Part 3b

Bunyi hp bergetar di atas meja komputernya. Bunyinya yang berisik membangunkan pemilik hp. Sambil meraba-raba meja, Rais mendapatkan hpnya. Dia terduduk di kursinya. Semaleman dia tidur di depan komputernya. Sambil meregangkan tubuhnya, Rais membaca whatssap yang masuk.

Hi, Rais ! Apa kbr? Sori ganggu.

Chayo ya sm krjaannya. Hr ini gw

Ujian smstr nih! Doain yah!

Rais sedikit kaget karena ternyata yang me whatssap dia pagi-pagi adalah Cinthia. Dia teringat kalau sudah semingguan ini dia nggak menghubungi Cinthia karena kerjaannya yang sangat menumpuk.

Rais tersenyum membaca pesan Cinthia itu. Ada perasaan senang dan kangen terselip di dadanya. Biasanya, sebelum ada job yang menghampiri, hampir setiap hari dia menghubungi Cinthia. Walaupun cuma buat sekedar basa-basi biasa. Dengan segera Rais membalas whatssap dari Cinthia. Mendoakan Cinthia balik supaya ujian semesternya berhasil.

Gw OK! Chayo juga bwat lo, y!

Good Luck!

Rais segera mengirim whatssap nya kepada Cinthia. Tapi, dengan cepat, hpnya menyatakan kalau massagenya failed. Rais kaget banget dan memeriksa apa jangan-jangan hpnya error. Dia mengecek paket dan ternyata beberapa menit yang lalu paketnya abis. Oh! My god! I dont have money! Rais kelabakan. Dia celingak-celinguk ke sana-sini. Pandangan matanya menjelajahi ruangan kamarnya. Otaknya berputar berfikir apa yang harus dia lakukan?

Rais turun dari kasurnya. Bongkar-bongkar kantong-kantong tasnya. Ditemukannya sejumlah uang sebesar 2500 rupiah. Setelah menemukan sejumlah harta tersebut, dia masih meneruskan mencari jejak harta karunnya.

Rais mengangkat kasurnya, namun yang ditemukannya nihil. Tidak ada uang sepeser pun. Merasa kamarnya sudah tidak berharta lagi, Rais keluar kamarnya menuju lemari tempat mamanya menyimpan gelas-gelas antik. Di bukanya lemari tersebut, diangkatnya cangkir-cangkir itu dengan hati-hati dan perlahan. Di temukannya uang dengan pecahan lima ribu rupiah.

Mendapatkan harta temuan yang baru tersebut, Rais segera mengganti celananya dengan celana panjang dan segera keluar rumah untuk membeli pulsa yang berharga lima ribuan.

Dengan sekuat tenaga dia berlari keluar dari rumah ke toko yang menjual pulsa terdekat. Sesampainya di sana, ternyata toko pulsanya tutup. Merasa masih ada harapan, dia melanjutkan berlari lagi menuju toko pulsa lain yang masih berada di sekitar rumahnya. Dia berlari menghampiri toko-toko yang ia tahu. Ternyata, sayang sekali semuanya tutup! Rais pasrah. Karena sudah kelelahan, dia duduk di pinggir trotoar. Mengatur nafasnya sedemikian rupa sehingga perlahan-lahan normal kembali.

Perlahan, Rais mempertanyakan tindakan yang ia lakukan. Apa yang gue lakukan? Apa yang baru saja gue lakukan? Cuma untuk ngebales whatssap dari cewek itu! Cewek yang kurang dari tiga minggu baru gue kenal! Apa gue udah gila? Udah sinting? Udah nggak waras? Hanya karena perasaan ini? Ris tertegun sejenak. Perasaan? tanyanya kembali pada dirinya sendiri.

Rais kembali bertanya pada dirinya sendiri, memastikan pertanyaan yang ia lontarkan sendiri terhadap hatinya. Perasaan. Apa perasaannya sudah berubah? Nggak mungkin. Rais menggelengkan kepalanya sendiri dan tersenyum mengejek kepada dirinya sendiri.

Rais mengeluarkan hp dari saku celanaya. Membuka whatssap dan membaca kembali pesan yang dikirimkan oleh Cinthia tadi pagi. Dibacanya kembali perlahan.

"Sial!" dia mengerang sambil melemparkan kerikil kecil ke jalanan.

"Auuww!! Jangan asal lempar donk!" terdengar suara seseorang yang berada di depannya. Rais menatap orang itu heran. Orang yang ternyata berjenis kelamin laki-laki itu berjalan menghampiri Rais sambil menggosok-gosok bagian belakang kepalanya.

"Woy! Mas kalau lagi ngamuk, liat-liat situasi donk! Jangan asal lempar kerikil aja! Kena kepala orang tau!" seru bapak-bapak yang kepalanya terkena lemparan kerikil Rais.

Rais dengan tampang cengonya cuma bisa bilang maaf, maaf, dan maaf sambil membungkuk ke arah orang tersebut. Finally, karena sudah kehabisan kata-kata untuk mengomeli Rais, bapak-bapak tersebut kembali ke aktifitas asalnya, yaitu lari pagi.

"Tunggu, Pak!" Rais berlari perlahan ke arah bapak-bapak itu. Si bapak-bapak dengan tampang heran dan sedikit kesal mengehntikkan lari paginya dan memperhatikan Rais yang perlahan dan pasti medekatinya.

"Maaf, Pak. Boleh numoang tethering?" tanya Rais spontan. Dia menjulurkan tangannya untuk meminjam hp bapak itu. Sedangkan si bapak, dengan kesal membalik tubuhnya dan kembali melaksanakan aktifitasnya. Dasar kurang ajar! pikir bapak itu. Rais diam dan melengos putus asa. Sedikit rasa kecewa muncul di hatinya. Good luck ya, Cin! ujarnya lirih.

****************

Bel tanda masuk kelas sudah berbunyi dari tadi. Cinthia sedang duduk sambil menggigit pensil 2Bnya dan mencoba menerjemahkan kalimat-kalimat soal yang ada di depan matanya. Apa-apaan sih nih soal! Mr (istilah di bidang kimia)nya aja nggak jelas gimana mau nyari mol (istilah di bidang kimia)nya! Nih soal salah ketik kali! gerutunya dalam hati. Cinthia menggerutu dan meratapi nasibnya sendiri.

Saking nggak tahu harus berbuat apa lagi dengan soal kimianya itu, Cinthia melirik sedikiitt ke arah Urdha yang sedang mengerjakan soal dengan mudahnya. Dengan mudahnya si Urdha menerjemahkan kalinat-kalimat kimia yang ada di soal. Sambil mengangguk-ngangguk ditambah dengan senyum-senyum puas, dia membulatkan jawaban di LJKnya dengan pasti.

Dengan tampang kucel, Chintia kembali ke soal. Cinthia mencari-cari soal lain yang kira-kira bisa dia kerjakan. Pada akhirnya, Cinthia bisa mengerjakan sekitar 20 soal dan sisanya Cinthia isi dekat asal. Lumayanlah!

Akhirnya, setelah dua jam berlalu, ujian semester pelajaran pertama yaitu kimia selesai sudah. Cinthia *******-***** kertas buram yang dipakainya untuk coret-coretan tadi. Setelah mengambil tasnya di depan kelas, Cinthia bersama Gaudy melangkah pergi keluar dari kelas. Berdua mereka duduk di bangku kayu di bawah bayangan dedaunan pohon rindang.

Cinthia memeriksa hpnya takut ada pesan masuk. Tapi, sebenarnya Cinthia sedikit berharap ada balesan dari Rais. Unfortunately, harapan hanya tinggal harapan. Nggak ada pesan sama sekali apalagi balesan dari Rais .

Cinthia menarik nafas perlahan. Bego banget sih gue! Ngapain juga gue ngarepin balesan dari Rais! Ya, nggak mungkinlah! serunya dalam hati. Cinthia langsung mengnon aktifkan handphonenya dan menyimpannya ke dalam tas.

"Kenapa lu nonaktifin?" tanya Gaudy yang memperhatikan Cinthia. Cinthia cuma menggeleng dengan raut wajah sendu.

"Makan, yuk! Laper nih!" ajak Cinthia dengan nada bicara seperti biasa. Cinthia langsung berdiri dan menarik tangan Gaudy supaya dia bangun dari duduknya.

"Iya, tunggu! Tapi, lo kenapa? Eh...Aduh!" Gaudy yang hampir jatuh gara-gara ditarik sama Cinthia membetulkan letak tasnya dulu sebelum menyusul Cinthia yang berjalan di depannya.

"Waduh! Makan nggak ngajak-ngajak! Bagi donk, Cin!" ujar Yama yang tiba-tiba saja datang dan langsung menyendok nasi goreng Cinthia menggunakan sendok yang baru saja dia ambil.

"Enak!" ujarnya tanpa rasa bersalah. Cinthia cuma bisa melongok melihat Yama mencuri sesuap nasi goreng miliknya. Mau nggak mau, Cinthia harus mengikhlaskan sesuap nasi goreng tersebut.

Urdha yang datang sambil membawa sepiring batagor dan sekotak green tea langsung duduk di samping Gaudy.

"Gimana? Bisa nggak?" tanya Urdha santai dan langsung memakan batagornya. Gaudy meneguk minumannya. "Yah, lumayan." jawabnya.

"Lumayan belum tentu bisakan?" balas Urdha tanpa menoleh ke arah Gaudy. Mendengar jawaban dari Urdha muka Gaudy agak memerah. "Bisa kok! Setengahnya lebih." jawab Gaudy nggak mau kalah.

"Baguslah kalau begitu!"

Cinthia memperhatikan percakapan yang terjadi antara Gaudy dan Urdha. Something different, pikir Cinthia. Tapi, Cinthia nggak tahu apa yang different diantara Gaudy dan Urdha. Sedangkan si Yama sudah cengar-cengir nggak jelas

"Eh! Kok gue nggak ditanyain?!" tanya Yama jail.

"Pertanyaan inikan terbuka untuk siapa saja!" jawab Urdha singkat. Yama langsung ketawa ngakak dan memukul Urdha perlahan yang langsung disambut gerutuan Urdha. Gaudy dengan gaya sok jaim makan dengan tenang seakan-akan nggak ada apa-apa. Cinthia, yang walaupun merasa sedikit bingung (malahan sepertinya dia sendiri yang merasa bingung diantara keempat temennya) tertawa maksa.

****************

Selesai kelas, Rais memang masih punya kelas lain lagi. Tapi waktu yang sebegitu singkatnya, kira-kira setengah jam lebih digunakannya untuk ngacir ke warnet terdekat. Dari kelas, Rais lari sekencang-kencangnya menuju warnet terdekat tersebut. Sesampainya di sana, kepalanya langsung celingak-celinguk mencari komputer yang menganggur. "Yes! Dapet!" serunya girang. Si tukang jaga warnet langsung melirik sinis ke arah Rais .

Sedikit lagi Rais mencampai kompinya, ternyata komputer itu berpenghuni. Dan si penghuni tersebut baru saja balik dari kamar mandi dan langsung duduk menyandar di bangkunya. Terpaksa dan memang itu harus dia lakukan, Rais mengerem mendadak di depan calon komputernya. Mukanya terlihat sangat mupeng. Rais ingin sekali minta izin sama si penghuni kompi buat ngasih waktu ngenetnya sebentaaarr saja untuk dirinya. Tapi, boro-boro buat minta izin, menyapa saja Rais nggak berani. Mana berani dia sama si penghuni yang punya badan yang besar banget dengan otot yang besar-besar mirip Ade Rai dan mukanya mirip sama monster laut. Rais bakal kalah telak kalau disuruh melawan penghuni tersebut. Bisa-bisa tubuhnya yang kurus sekali itu bisa cuma terseisa serpihan-serpihan tulang-belulang doang!

Akhirnya, dengan kepasrahan dan keikhlasannya, Rais berjalan keluar dari warnet menuju kelas selanjutnya.

Hari sudah malam dan waktu menunjukkan pukul setengah sembilan lebih. Cinthia sedang membaca buku pelajaran untuk ujian besok pagi. Sambil makan cemilan kerupuk yang dikasih sambel b*libis, Cinthia membolak-balik bukunya. Mukanya kelihatan banget frustasi. Finally, Cinthia melempar bukunya jauh-jauh.Cinthia berdiri dari kasur dan berjalan ke arah komputernya. Ditekannya tombol power dan dengan seketika, komputer tersebut menyala. Cinthia kembali ke arah kasurnya untuk mengambil kerupuk dan sambel belibis. Diletakkannya kerupuk dan sambel di meja samping komputernya. Langsung saja Cinthia mengconnect computernya dengan internet. Setelah tersambung, Cinthia langsung membuka socmed miliknya. Ternyata ada tiga friend request. Cinthia langsung membukanya. Cinthia mengaprove satu persatu. Tapi, saat hendak mengaprove yang terakhir, Cinthia terkejut. Dia tersentak. Cinthia segera ngucek-ngucek matanya.

Rais ngeadd gue!! seru Cinthia kegirangan. Dengan senyuman yang terkembang menghilangkan wajah frustasinya, Cinthia langsung mengaprove Rais. Masih dengan senyuman dan sedikit ketawa cekikikan, Cinthia hendak menulis comment kepada Rais. Namun, ketika baru saja hendak mengetikkan kata-kata, senyuman tersebut hilang dari bibir Cinthia.

Nggak,ah! Nanti disangka gue gimana gitu. Nggak usah ah! Lagi pula diakan cuma temen kakak gue, pikir Cinthia mengurung niat untuk mengirim comment. Cinthia memeriksa beberapa status teman-temannya yang sedang stress dengan ujian. Salah satunya Gaudy yang merasa sudah nggak sanggup lagi baca buku biologi. Lagi-lagi Cinthia merasa aneh. Ada yang berbeda dengan status Gaudy yang sedang dibacanya dengan status-status sebelumnya. Dibalik kefrustasian Gaudy, terdapat kata-kata tapi ada dia yang udah ngajarin dan nyemangatin gue, senangnya.... Cinthia yang nggak mau pusing-pusing ngurusin status orang memilih memainkan game favouritenya.

Nggak terasa, sudah jam 12 malam saat Billi masuk dan memergoki Cinthia keasyikkan main game.

"Eh! Anak kecil belum tidur! Mainan game lagi! Bukannya belajar, ya ni anak!" bentak Billi.

Cinthia serta merta menoleh ke arah kakaknya. Sambil nyengir dan menguap. Cinthia segera mengdisconnect sambungan internet dan mengshutdownkan komputernya. Setelah itu Cinthia langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan mencuci muka.

Billi menunggu Cinthia keluar dari kamar mandi sambil membaca buku pelajaran yang tadi dilempar Cinthia.

"Lo nggak belajar?"

"Udah!" terdengar jawaban Cinthia dari kamar mandi. Cinthia yang sudah selesai melakukan kegiatan sebelum tidurnya, mengelap mukanya dengan handuk kecil yang tergantung pada gantungan di balik pintu kamar mandinya.

"Kenapa lo?" tanya Cinthia menanyai kakaknya.

"Nggak. Ngecek aja." jawab Billi singkat. Diam sejenak. Billi masih asyik membaca buku pelajaran anak SMA punya Cinthia. Sedangkan Cinthia menyiapkan peralatan untuk sekolah besok pagi.

"Bil, lo ngasih tau socmed gue ke Rais, ya?" tanya Cinthia ringan. Takut dicurigai ada apa-apa. Sejak kejadian dirinya diantar pulang oleh Rais, Cinthia masih sering diceng-cengin sama Billi yang membuat kuping Cinthia panas.

Billi yang ditanya menggeleng perlahan." Nggak." jawabnya singkat." Kenapa gitu?" tanyanya balik, mengalihkan perhatian dari bukunya Cinthia kepada Cinthia yang sudah berada di balik bed cover hijaunya.

"Nggak..." jawab Cinthia langsung menutup seluruh tubuh dengan bed cover.

"Ya, udah. Gue balik. Mimpi gue,ya!"

Billi beranjak dari kasur Cinthia. Mematikan lampu kamarnya dan menutup pintu. Sebelum melangkah ke kamarnya sendiri yang berada di lantai yang sama, nggak tahu kenapa Billi senyum-senyum sendiri. Mungkin kalau ada kuntilanak atau sebangsanya yang lagi lewat, mereka akan berfikiran kalau manusia ini rada-rada aneh.

Billi masuk ke kamarnya, dan langsung mengambil ponselnya. Dia mengetikkan beberapa kata dan mengirimkannya kepada seseorang di sana. Sambil tersenyum misterius, dia naik ke atas kasurnya. Billi mengucapkan selamat tinggal kepada satu hari yang telah penuh dengan berbagai momen-momen dan akan menyambut kedatangan matahari keesokkan paginya dengan segala cerita baru dan rencana barunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!