You And Me
Suara musik pada sebuah bar berdentum begitu keras, memenuhi seluruh penjuru ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi bar justru semakin ramai.
Seorang perempuan menghela napasnya entah yang keberapa kali. Ia menatap sekelilingnya. Di belakang punggungnya mempertontonkan puluhan manusia berjoget ria mengikuti dentuman musik, seolah disinilah sumber kebahagiaan mereka.
Sebelah kirinya ada sofa yang diduduki sepasang kekasih atau-- mungkin hanya orang asing yang tak sengaja bertemu di sini dan merasa cocok, tengah bercumbu hebat seperti mereka adalah candu bagi salah satunya.
Sebelah kanannya jalan menuju pintu belakang bar dan toilet, yang dipenuhi orang tengah bercengkerama dengan teman satu gengnya dan orang-orang yang tengah mengantre untuk masuk ke toilet.
Dan di hadapannya ada meja panjang yang memisahkan antara dirinya dan sahabatnya.
"Ada apa dengan dirimu, Nona Abygail?" Tanya wanita yang tengah mondar-mandir membuatkan minuman untuk para tamu bar.
"Shut up, Carla! Atau ku lempar gelas ini ke wajahmu!" Ujar Aby menatap jemu gelas whiskey keempatnya.
Wanita di hadapannya terkekeh, "kau sudah duduk disini dari aku masuk hingga aku akan pulang! Dan lihatlah dirimu, sangat sangat sangat berantakan!"
"Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika Ibuku pergi bersama pria yang umurnya satu tahun lebih muda dariku dan meninggalkanku bersama Ayah tiriku tanpa meninggalkan harta apapun! Dia sudah menikah lima kali, Carla! Lima kali!
Dia selalu menangis di hadapanku dan mengatakan bahwa semua laki-laki sama saja, hanya bisa menyakiti. Seolah dia wanita paling tersakiti di dunia ini. Lihatlah sekarang, dia tak merasa jera sekalipun! Malah menghilang bersama laki-laki yang akupun tak tahu siapa dia."
Carla menghentikan aktivitasnya, lalu menghadap ke Aby, "seriously?"
Aby menundukkan kepalanya, memutar-mutar gelas yang isinya tersisa setengah, "yeah."
"Satu gelas vodka, please." Suara bariton itu masuk ke gendang telinga Aby, membuatnya spontan melirik ke arah kanannya. Hanya sekilas.
"Sure." Carla menanggapi laki-laki itu.
Beralih menatap Aby, "tunggu aku sepuluh menit lagi, lalu kita pulang bersama."
Aby menggelengkan kepalanya, "no! Aku akan pulang sendiri."
Aby beranjak dari duduknya setelah meneguk habis whiskey-nya. Kepalanya sangat pusing saat berdiri. Bagaimana tidak, ia menghabiskan empat gelas whiskey, padahal hanya dengan dua gelas wine saja ia akan bertingkah aneh semalaman dan lupa segalanya di keesokan harinya.
"Bye, Carla!" Ujar Aby dadah-dadah sambil sempoyongan.
"No no n--" Baru saja Carla akan mengejar Aby, ternyata Aby sudah terjatuh di pangkuan laki-laki yang tadi memesan vodka.
Aby yang tak sadar akal sehatnya, menatap laki-laki itu dengan seksama. Tangannya menepuk-nepuk wajah laki-laki itu.
"Kau sangat tampan! Lihatlah matamu, begitu tajam dan tatapanmu sangat dalam. Hidungmu juga sangat tinggi."
"Oh, rahangmu ini sangat tegas! Dan kokoh." Tangan Abi meraba rahang laki-laki itu.
Kemudian tangan itu menyentuh bibir laki-laki yang hanya menaikkan satu alisnya, seolah menanti apa yang akan dilakukan wanita di pangkuannya itu, "bibirmu sangat sempurna. So hot! But--"
Plak!
Tanpa diduga, Aby menampar wajah laki-laki yang bahkan tidak ia kenali itu.
"F*ck you bastard! Karena laki-laki sepertimu Ibuku terus menangis dan mengeluh! Bergonta-ganti pasangan! Bahkan sekarang dia kabur membawa semua uang yang telah aku hasilkan dengan susah payah!" Bentak Aby sembari menunjuk wajah laki-laki yang belum mau merespon apapun.
Aby menunduk dan memukul dada laki-laki itu, "tak pernah memperdulikanku dan menyayangiku," lirihnya sembari--
menangis.
Carla yang melihat adegan itu langsung berusaha menarik Aby agar ikut dengannya.
"Aku mewakilinya benar-benar minta maaf." Carla meminta maaf. Sungguh ia merasa tidak enak hati kepada pelanggannya yang bahkan belum ia sajikan pesanannya.
"It's okay. Ini sangat seru. Oh, by the way, my name is Christoper Lincoln. But, just call me Chris."
Carla membelalakkan matanya. What the hell! batin Carla menjerit.
Christoper Lincoln. Laki-laki berusia dua puluh delapan tahun yang berhasil mendirikan Lincoln Corporation. Berbagai macam media, entah media sosial maupun media cetak tak pernah luput dari namanya. Produk-produknya sudah mendunia, bahkan sepertinya setiap rumah di penjuru dunia terdapat produknya, meski hanya satu, entah itu fashion, teknologi, kesehatan ataupun makanan.
"Saya benar-benar minta maaf Mr Lincoln." Carla membungkukkan badannya. Bodohnya dia lupa bahwa pemilik bar ini adalah Christoper Lincoln.
"Just Chris. Ah, dan katakan pada temanmu besok datang ke perusahaanku pukul sepuluh pagi. Jangan terlambat atau--"
"Baik Mr-- eh Chris."
"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Banyak bar yang harus ku kunjungi dan mencari tahu ada berapa banyak wanita seperti dia." Chris melangkah pergi setelah dirinya menurunkan Abi dari pangkuannya.
"Kau gila Abi! Aku tak tahu harus bagaimana untuk membantumu. Jangan salahkan aku jika kau akan diseret untuk masuk jeruji besi karena berani menampar seorang Lincoln," omel Carla untuk menyadarkan Aby.
"Aku mau muntah." Aby mau muntah dan berjalan sempoyongan.
"Aku membencimu!" Meski berkata demikian, Carla tetap memapah Aby menuju toilet. Ia juga memijat tengkuk Aby ketika tengah muntah.
Selesai sesi muntah, Carla pulang ke apartemen bersama Aby. Ya, mereka tinggal bersama saat kuliah. Karena rumah Aby terletak jauh dari kampusnya, butuh empat jam menempuh perjalanan menggunakan mobil agar sampai kerumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menyewa apartemen dan beruntungnya ia berkenalan dengan Carla dan memutuskan untuk tinggal bersama.
Keduanya memang bukan dari kalangan keluarga yang kaya raya, maka dari itu setelah atau sebelum kuliah mereka harus bekerja. Seperti Carla, bekerja menjadi bartender ketika jam kuliah malamnya kosong. Ia akan menjadi waiter di sebuah cafe jika jam kuliah siang dan paginya kosong.
Sedangkan Aby menjadi pelayan restoran cepat saji, entah pagi, siang ataupun malam. Beruntung ia memiliki majikan yang baik hati dan pengertian, sehingga ia diberikan waktu lebih ketika jam istirahat.
"Sebaiknya kau cepat sadar Aby! Dan jangan marah padaku besok pagi karena menyetujui perintah Chris. Kau sendiri yang mengantarkan dirimu untuk berurusan dengan laki-laki itu." Carla menyerahkan sebotol air mineral untuk Aby.
"Kau tahu, sebenarnya aku tidak tahu siapa Ayahku. Aku tak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Kate, Ibuku, hanya menunjukkan foto lusuh dan usang yang menampilkan pasangan muda tengah tersenyum bahagia di kebun bunga matahari. Sang pria memegang perut buncit sang perempuan. Kate berkata dialah ayahku." Gumam Aby dengan mata tertutup. Tak lama kemudian ia pun terlelap.
Carla menggelengkan kepalanya, "sudah tahu mudah mabuk, tetap saja suka minum. Kau sudah bercerita itu ratusan kali ketika mabuk. Ceritakanlah hal indah di hidupmu, Aby."
Setelah menyelimuti Aby, Carla melenggang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Next
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Min@moer💜
semangat menulis thor💪💜
2023-08-30
1