NovelToon NovelToon

You And Me

Bab 1 ~ First meet

Suara musik pada sebuah bar berdentum begitu keras, memenuhi seluruh penjuru ruangan. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, tapi bar justru semakin ramai.

Seorang perempuan menghela napasnya entah yang keberapa kali. Ia menatap sekelilingnya. Di belakang punggungnya mempertontonkan puluhan manusia berjoget ria mengikuti dentuman musik, seolah disinilah sumber kebahagiaan mereka.

Sebelah kirinya ada sofa yang diduduki sepasang kekasih atau-- mungkin hanya orang asing yang tak sengaja bertemu di sini dan merasa cocok, tengah bercumbu hebat seperti mereka adalah candu bagi salah satunya.

Sebelah kanannya jalan menuju pintu belakang bar dan toilet, yang dipenuhi orang tengah bercengkerama dengan teman satu gengnya dan orang-orang yang tengah mengantre untuk masuk ke toilet.

Dan di hadapannya ada meja panjang yang memisahkan antara dirinya dan sahabatnya.

"Ada apa dengan dirimu, Nona Abygail?" Tanya wanita yang tengah mondar-mandir membuatkan minuman  untuk para tamu bar.

"Shut up, Carla! Atau ku lempar gelas ini ke wajahmu!" Ujar Aby menatap jemu gelas whiskey keempatnya.

Wanita di hadapannya terkekeh, "kau sudah duduk disini dari aku masuk hingga aku akan pulang! Dan lihatlah dirimu, sangat sangat sangat berantakan!"

"Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika Ibuku pergi bersama pria yang umurnya satu tahun lebih muda dariku dan meninggalkanku bersama Ayah tiriku tanpa meninggalkan harta apapun! Dia sudah menikah lima kali, Carla! Lima kali!

Dia selalu menangis di hadapanku dan mengatakan bahwa semua laki-laki sama saja, hanya bisa menyakiti. Seolah dia wanita paling tersakiti di dunia ini. Lihatlah sekarang, dia tak merasa jera sekalipun! Malah menghilang bersama laki-laki yang akupun tak tahu siapa dia."

Carla menghentikan aktivitasnya, lalu menghadap ke Aby, "seriously?"

Aby menundukkan kepalanya, memutar-mutar gelas yang isinya tersisa setengah, "yeah."

"Satu gelas vodka, please." Suara bariton itu masuk ke gendang telinga Aby, membuatnya spontan melirik ke arah kanannya. Hanya sekilas.

"Sure." Carla menanggapi laki-laki itu.

Beralih menatap Aby, "tunggu aku sepuluh menit lagi, lalu kita pulang bersama."

Aby menggelengkan kepalanya, "no! Aku akan pulang sendiri."

Aby beranjak dari duduknya setelah meneguk habis whiskey-nya. Kepalanya sangat pusing saat berdiri. Bagaimana tidak, ia menghabiskan empat gelas whiskey, padahal hanya dengan dua gelas wine saja ia akan bertingkah aneh semalaman dan lupa segalanya di keesokan harinya.

"Bye, Carla!" Ujar Aby dadah-dadah sambil sempoyongan.

"No no n--" Baru saja Carla akan mengejar Aby, ternyata Aby sudah terjatuh di pangkuan laki-laki yang tadi memesan vodka.

Aby yang tak sadar akal sehatnya, menatap laki-laki itu dengan seksama. Tangannya menepuk-nepuk wajah laki-laki itu.

"Kau sangat tampan! Lihatlah matamu, begitu tajam dan tatapanmu sangat dalam. Hidungmu juga sangat tinggi."

"Oh, rahangmu ini sangat tegas! Dan kokoh." Tangan Abi meraba rahang laki-laki itu.

Kemudian tangan itu menyentuh bibir laki-laki yang hanya menaikkan satu alisnya, seolah menanti apa yang akan dilakukan wanita di pangkuannya itu, "bibirmu sangat sempurna. So hot! But--"

Plak!

Tanpa diduga, Aby menampar wajah laki-laki yang bahkan tidak ia kenali itu.

"F*ck you bastard! Karena laki-laki sepertimu Ibuku terus menangis dan mengeluh! Bergonta-ganti pasangan! Bahkan sekarang dia kabur membawa semua uang yang telah aku hasilkan dengan susah payah!" Bentak Aby sembari menunjuk wajah laki-laki yang belum mau merespon apapun.

Aby menunduk dan memukul dada laki-laki itu, "tak pernah memperdulikanku dan menyayangiku," lirihnya sembari--

menangis.

Carla yang melihat adegan itu langsung berusaha menarik Aby agar ikut dengannya.

"Aku mewakilinya benar-benar minta maaf." Carla meminta maaf. Sungguh ia merasa tidak enak hati kepada pelanggannya yang bahkan belum ia sajikan pesanannya.

"It's okay. Ini sangat seru. Oh, by the way, my name is Christoper Lincoln. But, just call me Chris."

Carla membelalakkan matanya. What the hell! batin Carla menjerit.

Christoper Lincoln. Laki-laki berusia dua puluh delapan tahun yang berhasil mendirikan Lincoln Corporation. Berbagai macam media, entah media sosial maupun media  cetak tak pernah luput dari namanya. Produk-produknya sudah mendunia, bahkan sepertinya setiap rumah di penjuru dunia terdapat produknya, meski hanya satu, entah itu fashion, teknologi, kesehatan ataupun makanan.

"Saya benar-benar minta maaf Mr Lincoln." Carla membungkukkan badannya. Bodohnya dia lupa bahwa pemilik bar ini adalah Christoper Lincoln.

"Just Chris. Ah, dan katakan pada temanmu besok datang ke perusahaanku pukul sepuluh pagi. Jangan terlambat atau--"

"Baik Mr-- eh Chris."

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Banyak bar yang harus ku kunjungi dan mencari tahu ada berapa banyak wanita seperti dia." Chris melangkah pergi setelah dirinya menurunkan Abi dari pangkuannya.

"Kau gila Abi! Aku tak tahu harus bagaimana untuk membantumu. Jangan salahkan aku jika kau akan diseret untuk masuk jeruji besi karena berani menampar seorang Lincoln," omel Carla untuk menyadarkan Aby.

"Aku mau muntah." Aby mau muntah dan berjalan sempoyongan.

"Aku membencimu!" Meski berkata demikian, Carla tetap memapah Aby menuju toilet. Ia juga memijat tengkuk Aby ketika tengah muntah.

Selesai sesi muntah, Carla pulang ke apartemen bersama Aby. Ya, mereka tinggal bersama saat kuliah. Karena rumah Aby terletak jauh dari kampusnya, butuh empat jam menempuh perjalanan menggunakan mobil agar sampai kerumahnya. Akhirnya ia memutuskan untuk menyewa apartemen dan beruntungnya ia berkenalan dengan Carla dan memutuskan untuk tinggal bersama.

Keduanya memang bukan dari kalangan keluarga yang kaya raya, maka dari itu setelah atau sebelum kuliah mereka harus bekerja. Seperti Carla, bekerja menjadi bartender ketika jam kuliah malamnya kosong. Ia akan menjadi waiter di sebuah cafe jika jam kuliah siang dan paginya kosong.

Sedangkan Aby menjadi pelayan restoran cepat saji, entah pagi, siang ataupun malam. Beruntung ia memiliki majikan yang baik hati dan pengertian, sehingga ia diberikan  waktu lebih ketika jam istirahat.

"Sebaiknya kau cepat sadar Aby! Dan jangan marah padaku besok pagi karena menyetujui perintah Chris. Kau sendiri yang mengantarkan dirimu untuk berurusan dengan laki-laki itu." Carla menyerahkan sebotol air mineral untuk Aby.

"Kau tahu, sebenarnya aku tidak tahu siapa Ayahku. Aku tak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Kate, Ibuku, hanya menunjukkan foto lusuh dan usang yang menampilkan pasangan muda tengah tersenyum bahagia di kebun bunga matahari. Sang pria memegang perut buncit sang perempuan. Kate berkata dialah ayahku." Gumam Aby dengan mata tertutup. Tak lama kemudian ia pun terlelap.

Carla menggelengkan kepalanya, "sudah tahu mudah mabuk, tetap saja suka minum. Kau sudah bercerita itu ratusan kali ketika mabuk. Ceritakanlah hal indah di hidupmu, Aby."

Setelah menyelimuti Aby, Carla melenggang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Next

Bab 2 ~ Different

Suara alarm berbunyi nyaring, namun sang empu enggan untuk bangun. Ia justru menutup seluruh badannya dengan selimut. Kepalanya terasa sangat pening, membuatnya malas sekali untuk bangun dari tidur.

"Bangun wanita penggoda!" Teriak Carla membuka paksa selimut yang membungkus tubuh Aby dan menarik tangannya agar bangun dari tidur.

"Aku sangat membencimu, Carla!" Aby duduk dengan terpaksa meski setengah sadar.

"Me too." Carla menyodorkan obat penghilang pengar dan segelas air.

"Apakah anda sudah sadar Nona Abygail Chloe?" Ujar Carla berdiri di hadapan Aby sembari menyilangkan tangan.

Aby mendongakkan kepalanya menatap Carla dengan ekspresi bingung. "Kenapa?" Tanyanya polos.

"Apakah kau lupa?" Carla berusaha mengingatkan Aby kembali pada kejadian semalam.

Kringgg... Kringgg... Kringgg...

Aby menyambar jam bekernya yang kembali berbunyi dan mematikannya. Diliriknya jam tersebut.

"What the f*ck! Aku terlambat!"

Tanpa berpikir panjang dan melupakan kehadiran Carla, Aby mengganti pakaiannya tanpa melakukan ritual mandi, kemudian berlari secepat kilat menuruni anak tangga di apartemennya. Apartemen yang mereka tinggali berada di lantai tiga dan sialnya sudah dua hari ini lift di apartemen itu sedang dalam perbaikan.

Aby melirik jam yang melingkar di tangannya. Seiring bergeraknya jarum jam tangannya, semakin bertambah pula kecepatan berlarinya. Beruntung, jarak dari apartemen ke kampus hanya sepuluh menit jika berjalan kaki.

Tiba di depan kelas, ia berhenti sejenak untuk mengatur napas dan merapikan dandanannya. Ketika membuka pintu, ternyata dosen pengampu belum datang. Bodohnya, Aby tidak melihat chat group yang memberi info bahwa Mrs Jenna akan terlambat untuk masuk kelas.

Aby mengembuskan napasnya kasar seraya mendaratkan bokongnya pada kursi.

"Are you okay, sweet heart?" Tanya seorang laki-laki yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya.

Aby memutar bola matanya malas. Mood-nya benar-benar buruk hari ini. Ia kembali teringat ibunya yang kabur bersama pacarnya dengan membawa uang tabungan yang Aby kumpulkan berbulan-bulan.

"Jangan ganggu aku, Alex!" Aby mengeluarkan earphone dan memasangkan pada telinganya.

"Ayolah sweetie, maafkan aku dan lupakan masa lalu. Aku masih mencintaimu." Alex menggenggam tangan Aby, berharap bisa meluluhkan hatinya.

Aby menatap Alex penuh kebencian, lalu ia tepis tangan Alex. "Are you kidding me? Hello, Alex! Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kau bercumbu dengan Ibuku! Bahkan dikamarku, Alex! Dan kau berharap aku akan memaafkanmu? Jangan harap! Menjauhlah dariku! Aku bahkan jijik karena menghirup udara yang sama denganmu di ruangan ini."

"Waktu itu aku tidak sadar, Aby!" Jelas Alex berusaha meyakinkan Aby.

Aby menyunggingkan senyum smirk, "tidak sadar? Apakah kedua dan ketiga kalinya kau juga tidak sadar? Stay away from me!"

"Well, okay aku akan menjauh. Tapi ingatlah, tak ada yang mencintai dan menyayangimu selain aku. Akan ku pastikan kau bertekuk lutut di hadapanku dan memohon agar bisa kembali kepadamu." Alex pun beranjak pergi, keluar dari kelas.

Tring...

📩

Carla

Jam berapa kelasmu berakhir?

^^^Aby^^^

^^^Jam 8. Why babe?^^^

Carla

Datanglah kesini

📍Location

^^^Aby^^^

^^^Okey!^^^

Setelah mata kuliah berakhir, Aby bergegas menuju alamat yang diberikan oleh Carla. Ia sebenarnya penasaran kenapa Carla menyuruhnya ke lokasi yang belum pernah Aby datangi, tapi Aby tidak ingin bawel di pesan jadi ia akan bertanya langsung saja kepada Carla ketika mereka bertemu.

Taxi yang ia tumpangi berhenti di depan gedung pencakar langit. Gedung dengan delapan puluh lantai. Aby lagi-lagi bertanya kepada sopir Taxi, apakah benar alamat ini yang dituju? Dan jawabannya masih sama, yaitu benar.

Aby mencoba untuk menghubungi Carla.

"Halo, Carla kenapa kau mengirim lokasi ke Lincoln Corporation? Apakah kau salah lokasi?"

"Tidak. Benar di situ titiknya. Okay aku jelaskan, semalam kau mabuk dan jatuh di pangkuan Christoper Lincoln. Kau menamparnya. Dia menyuruhku untuk memintamu datang ke kantornya dan aku menyetujuinya. Sekarang kau masuk saja."

"What the hell, Carla! Kenapa kau menyetujuinya? Anggap saja itu kesalahan karena aku mabuk. Aku akan pulang sekarang!"

"Dan besok polisi akan datang ke apartemen kita untuk menyeretmu dan memasukkanmu kedalam penjara? Sudahlah, By. Kau masuk saja, lalu minta maaf. Salahmu sendiri mabuk dan membuat masalah dengan Chris. Dia orang yang sangat ternama dan berpengaruh di kota ini, jadi kau harus hati-hati dengannya. Dan kau harus tau dia pemilik bar tempatku bekerja. Jangan sampai karena kau, aku di pecat dari pekerjaanku. Jika perlu gunakan kesempatan ini untuk merayunya. Hidupmu akan mudah jika menjadi nyonya Lincoln. Yasudah aku sedang sibuk, ku tutup teleponnya. Bye!"

"Sialan kau Carla! Bodoh sekali kau Abygail! Bisa-bisanya membuat masalah dengan orang seperti Christoper Lincoln!" Aby merutuki kebodohannya. Ia bertekad dalam hati tidak akan mabuk-mabukkan lagi.

"Memangnya orang seperti apa aku ini Abygail Chloe?"

Aby membelalakkan matanya. Suara bariton itu kembali masuk ke gendang telinganya. Membuat bulu kuduknya meremang.

Aby menormalkan kembali mimik wajahnya sebelum berbalik badan menghadap lawan bicaranya. "Orang yang kurang kerjaan karena menyuruh wanita sepertiku datang ke kantormu."

Chris menyunggingkan senyum simpul, "kurang kerjaan? Berkas dua hari yang lalu bahkan belum ku sentuh Abygail, karena banyaknya pekerjaan yang tidak bisa ku tunda. Dan apa tadi kau bilang? Wanita sepertimu? Memangnya kau wanita seperti apa, em? Apakah kau berbeda dengan wanita pada umumnya?"

"Wah, sayang sekali. Baiklah karena kau sangat sibuk, aku akan pergi dari sini." Baru satu langkah berjalan menjauhi Chris, tiba-tiba tangannya dicekal.

"Kau belum menjawab pertanyaanku Aby. Wanita seperti apa kau ini?"

"Aku wanita biasa yang tidak dikenal dan super sibuk. Kau puas Tuan Lincoln?" Ujar Aby penuh penekanan sembari menatap Chris seolah menantang.

"Aku akan puas jika kau mau masuk ke dalam dan berbicara dengan santai bersamaku."

Aby berdecih, "maaf aku tidak suka mengganggu kesibukan orang lain."

Chris menyunggingkan senyum, 'menarik.' batinnya. "Kau lupa tujuanmu kemari Abygail?"

"Oh, aku minta maaf untuk kejadian semalam. Aku mabuk dan tak sadar. Entah apapun itu yang ku ucapkan dan ku lakukan, lupakan saja karena itu hanya bualan." Entah kemana pikiran Aby, yang jelas ia merasa kesal dengan laki-laki di hadapannya.

Chris menatap Aby lekat. Sudah sangat lama ia tak pernah menemukan wanita seperti ini. Wanita yang ia jumpai selalu bertekuk lutut di hadapannya dan berusaha untuk menggapainya. Jangankan berucap kasar seperti Aby tadi, untuk berbicara dengan nada normal saja tidak ada. Para wanita yang ia temui akan berbicara dengan nada menggoda, seolah Chris adalah laki-laki yang mudah hanyut dengan rayuan wanita.

"Permintaan maaf yang sangat sopan, Aby." Ucap Chris mengejek.

Aby tersenyum sok manis, "terima kasih. Baiklah, sudah cukup. Aku akan pulang." Lalu wajahnya kembali datar.

Chris kembali mencekal pergelangan tangan Aby, "apakah kau memiliki kekasih?"

Untuk beberapa detik, Aby merasa seperti tersengat listrik. Namun ia segera sadar dan menepis tangan Chris, "maaf aku tidak berminat untuk menjadi salah satu wanita simpanan anda tuan Christoper."

Mengingat banyak rumor mengatakan pendiri Lincoln Corporation itu sering bergonta-ganti pasangan. Jadi Aby termakan oleh rumor itu meskipun belum tahu benar tidaknya. Jangan salahkan Aby, karena dia adalah wanita yang memang sulit untuk tidak percaya sebuah gosip.

Setelahnya Aby bergegas menaiki Taxi yang sudah ia pesan tadi. Dari balik kaca mobil ia melihat mata elang Chris yang tengah menatapnya dalam. Membuatnya panas dingin dan hanyut. Untung saja ia sudah berada di dalam mobil dan bergerak menjauh. Ia tak boleh goyah! Semua lelaki hanya bisa menyakiti dan merenggut apa yang kau miliki. Itu adalah prinsip yang hingga kini ia pegang.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Next.

Bab 3 ~ Brown eyes

"Kau gila Aby! Benar benar gila! Apakah kau tahu dia sangat kejam? Ia akan melakukan segala cara untuk menjatuhkan siapa saja yang berani mengganggunya. Dan kau? Oh god! Sepertinya kau harus kabur dari negara ini sekarang juga!" Carla terus mengoceh setelah Aby menceritakan perihal pertemuannya dengan Chris.

Ya, sepulangnya dari Lincoln Corporation ia bekerja di restoran lalu setelahnya Aby mampir ke bar tempat Carla bekerja untuk menceritakan kejadian tentang dirinya dan Chris. Dan seperti dugaannya, Carla marah besar. Terlebih Chris adalah pemilik bar tempat Carla bekerja. Karena perjalanan untuk mendapatkan pekerjaan di bar itu cukup panjang, Carla sangat tidak ingin kehilangan pekerjaannya. Ia tidak ingin usaha dan kerja kerasnya terbuang sia-sia.

"Aku hanya mengatakan apa yang kau sampaikan," sanggah Aby yang tak mau disalahkan.

"Aku bilang kau harus hati-hati dengannya, kau minta maaflah yang baik. Jika perlu manfaatkan pertemuan kalian agar bisa dekat. Bukan malah menantangnya. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana denganmu, Aby!" Carla terus mengomel meskipun tangannya bergerak lincah kesana kemari meracik minuman.

Aby menghela napas, "baiklah aku salah."

"Memang kau salah, bodoh!" Carla gemas sendiri melihat sahabatnya yang satu ini. Ia tak habis pikir, dengan pesona Chris yang terbilang sangat tinggi masih saja Aby teguh pada pendiriannya anti untuk jatuh hati. Bahkan dia berani untuk berkata dan berlaku kasar pada laki-laki yang digandrungi para wanita itu.

"Lalu aku harus bagaimana Carla? Berhadapan dengannya membuat emosiku meledak!" Aby nampak putus asa. Dia memang merasa salah, tapi ia tak bisa mengontrol emosinya jika berhadapan dengan Chris.

Carla menatap Aby dengan pasrah, ia mengedikkan bahunya. "I don't know."

Dunia benar-benar sedang tidak adil dengan Aby. Belum selesai masalah mengenai ibunya, kini bertambah lagi masalah dengan orang yang baru ia kenali satu malam, bahkan ketika ia tengah mabuk. Aby menyesap kembali wine-nya. Padahal baru tadi siang ia bertekad tidak akan minum-minuman lagi, namun sekarang justru sangat berbanding terbalik. Sekarang sudah dua botol wine ia habiskan.

"Kita bertemu lagi Abygail." Laki-laki dengan setelan kemeja putih dan celana hitam duduk di kursi sebelah Aby yang kebetulan kosong.

Meski setengah sadar, Aby bisa mengenali wajah dan suara yang sejak kemarin menghantuinya. "Hai, Chris. Do you want to drink?" Aby menyodorkan gelasnya yang sudah tak berisi.

"Yes. Satu gelas cocktail, please." Chris memesan minuman kepada Carla yang sejak tadi hanya berdiri menatapnya.

Sebelum Carla beranjak dari tempatnya, Aby memanggilnya dan berbisik dengan suara lantang "Carla! Ini dia Chris kejam yang kau ceritakan tadi! Apakah dia kemari mau menjatuhkanku? Membalas dendam karena kemarin telah menamparpfff--"

Dengan cepat Carla membekap mulut Aby yang sudah tidak bisa dikontrol ketika mabuk. Ingin rasanya Carla melenyapkan Aby dari bumi sekarang juga.

"Kau sudah bosan hidup, Aby?"

Aby mengangguk lalu menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Carla. Entah paham atau tidak, Aby hanya bisa mengangguk dan menggeleng karena mulutnya tertutup oleh tangan Carla.

"Tak apa, Carla. Aku ingin mendengar apa yang akan ia ucapkan." Chris secara tidak langsung meminta Carla untuk melepaskan Aby.

Carla meneguk ludah, namun tak urung melepaskan tangannya pada mulut Aby. Sepertinya pekerjaan yang kini ia punya sedang di ambang batas kehancuran. Jika benar Carla dipecat, mungkin ia akan marah besar kepada Aby hingga menemukan perkejaan baru yang setara dengan pekerjaannya sekarang.

Perlahan dan dengan sempoyongan Aby bangkit dari duduknya, berniat untuk pulang. Namun baru satu langkah ia berbalik, "Chris, aku minta maaf." Aby membungkukkan badannya tulus meminta maaf. Setelah itu ia kembali melanjutkan jalannya keluar dari bar.

Carla yang ingin mengejar Aby, dihentikan oleh Chris, "biar aku saja."

"Tapi--" ada keraguan membiarkannya bersama dengan Chris yang notabene adalah orang asing. Terlebih ia tak tahu ada motif apa hingga seorang Aby bisa membuat Christoper tertarik.

"Tenang, aku tak akan macam macam dengan temanmu." Berusaha meyakinkan bahwa ia tak memiliki niat buruk dan ketika diberi lampu hijau ia segera menyusul Aby yang sudah keluar dari bar.

"Berani sekali kau tidur dengan Ibuku! Apakah tidak cukup jika hanya aku saja? Bajingan kau!" Terlihat Aby tengah marah-marah pada sebuah pohon. Banyak orang yang menatapnya prihatin, namun ada juga yang menatapnya aneh seolah Aby adalah pasien yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Aby menunjuk pohon lain yang berdiri kokoh di samping pohon tadi ia marahi, "dan kau. Kenapa kau meninggalkan ibuku? Kau membuat ibuku berubah! Kau membuat dia seperti seorang pelacur yang mudah dirayu dan dicumbu oleh laki-laki. Kau membuat dia tak pernah peduli padaku. Kau membuat dia selalu haus akan pasangan dan harta! Kenapa laki-laki seperti kalian selalu menyakiti wanita?!"

Tangan Aby yang akan memukul pohon di depannya lagi di cekal oleh Chris, "hey, jangan sakiti dirimu sendiri."

Dengan cepat Aby menghempaskan tangan Chris, "bukan urusanmu! Menjauhlah dariku Christoper!"

Tanpa menghiraukan ucapan Aby, Chris memeriksa tangan Aby yang sudah lecet karena memukuli batang pohon yang keras. Ia mengeluarkan sapu tangan dari kantongnya, lalu melilitkannya pada tangan Aby yang terluka.

"Kau wanita, jagalah badanmu."

Aby menatap Chris yang tengah melilitkan sapu tangan dengan lembut. Sudah sangat lama ia tak mendapat kelembutan dari seseorang selain Carla, terlebih oleh laki-laki. Selama ini ia selalu menutup diri dan tak memedulikan siapa saja yang ingin mendekatinya. Perasaan aneh mulai menjalari hatinya.

'Tidak! Ini salah. Sadarlah Aby!' batin Aby yang membuat ia menarik tangannya yang tengah dipegang oleh Chris.

"Aku akan pulang." Dengan gegabah Aby ingin menyeberang, karena tidak sepenuhnya sadar ia tak tahu jika lampu penyeberangan masih berwarna merah.

Tinnn....

Sebuah mobil hampir saja menabrak Aby jika saja Chris tidak menarik tangannya.

Kini mereka berhadapan dengan sangat dekat. Bahkan hembusan napas mereka bisa dirasakan satu sama lain. Chris menatap mata Aby dalam, berusaha untuk menyelam ke dasarnya. Sedangkan Aby balik menatapnya, berusaha agar tidak tenggelam dalam tatapan laki-laki di hadapannya.

Aby segera sadar, ia pun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Rupanya kau memiliki iris mata berwarna cokelat, hem?" Chris menyelipkan anak rambut Aby yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.

"Bukan urusanmu!" Lagi-lagi ia menepis tangan Chris yang tengah menata rambutnya. Setelah melihat lampu penyeberangan berwarna hijau dengan tergesa ia menyeberang jalan. Tak menghiraukan Chris yang tadi telah menyelamatkannya. Bahkan mabuk yang ia rasakan seperti lenyap begitu saja. Entahlah, ia merasa aneh jika berdekatan dengan Chris. Chris seperti pusat gravitasi yang terus menarik Aby untuk mendekat kepadanya. Dan Aby takut untuk itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Next.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!