagi berkutik.
Darsih panik. Dia mendorong lengan Senja hingga gadis itu tersentak dari keterpakuannya.
"Cepat lari Nak! Lakukan apa yang Mama katakan! Pergi sekarang juga!" titah Darsih.
Dia kembali mendorong Senja untuk keluar dari pintu yang begitu dekat dengan mereka sebelum gadis itu tertangkap kembali oleh Santoso yang mendekat.
"Ta-tapi bagaimana dengan Mama?" tanya Senja takut.
"Cepat pergi Senja! Jangan sia-siakan usaha Mama. Cepat pergi!" titah Darsih. Dia menatap putrinya tajam. Jantung Darsih sudah semakin berpacu. Dia semakin panik melihat keberadaan suaminya yang semakin mendekat dengan wajah garangnya.
Senja diliputi rasa takut dan juga keraguan mengusik hatinya, namun tatapan penuh harap dan cinta mamanya membuat dia akhirnya memutuskan untuk berlari keluar pintu itu tergesa-gesa.
Santoso naik pitam melihat Senja yang lolos begitu saja. Semua karena campur tangan istrinya yang terus melawan, Santoso yang geram pun akhirnya menarik rambut panjang bersanggul istrinya kuat hingga tubuh ringkih itu tertarik ke belakang.
"Lepaskan aku, Mas! Lepaskan aku! Dasar suami kejam!" jerit Darsih.
"Lepaskan! Kamu pikir aku bodoh dengan melepaskan kamu yang sudah merusak segala rencanaku. Rasakan ini, ini pantas untukmu!"
Buk!
Santoso menghempaskan tubuh ringkih Darsih ke atas lantai hingga menimbulkan bunyi berdentum kuat. Setelah itu tangan Santoso bergerak cepat menarik sabuk pinggang kulit miliknya, kemudian melecuti tubuh Darsih hingga wanita itu meringkuk seperti bayi dalam kandungan.
Bunyi lecutan itu terdengar begitu nyaring. Darsih meringis dan memohon belas kasihan dari suaminya sendiri.
"Sekarang kamu baru bilang ampun. Kemarin-kemarin hingga detik ini, kamu masih juga menjadi pengacau yang menghalangiku. Karena kamu gadis itu kabur! Sekarang siapa yang akan membayar semua hutang-hutangku?"
"Tubuh tuamu itu tak menarik lagi. Tak ada lagi yang mau membayar untuk tidur denganmu!" murka Santoso.
Suara pecutan itu kembali terdengar. Entah sudah keberapa kalinya.
"Arrkhhh, sakit Mas. Ampun Mas!" rintih Darsih pilu. Suaranya yang berteriak terdengar begitu menyayat perih, seperih luka yang hadir di kulitnya saat ini.
"Rasakan! Dasar wanita mandul yang tak berguna! Rasakan ini, mati saja kamu sekalian!" tekan Santoso begitu tega. Darsih akhirnya pingsan karena tak sanggup menahan laju lecutan yang terus menerus mendera.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Alivaaaa
nyesek bacanya 😫😫
2024-03-09
0
Erni Kusumawati
terlalu sadis caramu😫😫😫😫
2024-02-20
0
kinoy
sinting si santoso
2023-10-19
0