Sepulang sekolah...
Panas matahari di siang hari itu lumayan terik dan bisa membuat kulit menjadi sedikit hitam. Cinthia dan teman-temannya masih berada di dalam kelas. Seperti biasa Cinthia, Gaudy, Urdha dan Yama yang selalu terakhir meninggalkan kelas.
Urdha yang dari tadi udah uring-uringan ngajakkin mereka pulang akhirnya jadi kesel dan memilih untuk pulang duluan meninggalkan teman-temannya. Alasannya karena ia harus pergi les.
Yama mengipas-ngipas dirinya dengan kerah bajunya yang nggak mampu mengurangi kegerahan yang dialaminya sambil meminum orange juice yang ia beli di tempat tukang jualan minuman.
Sedangkan Cinthia dan Gaudy kipas-kipasin badan sambil sesekali tidur-tiduran di meja. Rencananya sih sepulang sekolah ini mereka mau nonton di Senayan, tapi berhubung Urdha sudah cabut duluan untuk les dan si Cinthia lagi ketiban sial, so, mereka nggak jadi menunaikan rencana mereka.
Sambil tidur-tiduran di meja Cinthia melamun, pikirannya menerawang ke kejadian tadi pagi di bis.
"Cin, ntar pulang gue jemput ya?"
Dia teringat akan ucapan Rais yang menawarkan jemputan kepadanya. Rais beneran bakal jemput atau nggak ya? pikirnya menerawang. Perasaannya bimbang antara berharap Rais benar-benar datang menjemputnya atau menyangka kalau Rais hanya bergurau saja karena ia adalah adik temannya.
Sebenernya sih, Cinthia pingin banget dijemput sama Rais . Tapi, dia nggak mau terlalu berharap banyak.
"Cin, balik yuk!" kata Gaudy sembari menepuk pundaknya. Cinthia tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah Yama yang udah jalan duluan keluar kelas.
"Yuk!" Cinthia hanya menjawab singkat ajakan Gaudy itu. Mereka berdua pun meninggalkan kelas yang keesokkan harinya akan mereka datangi lagi.
Mereka bertiga berjalan ke arah parkiran mobil. Karena hari ini Gaudy membawa mobil, Cinthia dan Yama tanpa permisi langsung masuk ke mobil Gaudy sambil cengar-cengir nggak jelas yang disambut tatapan sinis dari Gaudy.
Dalam hati, Cinthia masih ragu antara ikut mobil Gaudy atau menunggu Rais datang untuk menjemputnya. Tapi, segera dihilangkan keragunya itu. Mana mungkin, sih! Kan kita baru kenal Nggak mungkin dia bela-belain jemput gue!
Mobilpun melaju keluar dari gerbang sekolah. Walaupun telah membuang keraguannya, Cinthia masih sesekali melihat kebelakang apakah Rais benar-benar datang menjemputnya atau nggak. Ternyata, nggak ada satupun motor yang lewat. Cinthia merasa sedikit lega karena ia nggak perlu menunggu Rais. Tetapi, terbersit rasa kecewa di hati Cinthia karena Rais yang tidak menepati janji yang ia ucapkan tadi di bis.
Sekolahan saat itu sudah sangat sepiii sekali. Tinggal Pak Satpam yang ketiduran dengan mulut ternganga dan radio yang sedang memutar musik dangdut. Di saat yang panas itulah sebuah motor berhenti . Si pemilik motor melepaskan helmnya dan celingak-celinguk melihat isi sekolah. Sepi. ujarnya dalam hati. Apa udah pada pulang ya? Tapikan gue udah janji...
Di mobil Gaudy entah kenapa hati Cinthia gelisah. Padahal tinggal belok kanan, Cinthia akan sampai di rumahnya. Tapi...
"Dy, berhenti di sini aja deh!" kata Cinthia langsung membuka pintu mobil dan menghambur keluar dan memberhentikkan bis yang mempunyai rute ke sekolahnya yang secara kebetulan lewat dan berhenti di halte dekat rumah Cinthia.
Gaudy dan Yama nggak sempat mencegah dan menanyai Cinthia karena Cinthia sudah keburu turun dari mobil dan naik bis. Mereka berdua cuma bisa saling pandang sambil mengangkat bahu bingung.
Di bis, nggak tahu kenapa Cinthia merasa nggak sabaran banget ingin cepat sampai di sekolahnya kembali. Gundah gulana lebih tepatnya. Dari naik awal dia duduk di bangku penumpang, sudah beberapa kali Cinthia mengubah posisi duduknya. Cinthia merasa Rais datang ke sekolah, menepati janji yang ia katakan sebelum turun dari bis. Dan Cinthia yakin kalau sekarang Rais sedang menunggu dirinya di sekolah. Walaupun dia menertawakan pikiran bodohnya itu tapi, Cinthia merasa yakin dan tetap melakukan apa yang ia yakini dan kembali ke sekolah dengan ongkos yang pas-pasan. Jadi, kalau ternyata Rais nggak datang untuk menepati janjinya, Cinthia akan pulang jalan kaki karena sudah nggak ada lagi ongkos yang tersisa untuk naik bis.
Di sekolahan Cinthia, cowok yang sedang duduk di motor yang nggak lain dan nggak bukan adalah Rais sedang mengipas-ngipaskan tangannya sendiri sebagai pengganti kipas. Rasa panas yang menyengat tidak membuat dirinya mundur untuk melakukan hal bodoh yaitu nungguin Cinthia. Semoga Tuhan menolong hambaNya yang satu ini, pintanya dalam hati. Nggak tahu kenapa Rais tetap saja keukeuh menunggu Cinthia walaupun bisa saja Cinthia tidak peduli dan langsung pulang ke rumahnya.
Rais juga nggak tahu kenapa dia jadi orang bego seperti ini. Menunggu hal yang nggak pasti dan hanya mengandalkan perasaannya saja tanpa menggunakan pemikiran logis yang selama ini dia lakukan. Padahal Cinthia itu bukan apa-apanya dia walaupun sebenernya gebetan barunya dia sih...
"Rais !" tiba-tiba terdengar teiakkan suara cewek dari balik tikungan. Rais yang agak kaget menoleh ke arah tikungan. Nggak ada siapa-siapa. Barangkali halusinasinya aja kali karena sinar matahari sudah terik banget. Jangan-jangan ada fatamorgana suara lagi, pikirnya sambil menghibur hatinya yang agak sedikit kecewa.
Rais memakai helmnya kembali dan mulai mempersiapkan motornya untuk kembali melaju di jalanan. Rais siap menyetarter motornya. Tapi, didengarnya lagi suara cewek sedang memanggilnya dengan nafas yang tersengal-sengal dan derap langkah kaki yang cepat dan artinya cewek itu berlari menuju dirinya.
"Rais ..hhh...hhh..."
Rais menoleh kebelakang, tidak jadi menyetarter motornya. Dengan jarak sekitar 1 meter kurang, terlihat seorang cewek. Cewek yang sama yang duduk di sampingnya di bis tadi pagi. Cewek itu tidak lain dan tidak bukan Cinthia. Ditatapnya cewek yang sedang terengah-engah sambil membungkuk memegangi perutnya. Sesekali ia mengelap peluh keringatnya.
Cinthia menengadahkan kepalanya menatap ke arah Rais . Cinthia tersenyum lega melihat Rais yang sedang memandangnya juga dari balik helmnya. Jujur aja senyuman Cinthia itu sempet bikin Rais blushing sebentar. Untung dia masih memakai helmnya. Kalau nggak, pasti Cinthia dengan jelas bisa ngelihat betapa merah mukanya saat itu. Sunyi senyap terasa saat itu di bawah teriknya sinar matahari. Yang terdengar hanyalah nafas Cinthia yang tersengal-sengal. Rais membuka helmnya.
"Eh.." ujar keduanya berbarengan. Hening terasa lagi. Keduanya saling melempar pandangan terkejut karena nggak nyangka mereka bisa bareng ngomong kayak gitu.
Sedetik kemudian, mereka mulai tertawa lepas. Cinthia ketawa ngakak sampai sakit perut dan kembali membungkuk untuk memegangi perutnya. Sedangkan Rais tertawa geli melihat kekompakkan mereka yang mendadak banget sampai-sampai helm yang dipegangnya terjatuh dan terpaksa dia harus membungkuk untuk mengambilnya.
"Kenapa masih di sini?" tanya Cinthia dengan santai tapi tegas kepada Rais yang udah duduk tegak lagi di atas motornya. Rais tampak terdiam sesaat dan tersenyum sekilas.
To the point juga nih cewek, pikirnya menilai Cinthia. Matanya menatap kian kemari karena merasa agak malu karena Cinthia ngeliatin dia sebegitu seriusnya. Rais mendehem sebentar dan mejawab pertanyaan Cinthia.
"Alasannya sih simpel, karena gue udah janji sama seseorang tadi pagi di bis..." Rais berhenti sejenak menanti tanggapan dari Cinthia. Rais kembali menarik nafas ketika melihat Cinthia menunggu dengan antusias lanjutan alasannya.
"Ya, walaupun gue tau tindakan gue ini bodoh nungguin orang itu sampai siang bolong kayak gini padahal gue yakin orang itu udah pulang duluan. Tapi, karena yang tadi gue bilang gue udah janji, jadilah gue kayak orang bodoh!" kata Rais dengan tampang pasrahnya.
Cinthia tertawa pelan mendengar alasan Rais. Dengan ragu, Rais menanyakan hal yang sama kepada Cinthia.
"Lo sendiri kenapa balik lagi?" tanya Rais sambil memerhatikan mimik wajah Cinthia.
"Kalau gue ya sama. Karena tadi pagi udah ada orang yang janji ke gue. Jadi dengan bodohnya juga gue turun dari mobil temen gue dan balik lagi ke sekolah naik bis dengan uang terakhir yang gue punya!" ujar Cinthia dengan wajah yang cukup memelas.
Rais tertawa ringan mendengar ulasan kisah Cinthia yang ia pikir sama aja bodohnya dengan dia.
Rais kembali memasang helmnya dan membenarkan duduknya di atas motor . Dia memberikan helm yang lain ke Cinthia yang diterima Cinthia dan langsung dipakainya.
"Makasih ya lo masih di sini nunggu gue. Kalau nggak, kaki gue bisa keriting sampai rumah." ujar Cinthia dengan jenaka.
"Iya, gue juga makasih karena lo percaya sama gue dan balik lagi ke sekolah." jawab Rais kalem. Dia mulai meyetarter motornya yang tadi sempat tertunda dan mengendarai motornya. Akhirnya, Rais dapat menepati janjinya untuk mengantarkan cewek yang sedang duduk dibelakangnya yang nggak lain adalah Cinthia sang gebetan baru.
****************
Di rumah yang tercinta, Billi sedang guling-gulingan di kamar yang ACnya sudah diturunkan menjadi 18° celcius. Di dalam kamar yang tercinta itu, Billi nggak merasakan panasnya udara di luar saat ini. Sambil dengerin ipod dan segelas jus jeruk dingin, ia berjalan ke tempat di mana ia menyimpan tugas-tugasnya.
Mumpung lagi nggak ada yang dikerjain mendingan gue nyicil nih tugas biar gue bisa nyantai-nyantai dikit, katanya dalam hati. Billi mengambil beberapa kertas dari map berwarna biru. Dan beberapa buku-buku yang tebel banget dan berat. Saking beratnya, Billi sampai sedikit terhuyung-huyung berjalan ke arah kasurnya.
Brak!
Dibantingnya kertas-kertas dan buku-buku itu ke atas kasurnya. Billi berkacak pinggang dengan kening berkerut sambil melihat kertas dan buku yang bertumpuk-tumpuk di atas kasurnya.
"Gila! Banyak juga!" gumamnya takjub melihat barang-barang tersebut. Billi mengambil laptop yang ada dalam tasnya di atas meja. Billi membawa latop itu ke atas kasurnya, menyambungkan beberapa kabel dan terakhir menancapkan kabel ke stop kontak.
Billi tidur tengkurep di atas kasurnya dan segera menyalakan laptopnya. Tik...tik... terdengar bunyi ketikan Billi. Sesekali Billi membolak-balik buku-bukunya yang tebal untuk mencari hal-hal yang diperlukannya. Nggak jarang Billi melengos sendiri saat membaca buku-bukunya. Sering kali Billi kembali ke tempat ia menyimpan buku-bukunya dan mencari buku yang diinginkannya.
"Mana sih? Kok nggak ada?! Lagi diperluin aja nggak ada! Iiihh!!!" seru Billi kesel saat buku yang ia cari nggak ketemu. Billi duduk di tepi kasurnya sambil melipat tangannya. Raut mukanya terlihat sangat kesal dan bete. Billi melirik ke arah jam dinding di kamarnya. Udah jam empat kok Cinthia belum balik juga, ya? tanya Billi dalam hati.
Billi mengesave pekerjaannya yang hanya ia kerjakan satu halaman penuh. Setelah itu, ia langsung mengshutdown laptopnya dan mencabut kabel-kabel yang menunjang kehidupan si laptop. Dibiarkan laptop dan kabelnya tergeletak di kasurnya. Sedangkan buku-buku dan kertas-kertas yang betebaran di mana-mana, dengan malas Billi membereskannya dan meletakkannya di map-map yang semestinya dan menyimpan buku dan kertas tersebut di tempat sebelumnya.
Setelah kamar yang ia huni tampak agak rapi, Billi mengintip ke luar jendela sebentar. Jalanan yang panas dan gersang tampak sepi dari kendaraan yang hilir mudik apalagi para pejalan kaki, amit-amit deh panas-panas begini jalan-jalan di luar yang panasnya minta ampun!
Billi beranjak dari jendela dan berjalan mengambil gelasnya yang berisi jus jeruk. Dihabiskan jus jeruk yang dingin itu dalam sekali teguk. Samar-samar terdengar deru motor dari luar rumah. Karena penasaran, Billi kembali mengintip ke luar lewat jendelanya sambil membawa gelas kosong jus jeruknya.
Billi memperhatikan sebuah motor yang berhenti tepat di depan pagar rumahnya. Kalau gue nggak salah lihat karena fatamorgana, itu bukan motornya si Rais? Kalau bener itu Rais , ngapain dia kesini? Kalau ada perlu ama guekan dia bisa contact dulu atau paling banter sms gue? Terus, eh tunggu. Itu yang dibonceng sama dia siapa? Jangan-jangan...tanya Billi aneh-aneh pada dirinya sendiri.
Karena penasaran siapakah orang yang dibonceng oleh Rais, Billi langsung buru-buru lari ke bawah untuk mengintip dari jendela ruang tamu. Tepat waktu buat Billi! Karena saat dia mengintip, cewek yang mengenakan seragam SMA itu sedang membuka helmnya dan menghadap ke aeah jendela ruang tamu.
Billi nyengir sendiri saat melihat cewek itu adalah Cinthia adiknya. Billi menutup mulut dengan tangan biar suara ngakaknya nggak terdengar sampai luar. Billi jadi ingat kenapa tadi di kampus Rais terlihat buru-buru.
****************
Seperti biasa, kebiasaan Billi di saat stress di siang hari adalah melakukan kegiatan hot. Tapi stress Billi kali ini double hot. Makan bakso panas-panas ditambah dengan mie ayam panas-panas plus pedes ditemani dua cangkir jus jeruk dingin. Billi nggak peduli dengan panas dan pedasnya makanan yang ia makan. Dia tetap menikmatinya walaupun harus bolak balik makan-minum-makan-minum. Saat sedang menghabiskan mie ayamnya, tiba-tiba Rais datang menghampirinya sambil berlari dan terlihat agak panik.
"Bil, adek lo kapan keluarnya?" tanya Rais tiba-tiba. Sebenarnya, Billi merasa sedikit terganggu, lagi enak-enak makan eh malah ditanya. Tapi, karena Rais teman dekatnya Billi melihat ke jam tangannya sebentar dan menjawab pertanyaan Rais.
"Jam tigaan. Kenapa?" tanya Billi sambil melanjutkan makannya. Rais melihat jam tangannya. Terlihat jarum jam menunjukkan pukul tiga kurang lima belas menit. Rais bertambah panik.
"Eh, ditanya malah diem. Kenapa?!" tanya Billi sedikit agak lebih keras.
"Makasih ya, Bil!" seru Rais sambil berlari meninggalkan Billi.
"Eh! Tunggu! Jawab dulu! Tadikan gue nanya kenapa? Eh! Rais !Huh...udah dikasih tahu nggak bilang makasih. Ditanyain kenapa, nggak dijawab, malah ngeloyor pergi! Nyebelin banget sih! Ganggu makan gue lagi!" rutuk Billi sewot sendiri.
Begitulah kejadian tadi siang yang dialami Billi di kantin kampusnya. Tadinya, Billi bingung. Untuk apa Rais menanyakan jadwal adeknya pulang sekolah walaupun dia tahu Rais lagi ngegebet Cinthia tapi, nggak kepikiran sama sekali kalau Rais mau menjemput Cinthia. Untung saja tadi Billi nggak berniat untuk menjemput adeknya itu seperti biasa.
Rais mematikan mesin motornya sejenak dan melepaskan helmnya. Keringet mengalir di dahinya. Menandakan hari itu sangat panas. Cinthia yang di bonceng bangkit dari jok belakang, melepaskan helm dan mengembalikan helm itu kepada pemiliknya. Cinthia mengelap keringetnya dengan sebuah tisu. Melihat Rais juga keringetan sama seperti dirinya, Cinthia menawarkan tisu ke Rais .
"Nih!"
Rais mengambil sehelai tisu dan mengembalikkan lagi pak tisu ke Cinthia. Nggak lupa tentunya untuk bilang terima kasih.
"Makasih." ucap Rais singkat dan langsung menyeka keringatnya.
"Rais, nggak mampir dulu. Minum dulu kek. Kan panas banget." ajak Cinthia kepada Rais sambil memandang ke langit untuk menunjukkan betapa teriknya siang hari itu.
"Nggak usah deh, Cin. Makasih. Gue balik dulu, ya!" ucap Rais sambil memakai kembali helmnya dan mulai menyalakan mesin motornya. Cinthia memperhatikan saja bagaimana cowok itu memakai helm dan menyalakan mesin. Sebelum pergi, Rais menoleh sebentar ke Cinthia untuk pamit.
" Gue balik, ya."
" Makasih ya, Rais." ucap Cinthia sambil melambaikan tangannya ke arah Rais yang disambut dengan anggukan oleh Rais. Cinthia masuk ke rumah setelah Rais pergi melaju ke jalan raya. Saat membuka pintu pagar, sekilas dilihatnya gorden di jendela ruang tamu bergerak. Seperti habis baru ditutup oleh seseorang. Cinthia curiga sama seseorang di rumah. Dipercepat langkahnya memasuki rumahnya yang tercinta itu.
"Kak Billi abis ngapain?" tanyanya langsung saat membuka pintu rumah dan melihat kakaknya sedang berjalan terburu-buru ke dapur. Billi yang ditanya tiba-tiba kontan kaget. So, dia berhenti tiba-tiba saat ditanya seperti itu. Billi melihat ke arah orang yang melontarkan pertanyaan itu. Billi cuma memandangi Cinthia dengan gaya orang nggak tahu apa-apa.
"Gue?" tanyanya kembali sambil menunjuk dirinya sendiri yang langsung diangguk cepat oleh Cinthia. Mau ke dapur ngambil orange juice lagi. Kenapa? tanyanya kalem tanpa rasa bersalah sambil berjalan ke arah kulkas, membukanya dan menuangkan jus jeruk ke gelasnya sehingga gelasnya terisi penuh jus jeruk lagi.
"Alah! Lo jangan pura-pura nggak tahu gitu donk, Kak!" seru Cinthia sambil melempar tasnya ke sofa dan duduk dengan santainya di tempat yang sama.Yang tadi ngintip siapa?
Billi meminum jus jeruknya sedikit dan melirik sebentar ke arah adiknya. "Yang harusnya nanya bukan lo. Tapi gue!"
"Kok ?" tanya Cinthia nggak setuju.
"Ya, iyalah! Udah sejauh mana hubungan lo sama Rais sampe-sampe dianterin pulang kayak gitu?"
Cinthia cuma diem. Bingung mau jawab apa. Kenapa sih Kak Billi kok nanyanya hubungan-hubungan segala? Nggak nyambung!
"Baru kenal kemarinkan?" tanya Billi kalem sambil meminum lagi jus jeruk. Kali ini Billi sudah duduk di sofa di samping Cinthia. Billi melirik penasaran ke arah adiknya itu. Terlihat Cinthia berfikir mencari jawaban.
Cinthia melengos dan mengubah posisi duduknya menjadi menghadap ke Billi."Gini lho ceritanya..." Cinthiapun mulai menceritakan kisah sialnya di pagi hari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments