(Pertarungan Kuliner Dimulai!)
Ketika jam kerja selesai, para koki di PT. Blackm Meow seharusnya sudah pulang atau beristirahat. Namun, suasana di dapur justru semakin panas. Luxia dan Nana berdiri di meja masing-masing, bersiap untuk duel kuliner yang tak terhindarkan.
Di sekeliling mereka, para koki lain berkumpul, penuh rasa ingin tahu.
Roland, yang secara tidak resmi menjadi moderator, menghela napas panjang. “Baiklah, kita buat aturan sederhana. Tidak ada batasan bahan, tidak ada batasan teknik. Satu-satunya penilaian adalah siapa yang bisa membuat masakan paling enak.”
“Dan yang akan menilai adalah kita semua,” tambah Rico, meski wajahnya sedikit tegang.
Nana menyeringai. “Jangan menyesal nanti.”
Luxia mengangkat bahu santai. “Aku hanya menyesal kalau tidak dapat kenaikan gaji dari ini.”
Para koki yang menonton langsung tertawa kecil, sementara Roland mengangkat tangan.
“Baiklah… Ronde pertama dimulai!”
---
Ronde 1 – Duel Dimulai
Luxia dengan cepat mengambil daging pilihan dan mulai meracik bumbu. Ia memilih metode slow-cooking, memastikan dagingnya empuk dan meresap sempurna.
Di sisi lain, Nana memilih teknik panggang cepat dengan bumbu beraroma tajam, memberikan cita rasa yang lebih kuat dan langsung terasa sejak gigitan pertama.
Dalam waktu 30 menit, dua hidangan telah selesai. Para juri mulai mencicipi.
Setelah beberapa saat, Rico meletakkan garpunya. “Sial… dua-duanya enak banget.”
Mira mengangguk, kebingungan. “Yang satu lembut dan kaya rasa, yang satu penuh kejutan dengan bumbu yang kuat…”
Roland menyipitkan mata. “Aku… tidak bisa memilih.”
Setelah diskusi singkat, hasil akhirnya adalah seri.
Luxia: 1 – Nana: 1
---
Ronde 2 – Aroma yang Menggoda
Kali ini, Luxia menggunakan teknik konfit, memasak daging dalam lemaknya sendiri selama berjam-jam untuk menghasilkan rasa yang dalam dan tekstur yang lembut.
Nana tidak mau kalah. Ia menggunakan teknik sous-vide, memastikan kematangan daging sempurna dan mempertahankan kelembaban yang maksimal.
Ketika kedua hidangan siap, para juri kembali mencicipi.
Lagi-lagi, keheningan terjadi setelah suapan pertama.
Mira hampir menangis. “Aku… tidak tahu mana yang lebih enak…”
Roland memijat pelipisnya. “Astaga… ini lagi.”
Setelah diskusi panjang… ronde kedua juga seri.
Luxia: 2 – Nana: 2
---
Ronde 10 – Mulai Kekenyangan
Sepuluh ronde berlalu, dan hasilnya tetap seri.
Mira bersandar di kursinya, wajahnya mulai lesu. “Aku suka makan… tapi ini mulai jadi penyiksaan…”
Rico menatap piring kosong di depannya. “Kita benar-benar tidak bisa memilih, huh?”
Roland mulai berkeringat. “Oke… kita lanjutkan.”
---
Ronde 20 – Juri Mulai Menyerah
Dua puluh ronde telah berlangsung, dan hasilnya masih seri.
Para juri mulai tumbang satu per satu. Rico terkapar di kursi, Mira menatap kosong ke langit-langit, sementara beberapa koki lain mundur dengan alasan mereka tidak bisa makan lagi.
Roland menyeka keringat di dahinya. “Aku mulai merasa kalau ini bukan pertarungan masakan… tapi pertarungan untuk bertahan hidup.”
Luxia menyeringai. “Masih bisa lanjut, juri?”
Mira mengangkat tangan lemah. “T-Tolong… beri kami waktu istirahat untuk mencerna makanan ini terlebih dulu…”
Roland menghela napas panjang. “Tidak. Kita harus menyelesaikan ini. Lanjut ke ronde 21!”
---
Ronde 29 – Titik Jenuh
Semua koki di dapur sudah berada di ambang batas mereka. Para juri kini hanya mengunyah dengan tatapan kosong, seperti robot yang dipaksa bekerja tanpa henti.
Mira mendesah lemas. “Bahkan kalau ini makanan terbaik di dunia… aku sudah tidak bisa lagi memasukkannya ke mulutku.”
Rico hanya bisa mengangguk, tidak sanggup bicara.
Roland akhirnya meletakkan garpunya dengan tegas. “Baiklah. Cukup untuk hari ini. Ronde ke-30 akan kita lanjutkan nanti.”
Semua juri langsung jatuh terduduk, merasa lega.
Luxia tertawa kecil. “Yah, ini lebih seru dari yang kuduga.”
Nana menyilangkan tangan. “Ini belum selesai.”
Roland memijat pelipisnya. “Tolong… jangan lanjutkan sekarang…”
Meski pertarungan sementara dihentikan, semua orang tahu bahwa ini belum berakhir. Duel antara Luxia dan Nana masih berlanjut.
Hanya tinggal satu ronde lagi yang akan menentukan siapa yang benar-benar unggul…
Setelah Roland mengumumkan bahwa ronde ke-30 ditunda, suasana di dapur PT. Blackm Meow masih terasa panas. Namun, bukan karena api dari kompor, melainkan karena kelelahan yang melanda semua orang di dalamnya.
Para juri masih terkapar.
Para koki lainnya hampir tidak bisa berdiri.
Tapi dua orang masih berdiri tegak.
Luxia dan Nana.
Roland, yang masih berusaha mengatur napas setelah memastikan bahwa pertandingan harus dihentikan sementara, menatap dapur yang kini lebih mirip medan perang.
“Baiklah, kalian semua…” katanya sambil memijat pelipisnya. “Sebelum ada yang benar-benar tumbang, aku ingin kalian semua meninggalkan dapur dan beristirahat.”
Mira, yang masih terduduk di lantai, mengangkat satu tangan lemah. “Setuju…”
Rico hanya bergumam, “Aku sudah… menyerahkan hidupku pada nasib…”
Beberapa koki lainnya mulai bergerak dengan susah payah, meskipun sebagian besar hanya ingin menyeret diri mereka keluar dari dapur dan langsung pulang ke rumah untuk tidur.
Namun, Luxia dan Nana tetap berdiri di tempat mereka.
Mereka saling bertukar pandang, tidak ada niat untuk pergi atau beristirahat.
Roland melihat ini dan mendesah. Dia sudah tahu ini akan terjadi.
“Dengar,” katanya, menatap keduanya. “Aku tahu kalian masih ingin melanjutkan. Tapi lihat juri-juri kita. Kalau kita terus memaksa mereka makan, mereka bisa mengalami trauma kuliner seumur hidup.”
Mira mengangguk pelan. “Aku… tidak ingin makan makanan enak lagi untuk sementara waktu…”
Luxia hanya tersenyum tipis. “Baiklah, aku mengerti.”
Nana melipat tangan di depan dada. “Tapi kita belum selesai.”
“Jelas belum,” sahut Luxia cepat. “Aku masih ingin menang.”
Nana menatapnya dengan tatapan tajam. “Aku juga.”
Percikan persaingan di antara mereka masih membara.
Roland menggeleng, memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan mereka untuk saat ini. “Baiklah. Aku akan membahas kapan ronde terakhir ini akan dilaksanakan. Untuk sekarang, bubar.”
Perlahan, dapur mulai kosong.
Mira dan Rico akhirnya berhasil bangkit dari lantai, berjalan dengan langkah goyah keluar dari ruangan. Para koki lainnya mengikuti, meninggalkan sisa-sisa pertempuran kuliner yang baru saja terjadi.
Luxia tidak langsung pergi. Ia berjalan ke meja panjang yang penuh dengan piring kosong dan beberapa sisa makanan yang belum tersentuh.
Dia mengambil sepotong kecil dari salah satu hidangan yang dibuatnya sendiri, lalu mencicipinya dengan ekspresi santai.
“Masih enak,” gumamnya.
Nana mengangkat alis. “Kau bahkan masih ingin makan?”
Luxia hanya terkekeh. “Tentu saja. Aku tidak akan membiarkan makanan enak terbuang sia-sia.”
Nana mendecakkan lidah sebelum akhirnya ikut mengambil sepotong kecil dari salah satu hidangannya sendiri. Ia mengunyah dengan tenang, lalu mengangguk kecil.
“Tidak buruk.”
Roland menatap keduanya dengan ekspresi setengah frustrasi, setengah kagum. “Serius… kalian benar-benar monster.”
Luxia dan Nana tidak menanggapi. Mereka hanya menatap satu sama lain, seakan keduanya sudah tidak sabar untuk menyelesaikan pertarungan ini.
Namun, ronde ke-30 tetap menjadi misteri.
Kapan ronde itu akan dilaksanakan?
Dan siapa yang akan menang pada akhirnya?
Hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Untuk saat ini, pertarungan mereka masih tertunda… tapi belum berakhir.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments