Cin, td knp lo blk lg ke sklh?
Cinthia membaca whatssap dari Gaudy. Pesan yang bertopik sama juga di kirim oleh dua orang temannya yang lain, Urdha dan Yama. Padahal, Urdha nggak pulang bersama mereka mereka. Memang gosip itu mudah untuk tersebar luas. Belum sempat Cinthia membalas teman-temannya, kakak perempuan yang cuma satu-satunya ini datang ke kamarnya dan masuk tanpa diundang.
Dengan santainya Billi melompat ke kasur Cinthia dan tidur-tiduran sambil memandangi Cinthia dengan tatapan menunggu sesuatu. Cinthia membalas pandangan kakaknya dengan sinis. Kalau mata Cinthia bisa berbicara mungkin dengan sendirinya dia akan berkata Pergi lo! kepada Billi. Sepertinya Billi nggak kebal hanya dengan pandangan sinis Cinthia. Buktinya, dia masih dengan santainya menatap Cinthia dengan pandangan mata yang sama. Semakin lama Cinthia mulai kesal.
"Apalagi? Kan udah gue ceritain tadi siang!" jelasnya.
"Semuanya?" tanya Billi masih dengan santai membuat Cinthia bertambah kesal.
"Emangnya mau cerita apalagi?" Cinthia bertanya balik. Cinthia menyerah nggak tahu harus berbuat apa lagi untuk menjelaskan pada kakaknya kalau kejadian tadi siang itu memang benar-benar berawal dari ketidaksengajaan antara Cinthia dan Rais.
"Gue nggak percaya kalau itu cuma sebuah kebetulan ketemu di bis. Pasti si Rais udah ngomong macem-macem ama lo. Soalnya dia suka sama lo gara-gara ngeliat foto lo di dompet gue."
"Berarti bukan salah gue donk kalau gue cantik terus bikin Rais suka sama gue!" kata Cinthia sewot.
"Justru itu! Gue mau mastiin dengan sepasti-pastinya karena Rais bilang sama gue mau ngejadiin lo gebetannya!" Billi berhenti berbicara sejenak, memastikan keadaan. Lalu, dia melanjutkan ucapannya. "Jadi..." katanya gantung.
"Jadi apa! Cuma temen doank kok! Kan waktu di pesta temen lo, kita baru kenalan." kata Cinthia sambil cemberut kesal.
"Bener nih?" Billi bertanya memastikan. Cinthia hanya diam menanggapi pertanyaan Billy. Billi tersenyum puas.
"Kalau ada apa-apa cerita sama gue,ya!" Billi berjalan keluar kamar Cinthia dan menutup pintu kamarnya. Cinthia masih diam karena sewot sama Billi. Sebelum lupa, dibalasnya pesan Gaudy.
Sabtu aja gue jlsin!
Messagepun delivered dengan cepat. Sambil menghenyakkan tubuhnya ke kasur, Cinthia memikirkan kata-kata Billi tentang Rais. Walaupun emang benar Rais suka gue dan ngejadiin gue gebetannya, itu menandakan kalau gue punya daya tarik . Tapi kalau jadinya... Cinthia berhenti mengkhayal. Cinthia langsung menarik bed covernya dan menutupi kepalanya.
Belum puas dengan jawaban-jawaban dari Cinthia, Billi masih berusaha mencari informasi tentang Cinthia dan Rais yang membuat adiknya itu sewot setengah-setengah, setengah idup dan setengah mati. Billi mengambil handphonenya yang dia simpan di kantong celananya. Dia mencari sebuah nama di list namanya. Dapet! gumamnya dalam hati. Segera dia telfon orang beruntung yang akan mendapat telfon darinya. Nggak lama telfonpun tersambung.
"Halo, Rais! Billi di sini!" serunya santai. Orang yang diseberang, yang sedang ngedit-ngedit sesuatu di komputernya hanya menjawab sekenanya dan memperbaiki posisi handphonenya. Rais meninggalkan meja komputernya dan memilih tidur-tiduran di kasur empuknya.
"Rais, sebenernya gue cuma mau mastiin."
"Mastiin apa?" tanya Rais bingung.
"Lo serius nggak sama adik gue?"
Rais diem sebentar, bingung mau menjawab apa. Di satu sisi, dia nggak bisa bohong kalau sebagai cowok, dia tertarik sama Cinthia. Tapi, disisi lain, dia belum sepenuhnya suka sama Cinthia. Masa cuma dalam beberapa hari dia bisa jatuh cinta segitunya sama adek temennya ini.
"Woy Rais ! Masih di sana nggak?" tanya Billi dari seberang sana.
"Eh..iya! Masih kok!" jawab Rais sambil garuk-garuk kepala yang dia yakin Billi nggak tahu dengan apa yang sedang ia lakukan.
"Kalau gitu jawab donk!" kata Billi sedikit memaksa. Rais masih bingung.
"Emang napa sih, Bil?" tanya Rais balik.
"Ya, nggak. Gue nanya ini supaya gue tenang aja." jelasnya kepada Rais .
"Tenang?" Rais menanyakan hal yang dikatakan Billi.
"Udahlah! Ini urusan lo terhadap kakak ceweknya orang yang lagi lo gebet!" katanya tegas. Perkataan Billi sempet bikin Rais kikuk juga untuk sementara waktu.
"Apaan sih lo, Bil! Gue sama adek lo cuma temen!" jawab Rais agak sedikit salting di tempat. Tapi, nggak menutup kemungkinan gue bakal suka beneran sama adek lo... lanjut Rais dengan tatapan mata yang sedikit menerawang ke langit-langit kamarnya.
"Udah ah,Bil! Gue ada kerjaan nih!" kata Rais sadar dari terawangannya. Mukanya agak blushing sedikit.
"Oke deh Rais! Gue ngerti kok! Daa!" hubungan antar telfon putus. Billi sudah memutuskan sambungan. Raispun memutus sambungan juga. Selanjutnya, dia kembali duduk di depan komputernya dengan tubuh lunglai. Rais masih terdiam mengingat ucapan yang Billi katakan padanya di telfon tadi.
Udahlah! Ini urusan lo terhadap kakak ceweknya orang yang lagi lo gebet!
Kakak ceweknya orang yang gue gebet?
Lo serius nggak sama adik gue?
Serius???
Rais bingung memikirkan hal itu. Bagi Rais, hal ini masih sangatlah baru dan Rais yakin Cinthiapun berfikir seperti itu. Walaupun dia mejadikan Cinthia gebetannya dan Cinthiapun tahu akan hal itu. Tapi belum tentu mereka berdua benar-benar jadian. Yang bisa Rais lakukan sekarang adalah berbuat baik ke Cinthia. Nggak ada salahnya berbuat baik terhadap sesama manusia, mau dia cewek ataupun cowok.
Rais membuat keputusan yang seorangpun nggak tahu kecuali dirinya dan Tuhan sehubungan dengan Cinthia dan dirinya. Setelah itu, Rais melanjutkan kerjaan yang tadi sempat ia tinggal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments