Lacky masih sibuk mencerna perkataan ibunya tentang perjodohan ketika tiba-tiba ayahnya menurunkan korannya dan berbicara dengan nada tegas.
"Oh, satu hal lagi, Lacky."
Nada suaranya tidak berubah, tetap dalam dan berwibawa, tetapi ada sesuatu di dalamnya yang membuat Lacky secara refleks menegakkan punggungnya.
"Apa lagi, Ayah?" tanyanya, setengah berharap ini bukan pembicaraan serius lainnya.
Sang ayah melipat korannya dengan rapi sebelum meletakkannya di meja. Matanya yang tajam menatap Lacky dengan ekspresi yang sulit dibaca.
"Jangan lupa. Jam 12 malam nanti, kita akan dipaksa berubah menjadi kucing."
Ruangan seketika menjadi sunyi.
Lacky menatap ayahnya selama beberapa detik, lalu menghela napas panjang. Tentu saja, bagaimana mungkin ia lupa akan hal itu?
"Dan di siang hari," lanjut sang ayah dengan nada tetap tenang, "kau hanya boleh berubah menjadi kucing maksimal tiga kali. Jika lebih dari itu, kau akan tetap menjadi kucing selama 24 jam penuh."
Kata-kata itu menggantung di udara. Seolah membawa kembali kenangan lama yang tak selalu menyenangkan.
Ibunya yang sejak tadi menyesap teh hanya tersenyum kecil, seolah sudah terbiasa dengan pengingat semacam ini.
"Sepertinya kau sudah cukup lama tidak mengalami hal itu, ya?" katanya lembut. "Hati-hati, jangan sampai kebablasan berubah saat di kantor."
Lacky mengusap wajahnya dengan satu tangan.
"Aku tahu, Ayah. Aku sudah mengalaminya sejak kecil."
Namun, meskipun ia sudah terbiasa, tetap saja aturan ini selalu menjadi sesuatu yang merepotkan. Menjadi kucing di tengah pekerjaan bisa jadi masalah besar, apalagi kalau itu terjadi di hadapan orang yang tidak boleh tahu rahasia keluarga mereka.
Ia masih ingat betapa sulitnya menjaga hal ini saat masih kecil. Pernah suatu kali, ketika masih bersekolah, ia secara tidak sadar berubah menjadi kucing lebih dari tiga kali dalam sehari hanya karena iseng. Akibatnya, ia terjebak dalam tubuh kucing selama 24 jam penuh, dan harus bersembunyi dari orang-orang di sekitar rumahnya agar tidak menimbulkan kecurigaan.
Momen itu membuatnya lebih berhati-hati, tapi tetap saja, hidup dengan aturan seperti ini bukan hal yang mudah.
"Dan kau ingat apa yang terjadi jika kau melanggar aturan ini?" tanya ayahnya lagi, meski ia tahu Lacky sudah sangat mengerti konsekuensinya.
Lacky menghela napas panjang. "Ya, Ayah. Aku tahu. Kalau aku berubah lebih dari tiga kali di siang hari, aku akan tetap jadi kucing selama 24 jam penuh."
Ia melirik ke arah jam dinding. Sekarang sudah hampir pukul 10 malam.
Berarti, dua jam lagi, mereka semua akan berubah menjadi kucing, entah mereka menginginkannya atau tidak.
Lacky bersandar ke sofa, memandang langit-langit dengan ekspresi berpikir.
"Apa kau masih sering mengalami kejadian itu, Ayah?" tanyanya akhirnya.
Sang ayah tertawa pelan. "Dulu, iya. Tapi sekarang aku lebih banyak di rumah, jadi aku tidak perlu khawatir. Lain halnya dengan kau, yang terus sibuk dengan pekerjaan."
Lacky tahu itu benar. Di tempat kerja, ia harus ekstra hati-hati. Tidak ada yang boleh tahu tentang rahasia keluarga mereka.
Namun, terkadang, dunia tidak selalu bekerja sesuai keinginannya. Hanya butuh satu kesalahan kecil untuk membuat segalanya berantakan.
----
Lacky menatap jam dinding di ruang tamu. Pukul 10:15 malam. Waktu terus berjalan, membawa mereka semakin dekat ke tengah malam—waktu di mana mereka tidak punya pilihan selain berubah menjadi kucing.
Di seberang meja, ayahnya masih duduk dengan santai, kembali membaca koran yang tadi sempat ia lipat. Ibunya juga tampak tenang, menghabiskan teh hangatnya sambil sesekali menatap putranya dengan tatapan penuh perhatian.
"Aku heran," kata Lacky akhirnya, memecah keheningan. "Kenapa kita harus mengalami ini? Kenapa kita harus berubah menjadi kucing setiap tengah malam?"
Ayahnya tidak langsung menjawab. Ia membalik halaman korannya, seakan mempertimbangkan jawabannya.
"Itu sudah menjadi bagian dari garis keturunan kita," katanya akhirnya, "dan seperti yang kau tahu, tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengubahnya."
Lacky mendesah. "Aku tahu. Tapi tetap saja, rasanya merepotkan."
Ibunya tersenyum kecil. "Kau sudah tahu ini sejak kecil, Lacky. Kau hanya perlu menjalaninya dengan baik. Lagipula, ini bukan hanya tentang kita. Semua anggota keluarga mengalami hal yang sama."
Lacky melirik ke arah jendela, melihat cahaya bulan yang mulai tinggi di langit. Tentu saja, ini bukan hanya tentang dirinya. Kakak-kakaknya yang lain juga mengalami hal yang sama, meskipun mereka sekarang sudah tinggal di tempat yang berbeda.
"Apa kau pernah mengalami kesulitan karena hal ini, Ayah?" tanyanya setelah beberapa saat.
Sang ayah menurunkan korannya, menatap putranya dengan senyum kecil yang sulit ditebak. "Tentu saja. Saat masih seusiamu, aku juga sering mengeluh. Tapi semakin lama, kau akan terbiasa. Ini bukan sesuatu yang bisa dihindari, jadi satu-satunya pilihan adalah menerima dan mengendalikannya sebaik mungkin."
Lacky tahu ayahnya ada benarnya. Namun, menerima sesuatu yang tidak bisa diubah tidak selalu semudah kedengarannya.
Ia masih ingat bagaimana saat kecil, ia sering kebablasan berubah menjadi kucing lebih dari tiga kali di siang hari. Ia tidak menyadari batasannya, dan akibatnya, ia harus menghabiskan satu hari penuh dalam tubuh seekor kucing. Itu bukan pengalaman yang menyenangkan.
"Aku hanya tidak ingin ini mengganggu pekerjaanku," gumamnya akhirnya.
Ibunya tersenyum lembut. "Itulah kenapa kau harus berhati-hati. Jangan sampai kau berubah lebih dari tiga kali saat siang. Jangan sampai kau ceroboh."
Lacky mengangguk pelan, meskipun ia tahu bahwa menjaga aturan itu tidak selalu mudah.
"Oh, dan satu hal lagi," tambah ayahnya tiba-tiba, suaranya sedikit lebih serius. "Jangan sampai ada orang luar yang mengetahuinya."
Lacky menatap ayahnya, sedikit terkejut dengan nada tegasnya.
"Aku tahu itu, Ayah. Aku tidak akan membiarkan siapa pun mengetahuinya."
Sang ayah mengangguk, puas dengan jawaban Lacky. "Bagus. Karena begitu seseorang tahu, mereka mungkin tidak akan pernah melihatmu dengan cara yang sama lagi."
Ucapan itu membuat suasana sedikit lebih berat. Lacky tahu bahwa menjaga rahasia ini bukan hanya tentang dirinya sendiri, tetapi juga tentang keselamatan keluarganya. Jika seseorang mengetahui kebenaran ini dan menyebarkannya, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.
Mereka kembali terdiam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Hanya suara jam dinding yang terus berdetak, mengingatkan mereka bahwa waktu terus berjalan.
10:45 malam.
Hanya sedikit waktu yang tersisa sebelum mereka harus menghadapi kenyataan yang tak bisa dihindari.
Lacky menatap kedua orang tuanya, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Rumah ini dihuni oleh mereka yang sama seperti dirinya—kaum manusia kucing.
Tidak hanya ayah dan ibunya, tetapi juga para kakaknya yang kini tinggal di tempat lain. Mereka semua berasal dari Negeri Kucing, tempat di mana kehidupan mereka dahulu sangat berbeda.
Dulu, sebelum datang ke dunia ini, mereka hanyalah kucing yang bisa berbicara, hidup damai di tanah yang dikelilingi oleh lautan bintang. Negeri Kucing adalah tempat yang indah, penuh dengan cahaya keemasan dan udara yang selalu sejuk. Tidak ada manusia di sana—hanya mereka, para kucing, yang hidup dengan kecerdasan dan kesadaran yang sama seperti manusia, meskipun terperangkap dalam tubuh seekor hewan.
Namun, segalanya berubah ketika Dewi yang menjaga negeri itu datang menawarkan sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Aku bisa memberimu kehidupan yang berbeda," katanya dengan suara lembut namun penuh kuasa. "Kehidupan di mana kalian bisa berjalan dengan dua kaki, berbicara seperti manusia, dan mengalami dunia dengan cara yang lebih luas. Namun, ada syarat yang harus kalian patuhi."
Tidak ada yang ragu saat itu. Semua kucing setuju.
Dan dengan keputusan mereka, dimensi terbuka—atau lebih tepatnya, sebuah portal yang menghubungkan Negeri Kucing dengan dunia lain. Sebuah dunia yang disebut planet Bumi, tempat di mana manusia tinggal.
Dewi itu memenuhi janjinya. Mereka diberi tubuh manusia, diberi kesempatan untuk hidup seperti yang mereka inginkan, tetapi dengan satu aturan yang tak bisa dihindari: Setiap tengah malam, mereka akan kembali menjadi kucing, kembali pada bentuk asal mereka. Dan di siang hari, mereka hanya boleh berubah tiga kali. Jika lebih dari itu, maka mereka harus menerima hukuman—terjebak dalam tubuh kucing selama sehari penuh.
Itu adalah harga yang harus mereka bayar. Kesempatan untuk hidup sebagai manusia, tetapi dengan batasan yang selalu mengingatkan mereka dari mana mereka berasal.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments